Senin, 21 Desember 2015

Teman Perjalanan

Hidup adalah sebuah perjalanan. Perjalanan mengenal banyak hal. Memahami diri sendiri.
Perjumpaan dengan orang-orang tertentu. Kadang hanya orang yang tak sengaja bertemu, saling sapa kemudian berlalu. Kadang hanya orang yang sekedar hadir sebagai pelengkap cerita. Kadang adalah orang yang menemani barang setengah jalan saja. Dan kadang, adalah orang yang setia menemani hingga titik akhir perjalanan kita.
Bagaimana pun bentuknya, mereka adalah orang-orang yang berharga.

....

Semula, enggan rasanya untuk mengenal kalian, aku terlalu sibuk menikmati perjalananku sendiri. Hingga aku lupa, perjalanan ini terlalu indah untuk ku nikmati sendiri. Keindahan yang harusnya dapat ku bagi-bagi.
Kalian hadir memecah sepi. Mengusik perjalananku yang sendiri. Menarik lenganku dan membawaku berlari. Membebaskan langkahku dari jeratan diri sendiri. Membiarkanku berteriak, tertawa lepas dan menari-nari tanpa rasa malu lagi.
Tiada lagi sunyi. Kalian tak pernah berhenti menarik kedua ujung pipiku. Menjadi lengkung senyum yang tak kan mudah hilang ditelan waktu. Membuatku menjadi lebih dari apa yang pernah terfikir olehku. Kalian memberiku ruang yang tak terbatas untuk menjadi siapa diriku.

Terima kasih telah bersedia menemani perjalananku sejauh ini. Terima kasih telah menjadi warna dalam hitam putih ceritaku. Terima kasih untuk menjadi temanku.

Kalian adalah teman perjalanan terbaikku. :')

Jumat, 27 November 2015

Ayah, ini hari Jumat. Sudahkah Ayah pergi ke Masjid menunaikan kewajiban Ayah terhadap Tuhan kita?

Semoga sudah. Sepanjang yang ku tau, Ayah adalah orang yang taat. Yang selalu membimbingku. Menunjukkan padaku jalan-jalan kebaikan. Mengingatkanku untuk memenuhi semua kewajiban.

Ayah, ingatkah engkau? Setiap engkau menuntunku, menuju surau kesayangan kita. Tempat kita mengkaji ilmu-ilmu Allah. Kau selalu penuh semangat bercerita bagaimana bahagianya menjadi umat muslim. Kau yakinkan aku bahwa ajaran agama kita sangatlah indah. Kau berikan aku berbagai contoh nikmat Allah dan karya-Nya yang sungguh luar biasa. Kau membawaku pada kebaikan sejak dini. Terima kasih banyak untukmu.

Ayah, kini semua telah berlalu. Aku telah tumbuh dewasa tanpa ada kau di sampingku. Akhirnya, segalanya kulakukan sendiri. Aku memulai hariku sendiri. Melewatinya sendiri. Dan menutupnya sendiri. Aku ingin sekali, pergi ke sekolah atau bekerja di antar olehmu. Aku ingin kau bertanya lagi, "Bagaimana hidupku hari ini?". Aku ingin kau menjemputku dan kita berkeliling dahulu. Mencari makanan favorit kita, dan membuat ibu menunggu dengan rasa khawatirnya. Ah... rasanya kita sudah terbiasa menjahili ibu. Membuatnya resah menunggu. "Kemanakah suami dan anakku pergi, mengapa belum pulang, apa mereka baik-baik saja?"
Kita harus mendatangi ibu dan meminta maaf bersama-sama, Yah. Terlalu banyak yang ibu korbankan untuk kita dan kita membalasnya dengan tidak setimpal. Jika ada peribahasa yang cocok, mungkin "air susu dibalas dengan air tuba" haha, iya itu cocok Yah.

Ayah, seandainya kau tau bagaimana aku menuliskan ini. Jemariku berjalan seperti memiliki alat pemandu otomatis. Yaitu oleh hati yang sedang rindu. Dan derai air mata yang mengalir di pipiku.

Kuharap ada Ayah di sampingku. Mendekapku, mencium keningku. Membelai rambutku dengan lembut. Menghapus airmataku. Memelukku dengan hangat kasih sayang darimu.

Ayah, apapun yang kau lakukan. Di mana pun engkau berada. Tetaplah menjadi Ayahku. Biarkan aku selalu bergelar putrimu. Biarkan aku selalu mencintaimu.

Ayahku.

Minggu, 27 September 2015

Terima kasih, Ya Allah :')

Terima kasih, Ya Allah ....
Terima kasih untuk hari ini
Dan setiap detik dalam hidupku
Untuk panjangnya perjalanan hidup yang telah kutempuh
Untuk segala masa
Yang akhirnya membuatku tau hidup ini untuk apa

Terima kasih untuk segala pelajaran yang Kau ijinkan untuk ku pahami
Untuk banyak hal yang Kau ajarkan padaku
Melalui hal-hal yang bahkan tak pernah terpikir olehku sebelumnya
Karena begitulah Engkau, selalu memberi kejutan terbaik-Mu
Kau lebih tau bagaimana membahagiakan hati hamba-Mu

Terima kasih untuk segala hubungan yang baik
Yang semakin baik dan yang berubah menjadi baik
Terima kasih telah memberiku tenteram disaat aku merasa hidupku begitu sulit
Terima kasih selalu membukakan pintu bagi setiap kesulitanku
Terima kasih telah menjadikanku kuat setiap kali aku ingin menyerah
Terima kasih telah mengingatkanku tiap kali aku melalaikan kewajibanku

Terima kasih untuk cinta-Mu yang tanpa batas, yang tanpa syarat, dan satu-satunya cinta yang kekal

Terima kasih untuk semua kasih sayang-Mu, yang membawaku sampai pada hari ini

#diaryusangdengansedikitperubahan
#Surabaya~13Januari2012(21:56)

Sabtu, 19 September 2015

Rumah

Rumah bukan hanya sebuah bangunan dengan atap peneduh, kamar-kamar untuk beristirahat, jendela-jendela untuk menikmati keindahan dan pintu untuk mempersilakan sanak saudara yang berkunjung.

Bagiku, rumah adalah sebuah tempat dimana aku ingin selalu pulang. Yang selalu menyambutku hangat ketika aku kedinginan. Dan yang meneduhkanku di saat aku kepanasan.  
Yang menjadi tujuan utamaku setiap kali kakiku melangkah keluar. Yang menjadi tempat istirahat paling nyaman di saat lelahku tak lagi tertahankan. Yang membukakan pintu lebar-lebar setiap kali aku datang ~ dalam keadaan apapun.

Sebuah tempat bernanung untuk berbagi cerita. Untuk berkasih sayang sepenuhnya. Untuk saling memeluk dan menguatkan. Untuk saling memberi dukungan. Untuk saling melengkapi. Untuk saling menabur kebahagiaan.

Siapapun berhak memiliki rumah bukan? Bahkan seekor serigala yang telah menikam banyak mangsa. Atau manusia buruk rupa yang membuat takut banyak orang. Atau seorang yang hina di mata banyak orang sekalipun. Siapapun berhak memiliki rumahnya. Siapapun berhak pulang ke manapun dia merasa tenang. Siapapun berhak di terima di rumahnya setiap kali ia ingin pulang.

Ku harap rumahku juga demikian. Selalu membuka pintunya dengan lapang kapan pun aku ingin pulang. Dan memberiku hangatnya kebahagiaan.

"When I chose you to be my sweet home, then I know you are my happiness."

Senin, 10 Agustus 2015

Ketika (Puisi Patah Hati)

Ketika kau pergi
Ketika kau tak di sini
Ketika aku harus sendiri
Ketika itu aku berhenti berlari

Ketika kau hilang
Ketika kau tinggal kenangan
Ketika semua hanya sebatas kenangan
Ketika itu aku kesepian

Ketika kau tak lagi ada
Ketika aku terbenam luka
Ketika semua tak lagi sama
Ketika itu aku berduka

Ketika aku tinggal sendiri
Ketika tak ada yang kuharap lagi
Ketika aku telah patah hati lagi dan lagi
Ketika itu aku berhenti bersembunyi
Ketika itu aku berpasrah diri
Ketika itu segalanya akan berganti

Ketika duri tak lagi melukai
Ketika mawar semakin mewangi
Ketika itu dukaku telah diakhiri

Kamis, 06 Agustus 2015

Kemudian aku berlari menyambutmu. Ketika ku tau kau datang untuk menjemputku. Dengan lonjakan ringan sampai awang-awang. Dengan rasa bahagia yang tak dapat kulukiskan bagaimana bentuknya.

Ketika waktuku sering terkuras untuk memikirkan tentang kita. Ketika nasehat-nasehatmu yang sederhana, ku terima sebagai rangkaian kata yang luar biasa. Ketika hal yang semula ku anggap bukan apa-apa kini menjadi istimewa.
Mungkin, kau ini semacam strawberry essence pada susu sebelangga. Hanya setitik saja, dan kau berpengaruh sekian banyaknya.

Ada yang berubah dalam hatiku. Kadang aku begitu memikirkanku. Kadang aku rindu. Kadang aku tak peduli. Dan kadang, aku masih bertanya dalam hatiku, siapa kamu?

Perasaanku naik turun setiap hari.
Kadang aku dengan sukarela menyerahkan hatiku padamu, seolah kau adalah perisa baja terbaik untuk melindunginya. Dan terkadang aku enggan memberikannya padamu. Aku takut bahwa kau akan mencacahnya menjadi beberapa bagian, lalu kau lumat-lumat, dan akhirnya kau buang tak bersisa.

Ah..., lupakan saja. Mungkin beginilah perasaan seorang gadis yang memutuskan untuk mengakhiri kesendiriannya. Rasa yang campur aduk. Tapi setidaknya rasaku tak lagi hambar. Kau sudah menaburinya dengan gula, garam, bubuk cabe dan beberapa rempah-rempah. Jadi, terima kasih ya. Semoga harimu menyenangkan.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Selamat Hari Bahagiamu, Ibu

Hari ini aku bahagia. Bukan, bukan karena aku sedang ber-ulang tahun. Tetapi, karena ada seorang wanita yang sedang berbahagia di hadapanku.
Tepat dua puluh dua tahun yang lalu, wanita ini mendapatkan hari yang paling membahagiakan untuknya. Ketika makhluk mungil yang tidur lelap di rahimnya, yang ia bawa serta ke mana pun ia pergi, yang ia jaga sepenuh hati selama sembilan bulan lebih tiga belas hari, akhirnya tiba di pangkuannya.
Senyum bahagia dan air mata haru, dengan itu ia menyambut kehadiranku. Kemudian, cintanya menyertai pertumbuhanku sampai pada hari ini. Dua puluh dua tahun sudah. Dan hal itu akan tetap ia lakukan selamanya.
Mungkin kebersamaan kami hari ini tak cukup untuk menebus seluruh waktu yang telah ia curahkan padaku. Mungkin segala hidangan istimewa yang sedang kami nikmati saat ini tak akan pernah mampu menandingi masakan terbaik yang selalu ia suapkan padaku, yang diolah dengan tangannya sendiri,yang ia pastikan kualitasnya dan bumbu cinta yang tak akan ku dapatkan di restoran manapun.
Apapun yang telah ku perjuangkan untuknya tak akan mampu membayar pengorbanannya, mempertaruhkan nyawanya agar aku sampai pada dunia ini.

"Ibu, aku berhutang banyak padamu. Kasih sayangmu, jiwa ragamu, seluruh hidupmu - yang kau habiskan untuk memberi segala yang terbaik padaku. Kau mengajariku dari yang tak ku mengerti hingga aku tau banyak hal. Kau selalu membuatku kuat bagaimanapun keadaannya. Kau selalu peduli tentang banyak hal dalam hidupku.  Kau selalu ada untuk membimbingku. Ketika aku jatuh, kau ada di sampingku. Bersamamu, aku tak pernah takut untuk bermimpi. Dan karenamu, aku merasa berharga setiap hari."

Selamat hari bahagiamu yang ke dua puluh dua, ibu. Betapa aku ingin selalu melihat senyum bahagia di wajahmu. Dan akan ku lakukan apapun untuk itu.

Aku menyayangimu.

Senin, 29 Juni 2015

Rindu Hadirmu Kembali

Ayah, kau telah membuatku patah hati, berkali-kali
Dan layaknya tuan putri pemilik cinta sejati, aku pun selalu memaklumi dan terus mengagumimu sepenuh hati

Ragamu terlalu jauh dariku
Aku hampir tak bisa mejangkaumu
Tetapi, kenapa jiwamu turut di dalamnya
Turut menjauh dariku
Sungguh aku tak ingin menjadi bebanmu
Aku hanya rindu padamu
Adakah kau tau?
Jika ada satu nama yang senantiasa kusebut, yang disertai kerinduan mendalam, dan doa-doa untuk kedatangannya, itu adalah namamu - Ayah

Setiap kesempatan yang kumiliki, kugunakan sebaik mungkin untuk menyelipkan namamu di antara kata "Bismillah" dan "Aamiin"
Di antara dua kata itu ada rangkaian permohonan yang panjang kepada Tuhan
Aku ingin Ayah pulang dan menjadi Ayahku lagi
Tapi aku tak pernah meminta agar Ayah meninggalkan keluarga baru Ayah di sana
Cukup jiwamu yang pulang, Ayah
Agar aku tak merasa dikhianati
Agar aku merasa bahwa tak ada yang berubah darimu
Agar aku tak berfikir bahwa kau sengaja pergi dan tak peduli lagi
Kepadaku yang selalu mengusikmu

Enam tahun lalu, saat aku masih rutin untuk memeriksakan kesehatanku, ada seorang pegawai administrasi yang melayaniku, yang terkejut ketika melihat riwayat yang tertulis pada berkasku
Kemudian beliau berpesan, meskipun beliau bukan seorang dokter, namun beliau memberikan obat yang sangat ampuh

"Tolong dijaga dek. Kamu masih sangat muda, masih kecil malahan. Menurut KK, kamu hanya tinggal berdua dengan ibumu. Jadi kalau saya simpulkan, kamu adalah harapan satu-satunya ibumu. Jadi, berhati-hatilah mengendalikan hatimu. Kalau tidak ada kamu, bagaimana dengan ibumu?"

Sejak saat itu aku merasa menjadi lebih kuat Ayah. Setiap kali aku rindu Ayah, aku mengingat ibu. Aku mengingat bahwa hidupku tidaklah untuk kubuang dengan hanya merindukanmu. Aku memiliki ibu yang menggantungkan segala harapannya padaku. Setelah itu, aku merasa menjadi sosok yang paling kuat. Aku merasa berhasil mengendalikan hatiku.
Tapi Ayah, meski kini aku telah lebih bisa membawa diriku namun tetap saja seperti ada yang hilang dariku. Ada sesuatu yang seperti sengaja kubunuh. Perasaan rinduku padamu. Yang kubunuh sebelum perasaan itu yang membunuhku.
Dan pada akhirnya aku sadar. Sekuat apapun usahaku, dia tetap hidup, dalam hatiku. Rasa rindu yang meronta mengharapkan dekap hangatmu. Aku tak pernah bisa sekuat yang kumau. Aku tetap membutuhkanmu, Ayahku.

Ayah yang selalu kurindu, aku sangat rindu padamu. Semoga rasa rindu ini sampai kepadamu. Aku yakin kau akan tau. Bahwa aku, selalu menyayangimu - Ayahku.

Kamis, 25 Juni 2015

Jalan Menuju Surga

"Bapak, tadi di sekolah pas pelajaran agama, katanya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau kita minta apa saja nanti bisa dikabulkan"

"Memang ndok."

"Ya sudah sekarang kita ke rumah Allah Pak. Aku mau minta biar dapet juara satu."

Tersenyum. "Kalau mau ketemu sama Allah itu harus masuk surga dulu."

"Ya sudah kita ke surga saja Pak sekarang."

Bapak tersenyum kembali, mendengar celotehan lugu anak kelas 1 SD.

"Surga itu tidak ada di dunia ini. Adanya di akhirat ndok."

"Kalau gitu gimana caranya kalau mau ke surga."

"Kalau kamu mau tau, kamu harus rajin datang ke mushola An-Nur. Ngaji sama Pakpuh Saring. "

Aku masih sangat ingat, waktu itu tanpa pikir anjang, ba'da Ashar aku segera bergegas. Dengan kerudung ibu yang sudah pasti kepanjangan. Membawa tas jinjing, dengan isi iqro, buku tulis, pensil dan penghapus, masing-masing satu buah. Dengan semangat yang terus berkembang.
Dengan keinginan kuat ingin mengetahui cara menuju surga, supaya dapat bertemu dengan Allah.

Berhari-hari kulalui. Aku diajari membaca iqro. Menulis huruf-huruf arab. Di beri nasehat sesekali, cerita nabi atau kisah-kisah islami inspiratif.

"Bapak, aku sudah ngaji tapi kok tetep gak dikasih tau caranya ke surga sama Pakpuh Saring." Protesku kesal.

"Nanti juga tau. Pokoknya rajin ngajinya."

Kemudian kulalui setiap soreku dengan pergi mengaji. Meski kadang harus melawan rasa malas yang berlebihan. Hingga lama-lama aku merasa mengaji adalah suatu keharusan. Aku lupa tujuanku sejak awal, mengaji agar tau jalan ke surga, bertemu dengan Allah dan minta suaya bisa juara satu. Aku benar-benar mulai lupa dengan tujuan itu. Aku sudah sangat asyik menapaki lembar demi lembar iqroku. Hingga sampai pada halaman terakhir.

Bahagia. Aku sampai pada Al-Qur'an. Aku membacanya begitu saja. Tanpa arti apa-apa. Tanpa tau maknanya. Hanya sekedar membaca yang membuatku bahagia.

Dan tiba saat aku merasa bahwa Al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk dibaca. Aku merasa seperti sedang makan angin. Tak tau rasanya manis, asem, asin, pedas, gurih dan rasa-rasa lainnya. Hanya rasa hambar, kosong, hampa. Karena itulah, sedikit demi sedikit aku mulai mempelajari artinya.

Satu ayat, dua ayat, seterusnya. Setiap ayat yang kubaca, rasanya bagai pengendali jiwa. Kadang ada rasa bahagia tak terkira ketika aku menemui ayat-ayat tentang nikmat Allah, dan ketetapan-ketetapan Allah bagi hamba-Nya yang taat. Namun, seringkali mataku dibuat sembab. Ketika sampai pada adzab, kabar-kabar buruk, dan setiap detail balasan untuk umat manusia. Perbuatan sekecil biji dzarahpun tidak akan luput dari perhitungan. Amal baik maupun buruk akan dibalas sesuai kadarnya masing-masing. Bahwa jika aku begini maka aku akan mendapat ini. Bahwa jika aku begitu aku akan mendapat itu. Sungguh, sebenarnya manusia sadar seberapa banyak dan sering ia berbuat dosa. Hanya saja mereka mengabaikannya dan menganggap bahwa semua baik-baik saja. Dan aku pernah merasakan itu. Rasanya aku tak sanggup jika harus memikul balasan atas dosa-dosaku yang laksana bilangan pasir di pantai itu. Dosa-dosa yang tiada hingga. Sejak aku masih kecil hingga pada detik ini.

Lalu ada berita bahagia. Bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Luas ampunan-Nya. Memberiku keyakinan bahwa aku bisa memperbaiki diri dan semakin dekat dengan-Nya. Aku ingin menyempurnakan imanku. Menyempurnakan pengetahuan agamaku. Al-Quran, penunjuk jalan yang amat lurus. Yang menunjuk pada kebaikan dan pengingat untuk setiap keburukan. Lentera yang sungguh terang. Firman-firman Allah yang di wahyukan kepada Rasulullah SAW, adalah sebenar-benarnya penunjuk jalan. Pembawa tenang. Pemberi kehangatan. Lembar-lembar pembimbing pada kebaikan.

Bapak, ada yang ingin kusampaikan. Saat Bapak bilang jika aku rajin mengaji aku akan mengetahui bagaimana cara masuk surga, itu semua benar. Semua caranya ada di sana. Betapa sayangnya Allah kepada kita. Allah selalu mengingatkan kita. Menjaga kita dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ingin kita tersesat hingga Ia memberikan penunjuk jalan yang amatlah terang. Ialah Al-Quran. Alhamdulillah, terima kasih untuk rahmat-Mu yang amat mulia ini Ya Rabb.Terima kasih Bapak telah memberiku dorongan yang mengagumkan. Terima kasih Pakpuh Saring, semoga ilmumu yang in shaa Allah terus mengalir itu dapat menjadi amal tak terputusmu, sebabmu menjadi ahli surga. Semoga kita semua termasuk dari golongan orang-orang yang senantiasa diberi petunjuk, aamiin.

Senin, 22 Juni 2015

Tik Tok Bunyi Waktu

Sudah kulewati beberapa hari yang luar biasa ini. Menikmati setiap tik tok jam sebagai anugrah Allah yang masih kumiliki. Bagaimana tidak? Waktu itu anugrah yang sangat mahal bukan? Dan ketika ia telah berlalu kita tak akan pernah memilikinya kembali. Mungkin setiap hari kita akan mendengar bunyi tik tok yang sama. Memandang jarum dengan angka-angka yang sama. Namun hidupmu telah berbeda. Ia hanyalah benda penunjuk waktu. Yang memiliki titik puncak pergantiannya, angka 12 pada siang dan malamnya, dan begitu seterusya.
Pukul 8 pagimu hari ini tak akan sama dengan pukul 8 pagimu esok hari. Bisa saja keadaan berubah, suasana hatimu berubah, meski mungkin kamu menjalani rutinitas yang sama. Bahkan, sebagian hidupmu dapat berubah dalam pergeseran jarum sedikit saja. Kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi dalam hidup kita ini.
Jadi, apa yang sudah kamu lakukan hari ini?

• Sudahkah kamu mengucap syukur untuk kesempatan hidupmu hari ini? Untuk setiap udara yang kau hirup tanpa henti, yang kau dapatkan tanpa harus membayar mahal agar hidupmu tak berhenti? Untuk nafasmu yang kau dapat cuma-cuma tanpa harus kau susah payah mencari?

• Sudahkah kamu bersyukur untuk semua yang kau miliki? Untuk imanmu yang tetap tinggal dalam hati. Untuk kedua orang tuamu yang selalu menyayangimu dan sangat kau sayangi. Untuk saudara, keluarga, sahabat, teman dan semua orang si dekililingmu yang senantiasa menyemangatimu setulus hati? Untuk segala kemampuanmu yang membawamu bertahan hingga kini. Untuk setiap kelebihan yang mampu untuk kau bagi? Untuk segala hal yang telah di amanahkan kepadamu selama ini?

• Sudahkan kamu meminta ampun untuk dosa-dosamu, dosa kedua orang tuamu, dosa seluruh saudara semuslimmu, yang telah, sedang atau mungkin akan kalian lakukan dalam hidup ini? Atas segala kelalaian yang kalian sadari atau tanpa kalian sadari? Untuk sesuatu yang telah kau ketahui itu dosa namun tetap kau lakukan? Untuk dosa-dosa yang telah kau mintakan ampunan namun tetap kau ulang?

Sudahkah? Sudahkah?
Sudahkah semua itu kau lakukan? Kau tau bukan, Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jika kau datang pada-Nya dengan berjalan maka Allah akan menyambutmu dengan berlari. Apa kau yakin, kau masih bisa membuka mata besok pagi? Apa kau yakin masih memiliki kesempatan untuk kau jalani?

Sudahkan kau gunakan setiap tik tok yang kau dengar untuk melakukan amal kebaikan. Jika tubuhmu tak mampu bergerak, maka gunakanlah mulutmu. Jika tak mampu, gunakanlah hatimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, bahkan apa yang kau katakan dalam hatimu, sedalam dan selirih apapun itu. Malulah pada seluruh isi dunia ini, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, langit yang menggantung di atas, tanah yang sedang kau injak, mereka bertasbih kepada Allah. Menjalankan setiap waktu mereka dengan baik. Jika kau tak percaya, kau harus baca ini ....

(Al-Ĥadīd):1 - "Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Jadi, sudahkah kau mengagungkan Asma Allah dalam setiap nafas yang kau tarik dan hembuskan itu? Jika belum, mulailah. Kita tak akan pernah tau sampai kapan akhir hidup kita. Namun kita bisa menentukan bagaimana akhir hidup kita. Barangkali karena kau selalu menyebut Asma Allah dalam setiap nafasmu, ketika nafasmu berhenti, Asma Allah itulah yang kau sebut terakhir kali. Dan akhir hidup yang seperti itulah yang sedang kita (semua) cari.

Sabtu, 20 Juni 2015

Apakah Aku Dirindukan Surga-Mu?

Ya Tuhan, aku tak pernah mengerti apa tujuan dari hidup ini
Sebelum akhirnya Kau mengajariku bagaimana aku harus melangkah di jalan kebaikan
Bagaimana aku harus berjalan berpegang pada Al-Quran dan sunah Rasul
Bagaimana aku harus hormat dan patuh terhadap kedua orang tuaku
Bagaimana aku harus saling berkasih sayang kepada saudara-saudaraku
Bagaimana aku harus selalu menjalin hubungan yang baik dengan seluruh umat-Mu
Bertutur sapa dengan lembut dan santun
Berlaku dengan ramah tanpa menyakiti
Membagi apa yang kupunya dalam kesempatan apapun yang kumiliki

Ya Tuhanku, setiap kali aku berangkat tidur, ada perasaan mengganjal dalam hatiku
Adakah aku telah memiliki salah satu alasan orang yang dirindukan oleh surga?
Ada empat golongan yang aku merasa bahwa aku belumlah ada pada salah satunya

Ialah orang yang senantiasa membaca Al-Quran
Ialah orang yang senantiasa menjaga lisannya
Ialah orang yang memberi makan orang fakir
Ialah orang yang puasa di bulan Ramadhan

Sungguh aku menyesal dalam rebahku Tuhan
Kalaulah aku telah melakukan salah satu di antaranya, namun apakah yang kulakukan telah benar-benar Kau terima
Apa aku telah baik dalam membaca firman-firman dari-Mu
Kadang aku malas dan lebih memilih membaca berbagai berita terkini di media sosialku
Kadang aku lebih memilih menonton acara televisi yang begitu menghiburku
Hingga aku lupa, Kaulah yang selalu memberi bahagia dalam hatiku melalui ayat-ayat suci-Mu

Sedikit banyak lisanku masih melahirkan dosa
Jika tidak mengejek atau mengolok,  aku sering terbawa keadaan membicarakan temanku yang lain
Astaghfirullah ya Gusti, aku sungguh malu pada-Mu

Lagi, kadang ada perasaan kurang ikhlas dalam dada ini
Kadang aku tak ingin memberi karena aku merasa bahwa kebutuhanku sendiri belumlah cukup terpenuhi
Maka ampunilah aku yang lupa bahwa dalam rezeki yang Kau limpahkan padaku ada hak orang lain di dalamnya, yang harus ku kembalikan pada mereka

Dan, puasaku ini hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui
Terkadang ada banyak hal berlalu lalang di kepalaku
Tentang memikirkan buka puasa apa hari ini padahal hari masihlah pagi
Terkadang, seperti ada yang membujuk agar aku meninggalkan puasaku
Terkadang aku menahan marah atau benci atau tak suka dengan apa yang dilakukan orang lain
Terkadang sengaja atau tidak aku melukai seseorang, atau aku menyebabkan seseorang berbuat dosa

Maka dari itu semua, aku merasa tak punya muka setiap kali menghadap-Mu
Hari-hariku semu memikirkan semua itu
Menghalangi nyenyak tidurku

Dan wahai Engkau yang Maha Pengampun, ampunilah setiap dosa yang telah aku, yang telah kami lakukan
Jadikanlah kami hamba terpilih-Mu
Hamba-Mu yang senantiasa mensucikan diri dan bertaubat
Hamba yang selalu Engkau beri petunjuk

Aamiin.

Rabu, 17 Juni 2015

Selamat Datang Ramadhan

Ya Allah, Ya Tuhan kami yang Maha Penyayang ...
Malam ini aku ingin mengucap syukur yang tiada batas kepada-Mu.
Terima kasih telah memberi kami kesempatan hingga kami dapat menyambung Ramadhan demi Ramadhan. Bulan yang selalu kami rindukan. Bulan yang suci dan penuh dengan kebaikan. Bulan yang begitu istimewa yang membuat kami tak rela melaluinya begitu saja. Hanya satu bulan saja, dan ketika ia pergi kami akan merasa kehilangan sekali. Jadi, terima kasih yang begitu besar untuk segala rahmat-Mu.

Kadang aku merasa, apalah arti setiap tahun dalam hidupku jika Engkau tidak menghadirkan bulan yang penuh dengan kemuliaan ini. Kau sangat mengerti bagaimana cara menarik hati umat-Mu. Kau membuat kami bahagia, bahagia yang sampai pada relung jiwa. Engkau yang Maha Sempurna, cara-Mu mencintai kami amatlah sempurna.

Ya Rabb, aku telah memasak sejak pagi tadi. Telah ku persiapkan semuanya. Aku ingin segera menemui makan sahur pertamaku.  Kalau untuk persiapan rohani Engkau pasti tau sejak kapan aku mempersiapkannya.  Oh iya, kalau bicara masalah sahur, aku sangat merindukan dusun Celeng. Pasti anak-anak kecil yang sebenarnya bernyali ciut itu, memberanikan diri tidur di Mushola untuk menabuh kentongan yang telah mereka siapkan jauh-jauh hari, untuk membangunkan orang-orang. Mereka itu malaikat-malaikat kecil yang pasti Engkau banggakan Ya Allah. Keluarga di rumah, pasti diantara semua anggota keluarga, Devin yang paling susah di bangunkan. Dia itu tidur sama pingsan tidak ada bedanya. Butuh waktu yang lama untuk membuatnya sadar diri. Akung... meski usianya sudah 88 tahun tetapi masih memiliki semangat yang kuat untuk mengabdikan dirinya kepada-Mu, Engkau pasti lebih tau Ya Rabb. Ibu dan Lek Nar akan sibuk di dapur. Memasak makanan yang istimewa, yang lebih dari biasanya, itu upaya mereka dalam memberikan semangat menjalankan puasa bagi keluarga. Juga pasti sibuk membuat jajanan kering yang bisa disajikan saat lebaran. Kalau Paklek Wantri, pasti tetap sibuk menjalankan hobinya, memancing.
Dulu, ketika malam tiba, kami berjalan bersama menyusuri jalan yang gelap menuju mushola An-Nur. Kami bersenda gurau dan bercerita. Lalu, saat sholat tarawih, Devin dan Mba Mara kesulitan untuk sujud. Mereka sering berlebihan memanjakan perut saat berbuka. Uf, betapa aku merindukannya Ya Rabb. Aku harap, Ramadhan tahun depan aku telah berada di rumah, di tengah-tengah mereka. Dengan anggota baru keluarga kami tentunya. Anggota baru yang kusiapkan makan sahurnya. Anggota baru yang mengajakku menikmati keindahan Ramadhan bersama. Anggota baru yang Kau pilihkan dari sisi-Mu.

Ada lagi Tuhan, ini Ramadhan kali ke sembilan yang kulewati tanpa kehadiran ayah. Apa kabar ayah Tuhan? Semoga baik-baik saja, ku yakin Kau selalu menjaganya. Bantulah ia untuk senantiasa bertaqwa meski banyak sekali beban yang harus ia pikul di punggungnya. Berikanlah ia kesehatan selalu Ya Rabbi.

Dan satu lagi doaku di malam ini Ya Allah. Jadikanlah aku wanita sholeha. Yang menjadi salah satu sebab kedua orang tuaku menjadi ahli surga. Yang menjadi teman terbaik dalam urusan agama, dunia dan akhirat bagi suamiku kelak. Dan menjadi madrasah yang baik bagi keturunan kami jika Engkau mengijinkannya. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.

Marhaban Ya Ramadhan ~ Selamat datang bulan yang selalu kami rindukan. :) :)

Minggu, 14 Juni 2015

Matahari yang Tenggelam

Tak dapat kudengar, suaramu yang samar-samar. Tak dapat kutemukan, jejakmu yang kian hilang. Meski kita tak pernah berjalan sejajar, setidaknya dulu aku dapat mengikutimu dari belakang. Aku selalu dapat melihatmu, meski hanya sebatas punggungmu.

Entah mengapa aku selalu merasa bahagia di sampingku. Meski tanpa harus bercerita panjang lebar, menghabiskan waktu seharian. Menunggumu membaca koran di perpustakaan, atau mengamatimu main catur dengan teman debangkumu, aku bahagia seperti itu. Aku tau bahwa aku selalu menyulitkanmu, aku sering tak bisa nyambung dengan tutur katamu. Sekian banyak waktu yang kumiliki bersamamu, sebagian besarnya kuhabiskan untuk memandangimu dan berandai-andai bahwa suatu hari aku akan memasangkan dasi di lehermu ketika kau akan berangkat kerja, mencium tanganmu lalu berkata, "Hati-hati suamiku."

Kau terus bercerita, atau kau terus membaca. Sedangkan aku tetap memegang bukuku namun mataku terus menatap ke arahmu, aku sangat tidak ingin kehilangan setiap pergerakanmu. Aku merasa enggan mengedipkan mataku, aku takut kehilangan moment saat kau menguap, saat kau membalik lembar demi lembar bukumu, dan momen-momen lain yang sangat berarti itu untukku.

Aku sudah menjadi sedemikian gila. Aku seperti daun kering dan kau anginnya. Aku terombang-ambing karenamu. Sehingga aku jatuh ke tanah. Terhempas, terserak, terinjak. Namun, sedikitpun aku tak pernah sedih karena hal itu. Aku tetap menyayangimu. Jatuhpun aku mau, asal itu karenamu.

Kepada kamu yang telah tenggelam, sosokmu kian menjauh, sedangkan aku masih di sini-menantimu.

Sabtu, 13 Juni 2015

Sore ini telah ku seduh teh manis, aku merasa tak enak badan. Ku seruput seteguk demi seteguk, rasanya sungguh tidak enak. Hanya asam setengah pahit. Kuraba badanku, tidak panas. Kurasa-rasa lagi, aku tidak pusing. Perutku juga baik-baik saja. Setelah ku sadari, bukan badanku yang sedang tidak enak. Melainkan mentalku.

Aku berjalan ke swalayan terdekat. Aku membeli sebatang coklat. Kata orang, juga dari artikel yang pernah kubaca, coklat mampu memperbaiki suasana hati seseorang. Kuhabiskan dengan segera coklat itu. Kutunggu setengah jam, perasaanku tak berubah. Ahh barangkali memang belum bereaksi. Namun setelah hampir lima jam perasaanku tetap tak berubah. Tak ada pengaruhnya.

Aku tetap merasa asing. Seperti ada yang telah hilang dariku. Tetapi, aku tak merasa memiliki apapun. Jadi apa yang telah hilang dariku. Sesuatu yang telah kumiliki namun tak pernah ku sadari. Sesuatu yang baru ku mengerti saat ia telah pergi. Entahlah.

Aku menggantungkan doa-doa ke angkasa. Biar Tuhan memilih waktu yang tepat untuk mewujudkannya. Aku percaya bahwa doa adalah bahan terbaik pembentuk keajaiban. Keajaiban untuk menyatukan perasaanku yang berantakan. Keajaiban untuk mengembalikan apa yang telah hilang. Keajaiban, mampu menciptakan hal yang bahkan sebelumnya tak pernah terpikirkan.

Aku yakin.

Bersama alunan musik lembut dari earphone bututku, kucoba mengayun-ayun mataku. Semoga terpejam. Semoga hilang segala kekhawatiran. Semoga saat esok pagi menjelang, aku menemui kebahagiaan.

Jumat, 12 Juni 2015

Menyadari apa yang kulakukan malam ini. Sepertinya aku terlalu menyudutkanmu. Jadi maafkan aku.

Ada adu argumentasi antara kita. Padahal mungkin hanya hal sepele yang kubesarkan. Mungkin aku yang kelewat peka. Aku memang begitu. Semoga kau bisa menerima.

Lalu ada yang menarik dari percakapan kita. Saat aku menjelaskan bahwa sebenarnya aku ini orang yang sedikit cerewet. Aku mengutarakan begitu saja padamu hal yang tak kusuka, yang telah kau lakukan. Dan akhirnya kau bertanya, bagaimana jika kita telah memiliki ikatan halal dan aku menemukan banyak hal yang tak kusuka darimu. Kujelaskan saja bahwa jika yang tak kusuka memang tidak baik untukmu sebaiknya kau merubah itu. Dan jika yang tak kusuka itu ternyata adalah hal yang baik berarti aku yang harus menyesuaikan diri. Kau sama sekali tak perlu berubah demi aku atau demi siapapun. Karena kau adalah kau. Bukan bayangan yang diciptakan oleh orang lain. Kau harus berubah jika memang perubahan itu baik untukmu.

Dan setelah sepanjang itu mungkin kau khawatir bahwa aku memiliki penilaian yang tidak baik tentangmu. Katamu kau tak perlu menjelaskan bahwa kau adalah orang yang memang baik. Aku bisa menilaimu dari banyak hal, dari satu-satunya media sosialmu yang kumiliki misalnya. Iya, itu sudah kulakukan sejak dulu karena aku begitu ingin tau tentangmu. Kau juga bilang aku bisa bertanya pada ibumu. Ahh bagaimana bisa? Apa kau tau sejak SMA aku sering diajak paman mampir ke kedaimu, menikmati makanan favoritku. Saat itu tak ada rasa malu sedikit pun. Tetapi, semenjak aku mendengar kabar tentang niatan baik itu, aku sudah tak berani lagi mampir. Aku canggung dan entah kenapa aku merasa malu. Aku harus berjuang keras menasehati perutku yang terus merengek membayangkan bakso ukuran jumbo dan keripik singkong pelengkap di meja kedaimu. Aku seperti tak punya muka berhadapan dengan ibumu, wanita mulia yang mungkin pada akhirnya akan kupanggil ibu itu. Rasaku berkecamuk, campur aduk. Bagaimana aku mau bertanya tentangmu pada beliau sedangkan aku sendiri khawatir, apa aku ini sudah memenuhi kriteria calon menantu idaman atau belum. Aahh sudahlah.

Setelah itu ku jelaskan bahwa aku yakin kau adalah orang yang baik. Dan kau memintaku untuk mengingat ini :
"Aku tak sebaik yang kamu fikir dan juga tak seburuk yang kamu sangka"
Baiklah akan selalu ku ingat. Tetapi sadarkah kamu, bahwa semua orang memang begitu. Sebaik apa aku ini hingga aku harus menuntutmu menjadi orang yang sempurna baik. Dan seburuk apa aku ini untuk mendapatimu yang sepenuhnya buruk. Tidak. Bukan seperti itu. Semua orang juga tau bahwa tak ada yang sempurna di muka bumi ini. Kata-kata itu tak hanya berlaku untukku. Tetapi juga untukmu. Suatu hari, jika kita telah bernaung di bawah atap yang sama pasti kau akan menemukan bahwa oh ternyata aku begini, aku begitu, aku tak seperti dugaanmu. Pasti seperti itu. Apa kau tau bagaimana khawatirnya aku tentang hal itu? Aku hanya memiliki satu hal yang kubiasakan sejak dini, yaitu kejujuran. Tak ada yang kututupi darimu. Agar kau tau sebenar-benarnya tentang aku. Mungkin akan bisa meminimalkan kekecewaanmu saat kau tau segala tentangku.

Sebenarnya tulisan ini untuk ku simpan. Akan kubagikan kelak jika kita diinjinkan bercengkerama di teras rumah, sebagai pengingat bahwa kita pernah berbeda pendapat hanya karena satu kata. Tapi, aku tak bisa. Aku sunggung-sungguh ingin kau membacanya. Aku ingin kau tau maksud hatiku. Padamu. Sudah itu saja.

Kamis, 11 Juni 2015

Kau ada tapi seolah tak ada. Setiap hari aku harus disuguhi dengan ikatan kita yang jauh, meski raga kita terlalu dekat. Bahkan hembusan nafasmu saja dapat ku dengar.
Kau seolah tak menyadari bahwa aku ada di sampingku. Kau seperti sedang hidup seorang diri, menikmati duniamu sendiri. Tak pernah kau mengerti siapa aku ini.
Kau hanya datang dengan harapan-harapan yang pada akhirnya kau musnahkan. Kau tau, kau buat hidupku menyedihkan. Kau selalu mudah membuatku jatuh cinta. Dan lebih mudah dari itu kau buat aku patah hati. Kadang kau seperti malaikat dalam hidupku. Kadang kau lebih dari makhluk terjahat yang pernah ku tau.

Bagaimana aku mengakhirinya. Kadang kau tarik dan terkadang kau ulur. Kau ulur saat aku sangat berharap. Dan kau tarik ketika aku ingin enyah. Kau lakukan semaumu.
Entah aku yang berlebihan mengartikan atau kau yang memang kejam. Dan aku benci menerima bahwa kau tidaklah sungguh kejam. Aku yang keterlaluan. Aku harus sadar bahwa kau tak begitu. Aku berlaku demikian karena cinta yang diam-diam dan sendirian.

Maafkan aku yang berlebihan.

Sebenarnya ada bahasamu yang tak ku mengerti apa artinya. Tak ku temukan juga di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ku lihat kau sering menggunakan kata-kata itu dikala kau tak setuju akan sesuatu. Terlebih, saat seseorang atau media menyudutkan agama kita, segala ajaran dan tuntunannya. Kau berhak marah karenanya. Kita memang harus marah jika ada yang melecehkan agama Allah. Tapi, ku yakin kau bisa menemukan kata yang lebih indah untuk menguraikan ketidak-setujuanmu, ketidak-sukaanmu.
Entah apa sebenarnya arti 'kata' yang tak ku suka itu, atau mungkin memang aku yang sensitif, aku tak akrab dengan kata-kata asing, di luar bahasa  yang biasa kugunakan sehari-hari. Semoga kau mengerti maksudku.

Rabu, 10 Juni 2015

Kepada Kamu yang Hebat

Kepadamu ku tulis ini pagi-pagi,

Ketika waktu mengajakku untuk berhenti. Di sebuah titik yang belum pernah ku kenali. Memintaku merenung mempertimbangkan namamu. Untuk ku sebut sebagai seorang ayah dari malaikat-malaikat yang terlahir dari rahimku.

Ketika itu aku sangatlah ragu. Kau sangat asing bagiku. Siapa kamu? Dari mana asalmu? Bagaimana hatimu? Tuluskah atau penuh dengan tipu?
Aku tak pernah bermaksud untuk berfikir buruk tentangmu. Seperti yang pernah ku katakan, aku sangat mejaga hatiku. Aku tak mau seseorang memberi luka padaku. Kau pasti tau itu.

Lalu aku mencoba melerai pertikaian antara batin dan logikaku. Mungkin aku harus menyambutmu agar aku tau siapa kamu, bagaimana hatimu. Selangkah ku buka pintu, aku mengintip masih dengan ragu. Lalu aku menemukanmu. Mungkin, yang namanya menemukan tak harus sesuatu yang sedang dicari. Mungkin kau bukan yang sedang kucari. Akan tetapi, Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Kau pasti yang terbaik di antara semua pilihan. Karena Allah sendiri yang memilihmu untukku. Dengan demikian, ku hapus sedikit demi sedikit rasa raguku.

Kemudian waktu terus berjalan. Kau berusaha membuatku yakin dan menghapus segala kekhawatiran dalam hidupku. Kau mengulurkan tanganmu, kau bilang kita akan memecahkan tempurung belenggu hidupku berdua, kau tau aku tak mampu memecahnya dengan tanganku sendiri. Sebab aku terlanjur membuat pengertian bahwa aku ini terlalu lemah untuk melakukan hal yang demikian. Dan kau, membuatku yakin bahwa aku tak serapuh yang kupikirkan.

Dan ketika itu, ketika segala gelisahku telah selesai, aku benar-benar mulai merasa yakin bahwa kaulah yang aku mau. Kau yang akan selalu membimbingku ketika aku tak percaya pada jalan takdirku. Kau yang akan selalu memberi tenang pada setiap kegundahan yang sering kuciptakan sendiri, kekhawatiran yang tak perlu, katamu. Kau yang akan selalu membuatku damai dan tenang ketika aku merasa bahwa dunia tak ingin bersahabat denganku. Kau yang akan membuatku tersenyum dan menyisihkan segala kemungkinan yang akan menjadi sebab sedihku.

Kepadamu, alasan di balik surat ini ku tulis, terima kasih (lagi-lagi). Karena aku tak menemukan kata yang lebih berarti dari pada ini. Semoga kau selalu bahagia. Kau adalah orang yang kuat, setauku. Dan teruslah begitu. Sebab di sini ada seseorang yang sangat butuh untuk kau lindungi. Kau beri rasa aman. Kau lindungi dari segala kemungkinan yang tak ia inginkan. Seseorang yang akan selalu menggenggam erat lenganmu dan meletakkan kepalanya di pundakmu. Seseorang yang sering ketakutan. Seseorang yang butuh untuk kau buat tenang.

Kepadamu orang yang hebat, biarkan cinta ini tetap tersemat.

Sabtu, 06 Juni 2015

Apa kau pernah melabuhkan hatimu pada seseorang? Meskipun kamu belum tau apakah dia takdirmu atau bukan?

Aku pernah.

Dan aku merasa sangat bersalah. Aku merasa telah berkhianat kepada jodohku. Aku mengharapkan orang lain yang menjadi jodohku di masa sebelumnya.
Tapi bukankah hidup kita adalah rahasia? Pekerjaan kita adalah menebak-nebak? Hanya menebak. Hanya menggantungkan diri pada harapan. Jika aku mengharapkan seseorang sebagai jodohku bukankah itu lumrah? Karena aku memang belum tau siapa sesungguhnya yang direstui-Nya untuk mendampingiku.

Aku harap jodohku nanti memaklumi itu.

Apa kau pernah terluka, kecewa dan bahagia karena cinta seseorang yang belum pasti menjadi milikmu?

Aku pernah.

Aku pernah dibuat bahagia oleh seseorang di masa lampau. Hal sekecil apapun mampu membuatku tertawa. Seolah-olah kebahagiaan hidupku ini bergantung padanya. Aku merasa tidak ada sosok lain yang mesti kupilih selain dia di muka bumi ini. Dialah satu-satunya.

Aku pernah dibuat kecewa dan hatiku dibuat sakit karenanya. Aku pernah merasa kehilangan rasa bahagiaku secara utuh. Aku pernah mengurai air mata untuk orang yang salah. Aku pernah merelakan hatiku terluka agar dia bahagia. Aku pernah menjadi sangat bodoh karenanya.

Apa kau pernah menyadari kekeliruan dalam hidupmu lalu memperbaikinya?

Aku pernah.

Ya. Itulah yang sedang ku lakukan tiga tahun ini. Ketika aku telah tau jalanku salah. Ketika aku sadar bahwa aku harus berubah. Ketika aku memahami bahwa sebahagia apapun aku bersama seseorang yang belum pasti adalah suatu hal yang sama saja ada di dalam mimpi. Dan sesedih apapun aku di sakiti oleh seseorang yang belum pasti, adalah kebodohanku membuang-buang waktu di dunia ini.

Kau tau? Aku telah berubah. Mungkin ini juga berkat doa dari jodohku. Mungkin jodohku adalah orang yang sangat baik jadi Allah ingin menyandingkannya dengan yang baik, sehingga Allah memperbaiki jalan hidupku. Mungkin dia mendoakan kebahagiaanku. Mungkin dia sedang mendoakan segala yang terbaik bagiku.

Terima kasih jodohku.

_

"Ya Allah, sampaikan kepadanya bahwa aku mencintainya karena-Mu."

Jumat, 05 Juni 2015

Tuan Putri yang Pemalu

Pagi yang dingin membelenggu dan embun-embun seolah membeku. Sebeku rasa gundah itu.

Nyaring kokok ayam menarik selimut biru. Memaksanya membuka kelambu. Menghampiri dapur bergelut dengan bumbu-bumbu.

Tuan putri yang pemalu. Selalu bersembunyi di balik tungku. Enggan bersapa dan bertemu. Menjaga dirinya dari hal yang tidak ia mau.

Sepanjang hari dia menunggu. Tertegun dalam lamunan bisu. Menyatakan rindu dengan lugu. Kepada pangeran berbaju beludru.

Tuan putri yang pemalu. Engkau selalu begitu. Sampai kapan kau berada di balik bayangan rajamu. Bangunlah dan temui pangeranmu. Dia kebahagiaan hatimu.

Kamis, 04 Juni 2015

Selamat siang yang sedang ku rindukan,
Salam ini disertai senyum sumringah dari balik jendela lantai dua
Dari tempat duduk yang sejak kecil kuimpikan, kursi yang bisa berputar-putar

Siang ini sangat terik
Apa di sana juga?
Ah.. tentu saja. Bukankah kita memang bernaung di bawah langit ya sama.
Jadi katakan padaku bahwa aku tak perlu khawatir tentangmu
Kita ada di planet yang sama
Aku bukan alien yang sedang mengagumi manusia kan?

Tapi rasa rindu itu kadangkala lucu
Rindu itu bukan berarti aku teringat-ingat wajahmu
Ah .. tentu saja. Aku belum melihat wajahmu. Hanya sekilas waktu itu. Dan aku memiliki daya ingat yang kurang baik. Tapi segala yang kau tuturkan padaku, telah membentuk sosokmu dalam ingatanku, dan itu yang menjadikannya rindu lebih dari rindu.

Apa ini? Kemana arah bicaraku?
Ya sudahlah, orang yang sedang merindu itu mudah sekali kehilangan diri. Menjadi lupa siapa dirinya, dimana ia berada dan apa yang mau dikatakannya.
Sampai begitunya ya... Ha ha iya.

Rabu, 03 Juni 2015

Selamat malam kenangan
Terima kasih telah menjengukku malam ini
Terlibat dalam lamunanu yang sepi
Kau hadir menepis mimpi-mimpi
Seperti yang selalu kau lakukan, sejak dulu hingga kini

Hadirmu tak pernah meminta ijinku secara pasti
Kau ada dan aku terlambat menyadari
Kau menyibak setiap kabut penutup kisah kita
Yang sengaja kukubur demi hatiku di masa berikutnya

Kau mengusik pagiku, siangku, malamku dan setiap detik yang kumiliki
Kau menarik-narikku untuk kembali
Kau tak rela jika kubuang begitu saja tanpa rasa berdosa
Kau ingin aku mengabarkannya pada dunia
Kau ingin membuatku menjadikanmu tetap ada
Kau memang suka memaksa

Selamat malam kenangan,
Terima kasih telah datang menjengukku
Sekarang, biarkan aku tertidur lelap dan melupakanmu

.Selamat malam kenanganku.

Jalanmu samar-samar
Hadirmu samar-samar
Segala tentangmu samar-samar

Hatiku tertikam
Gelisah dan khawatir mencekam
Menyayat setiap rindu dan harapan

Namamu jauh
Kau buat hatiku jatuh
Jiwaku sedang berkeluh

Ku tunjukkan rasa yang menghimpit
Tapi kau tak sadar aku sakit
Karenamu yang tak peduli meski hanya sedikit

Mengagumimu dengan sembunyi
Mengharapkanmu hadir di sisi
Dan terluka karena cinta sendiri

Minggu, 31 Mei 2015

Ayah, kata orang alasan kenapa seorang anak perempuan sangat menyayangi ayahnya adalah karena seorang ayah adalah satu-satunya lelaki yang tak akan pernah menyakiti hatinya.

~Dan aku sangat menyayangi ayah. Satu-satunya lelaki yang kuyakin tak akan menyakitiku. Meskipun kenyataanya tak begitu.

Apa ayah tau bagaimana rasanya sakit menahan rindu? Jika yang kurindu adalah lelaki yang bukan siapa-siapku itu bukanlah masalah besar. Namun, lelaki yang kurindu selama ini adalah engkau, ayah.

Apa ayah tau bagaimana sulitnya harus membiasakan diri tanpa kehadiran ayah? Apakah seekor burung bisa terbang tinggi jika salah satu sayapnya patah? Apa ayah berfikir tentangku saat ayah memutuskan untuk tak kembali? Apa ayah sadar telah membuatku patah hati?

Aku masih selalu membuka pintu ayah, menunggumu pulang. Aku sangat setia ayah, setia padamu. Meski ayah telah mematahkan harapanku. Bolehkah aku mendengarmu bermain gitar dan menyayikan lagu Rhoma Irama? Masih bolehkah aku ditengok saat tengah malam karena ayah tak tega membiarkanku tidur sendirian? Masih bolehkah aku mendapatkan banyak kecupan di pipi kanan kiriku dari ayah? Masih bolehkah aku berharap menjadi putri kecil yang selalu kau banggakan?

Masih boleh kan ayah?

Orang-orang bilang ayah sangat bahagia ketika aku lahir ke dunia ini. Aku rasa semua orang tua begitu. Tapi kini, aku memendam tanya ayah. Apakah masih ada kebahagiaan karena aku dalam hati ayah, kebahagiaan yang sama seperti saat aku dilahirkan 21 tahun 10 bulan yang lalu?

Aku harap masih.

Sabtu, 30 Mei 2015

Tersenyumlah, ajaklah hatimu untuk berbahagia
Seperti yang kita tau, nikmat Allah bukanlah harta semata
Apa kau sehat hari ini? Apa kau masih bisa menyebut asma Allah hari ini? Apa kau masih bisa melihat orang yang kau sayangi?
Maka, hal apa yang membuatmu harus bersusah hati?

Jangan kecewa, jangan marah
Allah tau apa yang baik bagimu
Jika ketidakberuntungan hadir dalam hidupmu, itu salah satu cara Tuhan mencintaimu
Barangkali yang menurutmu adalah ketidakberuntungan itu adalah cara Tuhan menjauhkanmu dari hal buruk dan membawamu pada yang lebih baik
Nilai tambahnya lagi, adalah bagian dari rencana Tuhan untuk mendekatkanmu pada-Nya
Allah memang sweet bukan?

Jangan membenci, jangan berprasangka buruk
Wahai jiwa yang baik, berprasangka baiklah kamu
Semua yang terjadi padamu adalah ujian yang akan membawamu naik kelas
Mungkin cara mengujinya ada yang kau suka dan ada yang tak kau suka
Seperti waktu kita sekolah ada banyak mata pelajaran
Mungkin kau suka Bahasa Indonesia dan tak suka Matematika atau sebaliknya
Tapi bukankah kau harus mengerjakan semuanya agar kau naik kelas? Agar kau juara? Agar kau lulus?

Jadi, tersenyumlah. Bersabarlah. Ikhlaslah. Bujuklah hatimu untuk bersuka cita.

Selasa, 26 Mei 2015

Rindu ketika jemari tanganmu menuntunku dalam hilang arahku

Rindu ketika punggungmu yang mulai renta, terseok menggendongku dalam ketidak-berdayaanku

Rindu ketika tuturmu yang lembut membekaliku berkantong-kantong ilmu kehidupan

Rindu ketika nada kerasmu menginginkan aku membawa diri ke mushola An-Nur, kau bilang aku akan menemukan jalan menuju surga di sana

Rindu ketika engkau memanggulku seperti Reog Ponorogo yang pernah ku saksikan sewaktu kecil, dengan aku menari-nari bahagia, kau iringi dengan musik manual dari decakan mulutmu

Rindu ketika aku terjatuh, lututku terluka dan kau memintaku untuk tidak menangis. Kau menenangkanku dan membuatku yakin bahwa segalanya akan baik-baik saja karena ada kau di sampingku.

Rindu ketika kau mengajariku untuk menjadi mandiri. Namun kau tak tega membiarkanku tidur sendiri, kau menemaniku sampai pagi.

Rindu bercengkerama denganmu, mendengarkan permainan gitarmu, melihatmu hidup damai dengan pisang goreng buatan ibu. Surga kecil ayahku, aku rindu.

Senin, 25 Mei 2015

Ibu, dalam segala lelah ini, kau selalu hadir menawariku pelukan hangatmu
Kau hadir untuk mengubah setiap kesedihan menjadi senyuman
Kau sembunyikan setiap luka untuk membuatku tertawa bahagia

Kau ada, menemani segala kekhawatiranku
Kau ada, menyurutkan segala ketakutanku
Kau membuatku kuat di saat aku merasa paling lemah
Kau membuatku mampu bangkit ketika aku memilih untuk menyerah

Meski tak ada nasi goreng dan telur dadar buatanmu di setiap pagiku, namun doamu selalu ada, menyertaiku
Terima kasih untuk cintamu yang begitu besar
Terima kasih untuk kasih sayangmu yang tanpa syarat
Terima kasih selalu membuatku bahagia apapun upayamu

Terima kasih Tuhan, telah menjadikan dia ibuku :')

Sabtu, 23 Mei 2015

Kau sembunyikan bunga itu
Jauh dari pandangan mataku
Betapa aku ingin melihat indahnya
Betapa aku ingin mencium wanginya

"Tunggu"
Kau ingin aku bersabar
Kau bilang belum saatnya
Baiklah, mungkin bunganya masih kuncup
Kau ingin membaginya padaku saat sudah mekar

Sudah sekian lama ....

Kau berikan juga padaku
Bukan setangkai mawar cantik seperti yang ku fikirkan sebelumnya
Bunga yang masih melekat pada tangkainya
Sebatang pohon yang tumbuh dalam pot, dengan tanah yang subur dan kau sertakan pula sekantong pupuk, kau ingin aku merawatnya

Cintamu amatlah sempurna

“Selangkah anak perempuan keluar
dari rumah tanpa menutup aurat,
maka selangkah juga ayahnya itu
hampir ke neraka. Selangkah
seorang isteri keluar rumah tanpa
menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka”.

Memutar ulang ingatan dalam memori. Saat pertama kali aku memutuskan untuk patuh terhadap perintah Allah yaitu menutup aurat. Aku telah memutuskan untuk tidak melakukan setengah-setengah. Aku melakukannya dengan total. Ada beberapa selentingan kata yang kadang menusuk hati. Tapi yang bisa kulakukan adalah bersabar dan berprasangka baik. Niatku karena Allah. Aku tak perlu sedih karena aku telah hijrah pada sesuatu yang lebih baik. Para tetangga kos mungkin masih bingung sehingga secara bergantian mereka bertanya.

"Mau pengajian kemana mba jam segini?"

"Oh tidak buk, ini mau berangkat kerja."

"Oalah, hijaber ya sekarang? Tapi kayanya terlalu kedodoran. Tapi ya ga apa-apa sih." Sambil tersenyum.

Pertanyaan yang serupa muncul selama beberapa hari dari tetangga yang berbeda. Jadi aku berfikir bahwa aku yang harus menyesuaikan diri. Aku harus memperkenalkan ulang siapa aku ini di mata mereka. Mungkin, kalau dulu mereka mendiskripsikanku sebagai perempuan berambut sepinggang, dengan poni miring, dengan celana jeans dan hem rapi. Sekarang inilah saya, hamba Allah dengan pakaian "kedodorannya" seperti ibu-ibu pengajian. Yang hanya terlihat muka dan telapak tangannya. Dan Alhamdulillah, mereka semua sudah terbiasa dengan deskripsi baruku.

Dan hari ini aku merasa sedih. Seorang muslimah (yang juga berjilbab namun belum sempurna) menanyaiku.

"Mbak, sampean kalau berjilbab kok sampai ke bawah dada gitu ya, yang kemarin malah sampai bawah perut."

"Bukannya memang seperti itu ya harusnya?"

"Oh iya sih. Sampean dulu lulusan pondok ta mba?"

"Bukan sih mba. Kenapa ya?"

"Enggak apa-apa mba. Cuman kok pakai baju muslimnya sampai kaya gitu. Heehee"

SAMPAI KAYA GITU ~ aku sedikit kaget mendengar kata itu. Menutup aurat yang sesuai ketentuan itu wajib hukumnya bagi semua muslim. Aku atau siapa pun tidak perlu masuk pondok terlebih dahulu untuk dapat melaksanakan perintah Allah.
Aku sedikit bingung menghadapi embak tersebut. Lalu perlahan ku jelaskan dan Alhamdulillah beliau tidak tersinggung.

Baiklah, Allah SWT berfirman :“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nur : 31)

Juga firman Allah Swt:“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs. Al-Ahzab : 59) 

Sudah jelas benar perintah Allah tentang ketentuan menutup aurat. Jika seseorang telah mengenakan jilbab namun tetap nampak lekuk tubuhnya atau beberapa bagian tidak tertutup sempurna hendaknya segera merubahnya. Allah selalu memberikan yang terbaik di balik perintah dan larangan-Nya. Tidak ada yang merasa dikekang jika kita benar-benar bertakwa. Ingatlah, betapa Allah sangat perhatian. Dengan menutup aurat secara benar, kita dapat terlindungi dari pandangan-pandangan yang penuh nafsu hewani. Kita tidak dapat menjadi ladang syaiton untuk menggoda iman manusia. Allah hanya ingin melindungi kesucian kita. Meninggikan harga diri dan kehormatan kita. Memberikan peneduh dan menambah takwa kita. Juga dapat mencegah kita melakukan hal yang tidak terpuji. Menimbulkan rasa malu untuk bermaksiat. Membawa kita pada ketakwaan-ketakwaan lain.

Ada juga yang pernah bertanya kepadaku.
"Lalu bagaimana kalau jilbabnya itu cuma untuk menutupi kedok. Biar dikira anak alim terus diluar ga karuan kelakuannya."

"Lihat saja, seperti yang sampean katakan, niatnya untuk menutup kedok bukan karena Allah. Lagipula menutup aurat dan akhlak itu jauh berbeda. Menutup aurat itu perintah Allah. Dan akhlak itu terbentuk dari banyak faktor. Seperti kita saat sekolah. Waktu SD kita harus memakai seragam merah-putih. Waktu SMP harus memakai seragam biru-putih. Dan SMA abu-abu putih. Meskipun mereka semua memakai seragam yang sama. Tapi karakter mereka tetaplah beda. Ada yang rajin dan patuh. Ada yang suka membolos. Ada yang suka berkelahi. Jadi jangan dikait-kaitkan dua hal itu. Muslimah yang berjilbab belum tentu berakhlak baik. Namun muslimah yang berakhlak baik sudah tentu akan menutup auratnya."

"Tapi aku ga suka kalo liat cewek berjilbab tapi cuma pakai leging, kaos ketat terus kerudung yang diikat cuma sampai leher."

Kalau untuk itu aku belum bisa menjawabnya waktu itu. Karena aku sendiri bingung, takutnya kalau diingatkan terus dia tersinggung malah membuat tali silaturahmi merenggang. Jadi menunggu waktu sambil pelan-pelan mengingatkannya.

Pakaian muslimah tidak boleh berlebihan atau mengikuti trend mode tertentu karena memang jilbab bukan perhiasan. Kainnya harus tebal, tidak tipis. Pakaian transparan atau membayang (tipis) akan memancing fitnah (godaan) dari pihak laki-laki.Rasulullah Saw bersabda :“ Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid ( baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyaratkan wajah dan tapak tangan.”(HR abu Daud).

Jadi  pakaian yang tipis dan serba ketat, hal ini jelas tidak diperbolehkan. Ancaman bagi mereka sebagaimana sabda  Rasullullah saw:“Ada dua golongan dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2) wanita yang berpakain tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebasar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR. Muslim). 

Mudah-mudahan penjelasan ini cukup sebagai tambahan ilmu. Semoga bermanfaat teman-teman.

Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaa ilaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
(Maha Suci Engkau ya Allah dan
segala puji bagiMu, aku bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat
kepadaMu)”

Rabu, 20 Mei 2015

Saat kurasakan, ada sesuatu di dalam sini ~ dalam hatiku
Tak tau sejak kapan
Aku tak pernah mendengar kata 'permisi' sedikit pun
Aku merasa nadiku kelelahan karena akhir-akhir ini berdenyut dengan kencang, akhir-akhir ini kita saling bercakap
Aku merasa otakku telah bekerja keras memutar namamu berulang-ulang
Aku merasa lelah, seharian penuh bermimpi untuk menggenggam tanganmu, duduk di sampingmu kemudian menceritakan segala tentang hidupku kepadamu
Aku merasa tak dapat bicara ketika harus menjawab pertanyaanmu, aku salah tingkah, aku grogi, aku malu.

Sudah. Apa lagi yang akan ku ungkap. Aku tak punya banyak kata. Ini terlalu aneh. Terlalu tak wajar.  Aku hanya bisa diam. Diam.

Azhar untuk seorang Putri.

Minggu, 17 Mei 2015

Kepada kamu, yang selalu meyakinkanku dengan cintamu yang karena Allah...

Terima kasih telah turut mengiringi perjalanku
Telah hadir untuk membuatku lebih kuat dari sebelumnya
Telah sabar menghadapi setiap keraguan yang kusuguhkan
Terima kasih, telah menjadi seseorang yang membuktikan kebenaran cintanya, bagaimanapun itu caranya

Maaf, aku belum sempat mengerjakan PR-ku
Menulis AKU-KAU-KUA dengan Aamiin di akhirnya sebanyak yang aku bisa
Aku masih terlalu sibuk dengan prasangka-prasangka yang salah
Jadi aku harap, kau ikhlas memberikannya; setiap kali aku meminta maafmu

Tidak peduli bagaimana kamu hadir dalam hidup ini
Tidak peduli seberapa lama waktu memberikan jarak kepada kita
Tidak peduli sampai kapan kita bisa saling mengenal lebih dalam
Tidak peduli kapan kita akan disatukan
Aku hanya peduli satu hal, bahwa kau mencintaiku dengan cara yang benar

Dan aku lega karenanya

Aku akan mempersiapkan diriku untuk berjalan di sampingmu
Mengaji ilmu-ilmu Allah dan menyimak dengan sungguh kutbah bada subuh darimu
Menyeduh teh hangat di pagi hari, membuatkan sarapan untukmu
Menunggumu di sore hari, memberimu senyum terindah yang akan menghapus segala lelah
Mendengarkan setiap cerita tentang hari-harimu yang kau lalui dengan tuntas
Meninggalkan dunia yang kujalani ini jika engkau lebih ridho aku berdiam di rumah, seperti bidadari surga yang dipingit
Meninggalkan segala anganku sebelumnya
Kini, hanya satu mimpi yang kumiliki : menjadi wanita sholeha, seorang anak sekaligus seorang istri dan ibu yang baik

Apa keputusanku sudah benar?
Semoga sudah

Sabtu, 16 Mei 2015

Kepada seseorang, yang malam ini meminta sedikit penjelasan kepadaku... Aku minta maaf.

Mungkin ada kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tak kumaksudkan seperti itu
Mungkin ada raguku yang akhirnya mengganggu pikiranmu

Maaf, aku selalu tak berani mengutarakan langsung padamu
Maaf, jika mungkin rasa khawatirku membuat tidak enak pada hatimu
Maaf, untuk semua perkataanku yang tak mungkin bisa kutarik ulang

Maaf, jika aku sangat menjaga hatiku dari rasa sakit, hingga aku mudah ragu akan sesuatu
Maaf, jika aku masih sering mengkhawatirkan hari esokku, tentang segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi padaku. Tentang ketakutanku bahwa aku akan ditinggal di tengah jalan, atau aku diduakan, atau aku disakiti; hati maupun badan.

Maaf, jika iman dan pengetahuan agamaku masih sangat dangkal. Aku akan terus belajar. Hingga segala khawatirku hilang. Hingga aku mampu mempercayai diriku sendiri, untuk melabuhkan hati ini padamu~ seseorang yang selalu berusaha meyakinkanku.

Dan....... aku baik-baik saja meski aku tidak mendapatkan ucapan selamat pagi atau semoga mimpi indah. Atau pertanyaan sedang apa, sedang ada dimana, sudah makan atau belum dan sebagainya. Karena aku tau, perhatian tak harus melulu seperti itu. Kau sebut namaku saja dalam doamu itu sudah lebih dari cukup. Perhatian yang tak terhingga. Karena perhatian itu kau ungkapkan langsung pada Pemilik kita, Yang Maha Besar itu. Bukankah itu istimewa dan indah? Percayalah, aku bukan wanita yang haus akan ucapan-ucapan bualan semacam itu. Kau tau bukan, aku ini (sedang bermimpi menjadi) seorang penulis. Jadi kalau urusan buaian, aku tak tertarik. Dan kau juga pasti tau, ini bukan masalah percintaan remaja labil. Ini tentang cinta yang karena Allah. Semoga dengan berserah diriku pada-Nya, aku akan segera mampu membunuh prasangka buruk ini. Aku mampu, aku yakin aku pasti mampu. Allah akan membimbingku. Jadi, aku harap kau akan memahami dan memaafkanku. Harusnya aku menjadi salah satu alasanmu untuk tersenyum. Bukan membebanimu dengan keragu-raguanku. Terima kasih untuk segala upayamu. Kau; tuan yang murah hati, semoga selalu diridhoi.

Kepada kamu (sekali lagi) aku minta maaf.

Selamat pagi perjalananku,
Kau tau kan seberapa panjang aku menapaki jalanmu
Seberapa lelah aku menurun-tanjaki bukit dan lembahmu
Seberapa aku merasa gila dengan pagi menyapa embun dan sore menyapa ayam-ayam yang berbondong masuk kandang

Dengan sepi dan jenuhku ini aku masih belum memahami apa yang hatiku ingini
Aku masih merasa kosong
Aku masih merasa ada yang hilang
Aku merasa entah

Aku masih tak bisa melabuhkan hatiku pada siapa saja
Aku masih memahami seseorang dengan tanda tanya
Seharusnya aku percaya dengan isyarat-isyarat yang telah kubaca
Namun, apalah daya
Hati tetaplah hati, yang tak akan semudah itu berkompromi

Aku, tak tau apa-apa
Aku, bukan siapa-siapa
Aku, hanya menerbang-tinggikan kebaikan demi kebaikan
Aku harap aku akan memetik buah manis yang aku dambakan

Aku masih dalam keraguan
Raguku atas rasa ini yang tak tau berujung pada titik mana
Berlabuh dalam masa seperti apa
Bersanding dengan sosok yang bagaimana
Memiliki kebahagiaan yang sebahagia apa

Aku berserah, aku pasrah, aku menengadah ...
"Ya Allah labuhkanlah hatiku pada lelaki terpilih-Mu, yang mencintaiMu, dan yang mencintaiku karena-Mu.

Rabu, 13 Mei 2015

Kita Jauh-Dekat

Kenapa dulu kita jauh?
Kenapa sekarang kita baru dekat?
Apa kau baru berani mendekat?
Padahal dulu aku tak pernah jauh

Kenapa kau baru mendekat saat kita harus menjauh
Kenapa kita baru dekat saat aku tak bisa lagi untuk dekat
Kenapa kita tak dekat saat aku bisa dekat
Kenapa kamu begitu dekat saat aku harus pergi jauh-jauh
Kenapa kita tak bisa sama, saat aku dekat ~ kau jauh, saat aku jauh~ kau dekat

Aku telah pasrah
Aku harap kita bisa sama-sama dekat
Aku ingin kita saling berikat
Aku dekat, kau dekat, kita berdekap ~ erat.

Senin, 11 Mei 2015

Adakah yang berubah darimu?

Banyak.

Hembusan nafasmu tak lagi hangat bagiku. Terasa dingin, sangat dingin, hampir membeku.

Senyuman yang selalu kurindu kini hanya datar, sesuai nada yang keluar dari bibirmu. Tanpa irama. Hanya suara. Suara yang begitu saja. Tak ada gelombang; datar. Suaramu datar, wajahmu datar. Hatiku bergemetar. Takut kau akan ingkar.

Langkahmu yang biasa menunjukkan jalan untukku, kini tertancap pada tanah yang sama. Diam, mematung, membatu. Tak tersentuh. Tak bergerak, sekalipun diterpa angin. Tak bergeser, sekalipun tanah berguncang menghamburkan kerikil.

Aku canggung. Aku asing. Aku tak lagi mengenalmu. Aku tak lagi tau, siapa kamu... Siapa kamu? Kamu... Kamu ...

Minggu, 10 Mei 2015

Tujuh puluh sembilan persen, daya di hp ku saat ini
Pukul 10:06 saat aku menyaksikan kisah Upin & Ipin di televisi
Oh... entah apa yang sedang ku bicarakan
Rupanya aku telah sedikit kehilangan akal
Waktuku terlalu luang, dan aku hampir kurang kerjaan di hari libur seperti ini
Dan satu-satunya hal yang selalu ku lakukan, setelah aku mencuci baju, membersihkan kamar dan memasak, setelah aku berhenti dari segala kesibukan adalah : memikirkanmu.

Tapi untungnya ada Upin & Ipin yang menyita perhatianku
Hari ini judulnya 'Boria Suka Suka'
Ada Upin & Ipin dan kawan-kawan bernyanyi dan berjoged kompak, lucu dan menggemaskan
Aku sangat berterima kasih kepada orang yang dengan kreatif menciptakan itu semua
Orang kreatif yang mampu menghibur orang dewasa kurang kerjaan dengan naluri anak kecil yang kadang meninggi ini

Sekarang dua puluh lima persen, kekuatan mataku sudah kehilangan banyak daya
Sekarang pukul 10:17
Kesunyian dan hawa gersang di luar membuat mataku ingin mengatup
Melupakan segala lelah
Melupakan segala sepi
Semoga aku telah punya sesuatu untuk ku kerjakan setelah bangun nanti ~ selain hanya: memikirkanmu.

Sabtu, 09 Mei 2015

"Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini?" Upayaku membela diri.

"Tidak sempurna itu jika ada kekurangan yang tidak kita inginkan dan kita tidak mampu menolaknya. Kalau ini namanya ceroboh. Kesalahan yang hampir sama, dilakukan berulang-ulang."

"Maaf." Kataku merasa bersalah.

"Apa maaf bisa merubah keadaan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Ya aku harus bagaimana? Tanaman cabainya sudah mati. Memangnya aku ini Tuhan yang bisa menghidupkan kembali."

"Sekarang tau kan jika kata 'maaf' tidak bisa merubah keadaan."

"Iya. Tapi bukankah kata 'maaf' adalah niatan besar dalam bentuk kecil sebagai penebus kesalahan? Bukankah meminta maaf lebih baik daripada membiarkan sebuah kesalahan lalu menganggap semua baik-baik saja? Bukankah kata maaf seribu kali lebih indah daripada mengabaikan kesalahan yang sudah terlanjur dibuat? Dan mungkin kata 'maaf' mampu mencairkan hati orang yang sedang marah, hatimu saat ini." Nadaku melirih.

"Maaf."

"Kenapa?"

"Maaf telah mengabaikan kata sederhana yang bermakna luar biasa itu. Maaf."

"......." Dan kamu tertegun.Dan aku tersenyum.

Jumat, 08 Mei 2015

"Kenapa harus flamboyan?" Tanyamu

"Karena flamboyan itu indah. Tak hanya itu, dia juga tegar. Ketika bunga dan daunnya gugur, dia tetap kokoh berdiri menunggu persemiannya. Dan ketika sudah bersemi, warna daun hijau pupus berpadu dengan bunga-bunga orange itu, membuatku bahagia. Lebih indah dari hal lain apapun."

"Jadi, apa aku harus membawa bunga flamboyan ketika melamarmu nanti?"

"Iya."

"Dasar merepotkan!"

"Bawa saja yang kecil, nanti kita tanam di halaman rumah kita."

"Rumah kita?"

"Kau ragu?"

"Aku jelas ragu. karena kata-kata ini keluar dari mulut kita, anak kelas 2 SMP!"

Ya, saat itu memang kita masih kelas 2 SMP. Namun, aku berani memastikan bahwa apa yang kuucapkan kala itu akan tetap kuucapkan di kemudian hari, saat orang-orang percaya bahwa aku telah sanggup hidup dengan cara mereka. Tapi entah bagaimana denganmu. Saat kau ragu waktu itu, mungkin kau sedang ragu dengan dirimu sendiri. Tapi ya sudah, mungkin memang semua terlalu dini. Aku saja belum becus menata rambutku sendiri. Jadi, biarkanlah percakapan itu menjadi selingan penghibur diri, sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi.

"Sudah?" Tanyamu

"Apanya?"

"Ngelanturnya."

"Sudah."

Selesailah percakapan jeda waktu istirahat itu. Waktu yang tak lama, namun tak pernah gagal membuatku bahagia. Semua hal memiliki makna. Bahkan, satu patah kata pun mampu membuatku berbunga-bunga, asal kata itu keluar dari mulutmu. Iya, darimu saja.

Lagi ...
Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang tak terkendali
Dengan luka yang sama
Dengan perih yang tak ada beda dari sebelumnya

Mencintaimu dengan sembunyi
Mengharapkanmu yang tak akan sudi untuk kudampingi
Mengejarmu yang terus berlari
Mencintai seorang diri, terluka sendiri

Rasa ini susah untuk musnah
Aku setia menantimu peduli tanpa jengah
Setia menunggumu berkata mau dengan gagah
Aku menantimu dengan keluh kesah, pasrah

Andai cerita hidup dapat diciptakan sendiri
Andai aku tak perlu usaha keras untuk membuatmu ada di sini
Andai aku dapat mengendalikan hati
Kau pasti dapat kumiliki


(Inspirasi: Curhat colongan ~ Leoni untuk Michael)

Kamis, 07 Mei 2015

Sekali-kali kau bumbui percakapan kita; yang hanya singkat itu, dengan kata-kata yang membuatku menarik kedua ujung pipiku, tersenyum. Kata orang cara termudah untuk membuat orang menyukai kita adalah dengan membuatnya tertawa. Aku rasa kau telah melakukannya dengan sempurna.

Aku merasa lucu dengan hidupku saat ini. Kadang aku bingung dengan kata "kita". Aku sangat sadar bahwa aku dan kau belumlah menjadi kita, itu baru sebatas doa dan harapan.
Kadang aku tersenyum-senyum sendiri, membuka pesanmu yang sengaja tak ku hapus itu secara berulang-ulang tanpa rasa bosan. Entah kebahagiaan macam apa ini, aku anggap saja itu adalah obat rindu yang takkan kujumpai di apotek manapun.

Aku ini orang yang lelet, tapi kini aku telah menjadi orang yang sangat sigap. Sangat sigap hanya ketika nada sms di hp-ku berbunyi. Entah dari siapapun itu, setidaknya ada sedikit harapan bahwa itu darimu. Dan kadang, meski aku telah mempersiapkan diri, namun aku tetap merasa kecewa jika ternyata sms yang kuterima adalah dari orang lain, dan lebih menjengkelkan lagi saat aku tau bahwa sms itu ternyata dari provider.

Sepertinya hatiku sudah mulai berbunga-bunga dengan perhatianmu yang tak biasa, perhatian yang lebih dari apa yang kudefinisikan. Kadang hal itu membuatku gelisah. Kadang, aku juga risau tentang tanda-tandamu. Aku takut salah mengartikannya. Aku takut salah kira. Aku khawatir, sebab harapan terkadang jauh dari kenyataan. Jadi aku tak mau berharap lebih padamu. Bukankah memang seperti itu; seperti yang telah kau ingatkan? Kita tak boleh berharap kepada selain Allah. Akhirnya segala yang telah berubah pada hidupku akhir-akhir ini kuserahkan kepada-Nya. Aku tak suka dikhianati. Aku tak suka dibuat patah hati. Aku rasa semua orang memang tak ingin hal itu terjadi. Bahkan seorang pengkhianatpun tak ingin dikhianati. Maka dari itu, biarkanlah aku memperlakukan cintaku sesuai perintah-Nya. Dan melibatkan-Nya dalam setiap urusanku.

"Aku merasa lucu dengan hidupku. Mungkin, beginilah cara Tuhan menghiburku. Allah memang sayaaaaaaaaaaaaang padaku." ;) ;)

Minggu, 03 Mei 2015

Ayah, apa Ayah tau? Jika seorang Ayah atau Ibu selalu khawatir mengenai keadaan putra putrinya, seorang anak pun mengalami hal yang sama.
Ini rasa khawatirku Ayah. Ayah telah lama jauh dariku. Lama sekali. Aku telah meniup lilin sebanyak 8 kali tanpa kehadiran Ayah. Mendengar suara Ayah pun harus menunggu jadwal yang Ayah tentukan. Itupun tak lebih dari sepuluh menit.
Hari ini Ayah telah berjanji untuk meghubungiku, tapi Ayah menghilang. Hal yang mungkin kecil ini selalu mengingatkanku pada moment saat Ayah pergi.
Saat itu Ayah bilang tidak akan lama. Ayah hanya membawa pakaian satu tas besar. Dan berjanji saat aku masuk SMA, Ayah telah kembali untuk medampingiku mencari sekolah terbaik yang kuinginkan. Dan Ayah tau, meski aku telah duduk di bangku kelas 2 SMP, tetapi aku masih secengeng anak berusia 5 tahun, sehingga Ayah menjanjikanku hal-hal yang aku sukai. Ayah berjanji akan memberiku dua hadiah sekaligus saat pulang nanti karena Ayah akan melewatkan dua ulang tahunku. Ayah akan membawakanku satu box coklat besar dan akan membelikanku sebuah keyboard. Meski Ayah tau aku tak pandai bermusik seperti Ayah.

Taukah Ayah? Sebenarnya aku masih ingin menagih janji-janji itu. Tapi mengingat bahwa keadaan tak lagi sama, maka aku mundur dari harapan mustahil itu. Aku hanya ingin mendengar suara Ayah kapanpun aku mau, itu sudah cukup Ayah, untuk menebus perpisahan kita yang bertahun-tahun ini. Maka, aku mohon Ayah, entah ini surat keberapa yang ku tulis, tapi harapanku selalu sama, Ayah ada untukku. Setiap waktu. Setiap aku membutuhkan nasehat Ayah untuk hidupku. Setiap saat aku membutuhkan kata penenang untuk setiap gundahku. Setiap aku membutuhkan kasih dan perhatianmu Ayah.
Aku harap Ayah mengerti.

Dari: Putri sulungmu yang tak dapat makan karena merasa kecewa saat Ayahnya tak memenuhi janji.
Walau bagaimanapun, aku sayang Ayah. Dan aku, bahagia dilahirkan sebagai putri Ayah.

Sabtu, 02 Mei 2015

Khusyu

Perhatikanlah kekhusyu'an dalam sholatmu. Orang yang lalai dalam sholatnya akan lupa di hadapan Siapa dia berdiri dan berkata-kata. Sepatutnya kita malu jika berbicara kepada Allah dengan hati yang lalai dan pikiran yang masih sibuk dengan urusan dunia atau bahkan terselip sahwat yang keji. Sadarkah, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui rahasiamu dan melihat ke dalam hatimu. Sedangkan Allah hanya menerima sholatmu sesuai dengan kadar khusyu'mu serta perasaan tawadhu'mu kepada-Nya. Maka dari itu laksanakanlah sholatmu dengan sifat Ihsan yaitu seakan-akan kau melihat-Nya. Tetapi jika tidak bisa, ingatlah bahwa Allah melihatmu. Timbulkanlah rasa malu dalam hatimu. Apa balasan yang pantas kepada Dzat yang telah memberimu hidup dan melimpahimu segala hal, sedangkan melaksanakan ibadahnya yang tak memakan banyak waktu itu kau lakukan seperti orang yang sedang lomba lari maraton, yang kau lakukan seperti orang yang sedang belajar membaca cepat dalam pelajaran Bahasa Indonesia, yang kau lakukan tanpa kau pedulikan maknanya, yang hanya ada sederet rencana untuk urusan duniamu. Pantaskah jika kita membalas-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya namun seolah-olah kita memandang-Nya rendah seperti makhluk lain yang kita sepelekan. Sadarkah kamu Siapa yang sedang kamu ajak bicara dengan acuh tak acuh itu? Bayangkan bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang namun orang itu malah sibuk sendiri, jika orang itu justru memalingkan mukanya dan tidak peduli?

Baiklah, mungkin beberapa hal bisa meningkatkan kekhusyu'an dalam sholatmu:
1.  Melihatlah ke tempat sujudmu, jangan membunyikan atau meletakkan sesuatu yang dapat menarik perhatianmu.
2. Jika kamu sedang memiliki hajat (bak, bab, lapar dll yang serupa). Hendaknya selesaikan dulu karena makhruh hukumnya menahan yang tersebut di atas. Dan menahannya membuat sholatmu tidak tenang, menghilangkan khusyu'mu.
3. Membaca setiap bacaan sholat dengan bersuara (tetapi juga jangan terlalu keras), suara yang terdengar sampai ke telingamu sendiri saja.
4. Memahami arti dari setiap bacaan, kalaupun tidak hafal semua setidaknya paham intinya.
5. Memanjangkan ruku dan sujud.
6. Ingatlah maut. Perlakukanlah setiap sholatmu seakan-akan itu sholat terakhirmu.

Kisah-kisah kekhusyu'an dalam sholat :
1. Ketika sayyidina Ali r.a. terkena panah dalam jihad, saat ditarik panah itu tiba-tiba ujung panahnya masih lekat dalam dagingnya. Sehingga para sahabat berkata: "Tidak dapat dicabut kecuali jika di belah." (jaman sekarang namanya operasi). Tetapi mereka tidak tega melakukannya. Kemudian sayyidina Ali r.a. berkata : "Jika aku sedang sembahyang maka keluarkanlah." Lalu mereka memotong bagian yang terkena panah dan mengeluarkan ujung panah yang tertinggal itu pada saat sayyidina Ali r.a. sedang sholat. Namun sayyidina Ali r.a. tidak bergerak sedikitpun saat ujung panah itu dikeluarkan, seusai sholat beliau bertanya: "Mengapa tidak kamu keluarkan?" Dan mereka menjawab : "Sungguh telah kami keluarkan." Perhatikanlah bagimana khusyu'nya sayyidina Ali r.a. dalam menghadap Allah SWT. Padahal kita jika digigit semut saja sudah merasa sangat terganggu.

2. Imam Ali Zainul Abidin Bin Alhusain r.a. (Cucu dari
Sayidatuna Fathimah Azzahra & Sayyidina Ali bin Abi Thalib) saat terjadi kebakaran di rumahnya, ketika itu ia sedang sujud, sehingga orang-orang menjerit-jerit: "Hai putra Rasulullah ada api." Maka, beliau tidak mengangkat kepala sedikit pun. Kemudian setelah api berhasil dipadamkan mereka mendapati Imam Ali tetap dalam sujudnya, setelah selesai dari sholat, orang-orang bertanya: "Wahai Imam Ali mengapa ketika diperingatkan ada apa engkau tidak mengangkat kepala sedikit pun?" Kemudian beliau menjawab: "Perhatianku tercurah kepada api yang lebih besar (Api jahanam),hingga aku tak mempedulikan api yang sangat kecil itu."

Subhanallah .....

Jumat, 01 Mei 2015

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Menikmati secangkir teh hangat di depan televisi, satu-satunya benda yang selalu menghiburku di antara ruang menungguku yang sempit ini, di ruang yang hanya aku sendiri.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Menghabiskan sebagian waktu untuk tidur, salah satu upaya agar aku bisa lupa ingatan untuk beberapa waktu, meski mimpi tentangmu sesekali masih mengganggu.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Membuat lelah jari-jariku untuk mengetik tugas dari tempat kerjaku sepanjang waktu, agar aku lupa bagaimana perasaan yang ingin kuutarakan padamu, agar aku tak lagi memikirkan kata untuk kutulis dengan tujuan namamu pada bait pertama suratku.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Dengan mengenyam kacang asin buatanku sendiri sampai lidahku mengapal, agar telingaku hanya mendengar suara kecapan dari mulutku sendiri, tanpa khayalan bahwa suaramu sedang memanggilku dari dinding-dinding kamarku.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Yaitu dengan menyerahkan rasa ini dalam sujudku dan memperbincangkan namamu dengan Tuhanku, dan aku berkata pada-Nya tentang keraguanku, bukan lagi keraguan terhadapmu, melainkan keraguan atasku, apa aku sudah pantas menjadi pendamping hidupmu? Aku berkata pada-Nya bagaimana aku akan lega jika kaulah yang memang dipilihkan-Nya untukku. Dan aku tau, Dia akan menjawab semua pertanyaanku, seiring waktu.

Beginilah aku, saat menjaga pintu.

*inspirasi dari cerita Mba Aci perihal sahabatnya yang hari ini melaksanakan pernikahan dengan lelaki yang ditunggunya selama 5 tahun :) mencintai dengan cara yang Allah izinkan itu so sweet :')

Sudahlah... aku lelah
Biarlah aku istirahat sebentar
Berhenti, jangan mengusik waktuku
Aku benar-benar lelah
Aku ingin duduk sejenak sebelum memulai langkahku kembali
Biarkan aku menatanya
Biarkan aku memperbaiki kembali
Biarkan kakiku berdiri tegak sebelum aku diharuskan berlari
Aku takut kakiku terlalu rapuh
Aku takut harus terseok kemudian jatuh di tengah jalan
Maka, biarlah aku menimbun tenagaku terlebih dahulu
Biarkan aku duduk menikmati waktu
Setelah itu terserah, aku akan turut kemana pun kau bawa aku bersamamu

Minggu, 26 April 2015

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menyinari hidup seseorang. Hal-hal kecil yang bermakna besar. Terkadang sebuah percakapan telepon yang singkat di waktu yang tepat mampu melegakan seseorang yang ada di seberang sana. Atau dekapan hangat di saat-saat seseorang benar-benar membutuhkannya. Atau sebuah kata yang mampu membuat dia bangkit dari keluh kesahnya.
Jangan pernah luput untuk memberikan perhatianmu, walaupun sedikit, namun kamu tak pernah tau bagaimana pentingnya perhatianmu yang hanya sedikit itu bagi seseorang. Mungkin kata "halo" yang terdengar samar di dalam telepon genggamnya akan menenangkannya. Mungkin dekapan hangatmu mampu membebaskan hatinya dari segala kesedihan tanpa harus kau berbuat lebih dari itu. Mungkin sekecap kata saja mampu mengembalikan semangatnya untuk tetap melangkah. Dia tak butuh apa-apa. Dia tak menuntut macam-macam. Dia hanya menginginkan perhatianmu. Dan membuatnya tau bahwa kau sayang dia.

Tulisan ini untuk para anak yang ingin membahagiakan Bapak-Ibunya ... Luangkanlah sedikit waktumu untuk melakukan perhatian sekecil apapun. Mereka merindukanmu. Merindukanmu menjadi anak kecil yang tak pernah jauh dari mereka. Merindukan tawamu yang hadir setiap saat menghapus lelah mereka. Tebuslah pengorbanan mereka selama ini yang hanya untukmu. Karena, kita tak pernah tau seberapa banyak waktu yang kita miliki untuk melakukan hal seistimewa itu.

Jangan lupa tersenyum :) Jangan lupa bersyukur :)

Sabtu, 25 April 2015

Dear Allah,,,,

Terima kasih untuk satu hari lagi yang telah Kau ijinkan untuk kulalui. Untuk segala kesempatan, nikmat iman dan islam, kesehatan jasmani dan rohani. Juga untuk kedua orang tua yang selalu menyayangiku. Untuk keluarga yang selalu mendukungku. Dan untuk segala hubungan baik ini. Untuk segala yang telah Kau beri, lebih dari yang kuminta, lebih dari yang kuinginkan, lebih dari yang pantas untuk kuterima. Terima kasih telah memilihku untuk menjadi salah satu hamba-Mu yang ingat untuk bersyukur.

Tuhanku yang Maha luas ampunan-Nya dan yang berlimpah kasih sayang-Nya, aku tau selama hidupku aku telah banyak melakukan kesalahan. Tapi bukankah jika seseorang berbuat kesalahan tak berarti dia harus membayar dengan seluruh sisa hidupnya. Bukankah bertaubat dengan segera adalah jalan yang paling baik. Dan bukankah selalu ada kesempatan untuk hamba-Mu yang ingin kembali di jalan-Mu? Dan aku tau Engkau pasti menyukai itu. Aku selalu ingat Tuhan, bahwa jika seorang hamba datang pada-Mu dengan berjalan, Engkau akan menjemputnya dengan berlari. Aku harap aku telah melakukan yang Kau suka Ya Rabb.

Tuhanku yang Maha Penyayang, terima kasih untuk segalanya. Bukan hanya ujian dalam bentuk kebahagiaan. Namun juga ujian yang Kau bentuk dalam kesedihan, rasa takut dan kekhawatiran. Tetapi, aku bahagia Tuhan. Jika Engkau mengujiku itu tanda bahwa Engkau sangat menyayangiku. Engkau ingin aku menjadi lebih sabar dan Engkau ingin aku lulus agar tingkat imanku semakin bertambah. So, I really want to say Alhamdulillah for this. Aku tau Engkau sangat menyayangiku. Dan aku ingin memohon ampunan-Mu, karena terkadang aku ingin menyerah. Terkadang, sangat berat bagiku untuk mengerti apa yang sesungguhnya Engkau inginkan terjadi padaku. Namun aku selalu percaya Tuhan, bahwa semua yang Kau kehendaki terjadi padaku adalah baik untukku. Terkadang aku menangis dan merasa bahwa hidup ini tidak adil. Hidup ini hanya berpihak pada sebagian orang saja. Maka ampunilah aku yang telah melalaikan segala bentuk cinta-Mu.

Ya Allah, Engkau pemilik Arsy yang Agung, aku tak memiliki banyak kata untuk mengungkapkan segala penyesalan atas dosa-dosa dan juga rasa syukurku yang tak dapat terlukis ini. Dan aku tau, Engkau Maha Mengetahui. Biarkan aku tetap di jalan-Mu Ya Allah Ya Rabbul Izzati.

Jumat, 24 April 2015

Kepada yang mencintaiku karena Allah,
Semoga engkau selalu dalam perlindungan dan bimbingan-Nya.

Assalamualaikum, hari ini aku hanya ingin sedikit bercerita. Kali ini aku menulis untukmu. Supaya aku tak lagi membuatmu salah paham dengan maksud dari tulisan-tulisanku yang lalu.

Begini, aku sangat sadar aku ini hidup di jaman apa. Di sebuah masa yang mengingkari perintah Allah adalah sesuatu yang di anggap biasa. Katanya, kita sudah hidup di jaman yang sedemikian pintar. Saking pintarnya banyak orang sampai tak merasa bahwa mereka telah kembali pada peradaban jaman jahiliyah. Aku harus jujur padamu, aku juga pernah berada pada perilaku itu. Tetapi, karena Allah, Alhamdulillah aku tak terbawa arus terlalu jauh. Aku telah menepi sebelum aku sampai pada sungai yang dalam.
Dalam hal mencintai, aku pernah menjalin hubungan seperti drama-drama di televisi (aku harap Allah mengampuniku, dan engkau memaafkanku). Ya, percintaan remaja labil, yang ke kantin bersama, ikut bimbel bersama, pulang bersama. Sekali lagi maafkan aku.
Aku harap ini tak akan merubah niat baikmu. Aku telah berusaha memperbaiki diriku sejak lama. Menjadi yang pantas untuk mendampingimu. Dan menjadi yang kau syukuri ketika aku telah berada di sisimu. Kini, aku telah sadar benar bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk menjaga pandangan, menjaga hati dan menjaga akhlaq serta auratnya, maka dari itu aku mematuhinya. Bahkan untuk mencintai makhluknya pun, aku menjaganya. Aku hanya bisa mencintai diam-diam. Karena aku takut rasaku ini akan membawa pada perbuatan-perbuatan dosa. Lebih baik aku diam, daripada lisanku, perbuatanku dan hatiku membawa rasa suci ini ke jalan yang salah. Aku tidak ingin menjadikanmu yang utama dan aku tidak ingin engkau menjadikanku yang utama, karena Allah-lah yang seharusnya menjadi yang utama, dan yang paling kita cintai lebih dari apapun. Allah menciptakan hati kita ini untuk mengingat Allah dan tidak boleh untuk mengingat sesuatu selain Allah.
Jika kita memikirkan orang tua
itu adalah karena perintah Allah,
jika kita memikirkan rezeki itu adalah karena Allah memerintahkannya untuk menjemput rezeki dan karunia-Nya. Jadi jika aku mengingatmu, itu juga karena Allah.

Aku menjaga hati, dengan
diam. Karena diam adalah bukti
cinta yang kumiliki. Dengan memuliakanmu, menghormatimu, dan menjaga semua yang ada padaku.

Aku ingin seperti kisah Fatimah
dan Ali. Keduanya saling
memendam apa yang mereka
rasakan. Tapi pada akhirnya
mereka dipertemukan dalam
ikatan suci yang sedemikian indah. Karena dalam diam itulah tersimpan kekuatan dan harapan. Hingga Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya?
Karena diam adalah cara
mencintai karenaNya, berharap
hal itu lebih memelihara kesucian
hati kita setelahnya.

Aku belajar mencintaimu dalam
diam dengan keimanan. Berharap
menjadi Fatimah yang tak pernah
sekalipun mengungkapkan. Dan
membawamu menjadi Ali Bin Abi
Thalib yang tak pernah sekalipun
mengecewakan apalagi menduakan.
Begitulah seharusnya mencintaimu dengan suci dan karena Allah. Dan aku harap aku bisa menjadi temanmu dalam urusan agama. Mendmpingimu dalam mendakwahkan agama Allah. Mendampingimu di dunia dan di akhirat.

Semoga Allah senantiasa mencintaimu, Dzat yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya. Aamiin

Rabu, 22 April 2015

Dalam diam aku mengingat namamu
Kau kah jawaban atas semua doaku?
Atau kah kau hanya sebatas angin lalu, yang berhembus kencang kemudian berlalu?

Aku meragu ...
Aku masih ragu ...
Karena aku tak pernah memiliki kelebihan untuk membaca hatimu dan meramal masa depanku jika bersamamu

Aku takut ...
Aku kerap takut ...
Aku takut jika hari ini aku adalah orang yang kau perjuangkan, suatu hari aku akan menjadi orang yang kau abaikan
Aku takut jika hari ini aku adalah orang yang kau harap untuk datang suatu hari aku akan menjadi orang yang kau inginkan untuk pergi
Aku takut jika hari ini aku adalah orang yang kau beri hati suatu hari aku akan menjadi orang yang kau buat patah hati
Aku takut kau meninggalkanku di tengah jalan, sedangkan perjalanan masih sangatlah panjang

Aku hanya ingin tangan ini tetap kau genggam sampai waktu membuatmu tak dapat melakukannya
Aku hanya ingin kau tetap di sampingku meskipun kau merasa bosan ketika aku mengulang-ulang cerita yang sama, ketika ingatanku tak lagi sempurna
Aku tetap ingin ada dipelukmu sampai perjalanan terakhir kita di dunia ini usai

Kini... telah ku serahkan segala resahku kepada Yang Memiliku
Kuharap khawatirku hanya sekedar khawatirku
Semoga bahagia lah yang menjadi jawaban untuk semua raguku
Aamiin

Senin, 20 April 2015

Kepada kamu yang ajaib

Kamu, memang begitu ajaib
Hanya dengan namamu bisa merubah selera makanku
Hanya dengan namamu membuat tak enak saat tidurku
Hanya dengan namamu aku tersipu malu-malu

Karena senyummu, aku sering kehilangan akal sehatku
Karena senyummu, tertawanlah sepenuh hatiku
Karena senyummu, kau buat indah setiap detik dalam hidupku

Hai kamu yang ajaib,
Hadirmu merantai kedua kakiku
Membuatku diam terpaku di sampingmu
Membuatku enggan menjauh darimu

Hai kamu yang ajaib,
Setiap kata yang keluar dari mulutmu mampu mengubah pandangku
Mampu meluluhkan setiap sisi yang beku
Mampu menawan hatiku - yang kini hanya untukmu

Hai kamu yang ajaib,
Terima kasih telah hadir dalam hidupku
Dan aku .. menyayangimu

Sabtu, 18 April 2015

Jika aku memiliki kesempatan itu lagi
Jika aku diizinkan bertemu denganmu kembali
Jika semua harapanku ini tak hanya sekedar mimpi
Kaulah yang diinginkan setiap butir air yang jatuh dari mataku
Mungkin semua telah berubah
Waktu berubah, semua orang berubah, keadaan berubah
Tapi kau pasti tau, meski seisi dunia ini berubah, rasaku takkan pernah berubah
Aku memanggilmu, hatiku memanggilmu
Sedihku memanggilmu, gembiraku memanggilmu
Aku selalu mengharapkan bahwa Tuhan menulis kaulah takdirku, kaulah takdir yang kumau
Aku tak ingin percaya bahwa kita tak akan bersama
Aku tak ingin meyakini bahwa kau tak ada lagi
Tapi, tapi ..... aku memang sendiri, tak ada kau lagi di sini.

Jumat, 17 April 2015

Aku sering sekali merasakan ini. Hatiku telah patah sebelum waktunya. Aku telah kehilangan sebelum sempat memiliki. Nyatanya, dalam hidup ini yang namanya memiliki tak mesti apa yang diingini. Dan yang hilang bukan sesuatu yang dibenci.

Setelah sekian banyak kisah yang kulalui, otakku masih saja mudah dikalahkan dengan hati. Hati ini seperti telah menjadi pengendali dalam diri. Seharusnya aku tau, berharap berlebihan akan membuatku sakit berlebihan.

Memang tak ada yang mustahil dalam hidup ini. Bahkan hati bisa dibolak-balik seperti martabak telor yang diiris persegi. Akan selalu ada kemungkinan bahwa hatimu akan berbalik untukku. Namun, jika aku berharap pada hal yang kemungkinannya sekecil itu, apa bukan melukai diri sendiri namanya?

Jadi biarlah, hatiku telah memutuskan. Aku tak akan mengaharapmu lebih dari yang seharusnya. Aku sedang menjaga hatiku dari rasa sakit. Barangkali membiarkanmu bahagia~meski tak bersamaku, akan mampu membujuk hatiku untuk meninggalkan rasa itu. Hingga akhirnya aku pun akan bahagia, meski bukan kamu yang di sampingku.

Kamis, 16 April 2015

Cinta itu bukan perkara berkenalan, pendekatan, menjalin ikatan, saling memiliki lalu endingnya kalau tidak berpisah ya bersama selamanya. Cinta itu bagaimana kamu saling berbagi tanpa ada yang disembunyikan. Tentang bagaimana kamu memberi tanpa mengharapkan imbalan. Di mana kata tulus berada pada deretan paling depan.
Jika hatimu belum terlalu kuat, jatuh cinta akan membuatmu benar-benar merasakan bagaimana sakitnya jatuh. Cinta itu tentang bagaimana kamu siap jatuh namun tak akan membuatmu merasa sakit. Kamu akan merasa bahwa kamu telah jatuh dengan indah. Di atas awan yang lembut meski sesekali mendung berselimut namun kamu sanggup melaluinya.
Cinta itu bukan merupakan kebahagiaan sebelah pihak. Cinta itu bagaimana dua orang yang menyatakan berada dalam satu hati bisa sama-sama merasa bahagia. Tidak ada yang saling menyakiti. Tidak ada yang menuntut untuk dibahagiakan, karena telah bahagia bersama. Tidak ada yang merasa tersakiti karena telah merasa satu hati, jika salah satu sakit maka yang lain akan turut sakit. Cinta tak akan melukai karena melukainya sama dengan melukai dirimu sendiri.
Cinta bukan masalah perdebatan lalu diselesaikan dengan akal. Cinta itu bagaimana menyelesaikan suatu masalah dengan akal dan saling membuka pintu maaf dengan perasaan. Tak akan ada waktu untuk saling diam. Karena rindu akan melelehkan semua perbedaan.
Cinta itu harus bahagia. Jangan menyakiti. Jangan tersakiti. Dan jika cintamu berbeda sisi, bersabarlah. Kebahagiaan akan datang kepada orang yang dengan sabar menunggu. Akan datang cintamu. Akan datang seseorang yang menjadi sebab bahagiamu.

Selasa, 14 April 2015

Malam ini hujan, dan aku ... merindukanmu.

Bahkan aku sendiri bingung dengan perasaanku. Banyak hal sering sekali membuatku merindukanmu. Apalagi hujan. Membuatku terjebak pada kenangan yang tak bisa di putar ulang. Hujan menawanku hingga aku tak dapat berpindah ruang. Hujan, membuatku dingin dan ketakutan.

Dulu, saat bersamamu, hujan menjadi sedemikian menyenangkan. Aku bisa mengulur waktu untuk pulang. Aku menghampirimu yang duduk di teras depan kelasmu lalu aku menawarkan payungku. Dan kamu menolaknya. Kamu memilih untuk menunggu hujan reda dan memintaku pulang lebih dulu.
Lalu seperti biasa dan dengan alasan yang sama, aku duduk di sampingmu. Aku menemanimu.
"Kenapa selalu seperti itu? Rumahmu lebih jauh dari rumahku. Tidak perlu ditemani, aku berani."
"Aku tau kalau kamu berani. Tapi di saat menunggu seperti ini mungkin kamu memerlukan seseorang untuk kamu ajak bicara. Sekedar menanyakan jam atau yang lainnya."
"Bahkan kamu tidak memakai jam tangan. Aku yang memakainya."
Aku tertegun kemudian menyadari bahwa aku selalu mati kutu dengan penegasanmu. Aku selalu ceroboh dalam membuat alasan. Aku selalu tak punya kata untuk berbincang dengan orang yang punya banyak kelebihan sepertimu.
"Iya aku tau. Aku hanya ingin membuatmu tertawa. Mungkin itu tadi lucu. Siapa yang tidak butuh lelucon dalam keadaan membosankan seperti ini?"
Aku berdalih dengan ketus.
"Baiklah untuk alasan itu lebih masuk akal. Dan itu tadi memang lucu."
"Oke sekarang aku kesal. Aku pulang duluan."
Dan aku beranjak dari sampingmu. Aku melangkah maju dan berharap kamu memanggilku. Satu langkah, dua langkah, sampai langkah ke enam dan aku tak mendengar suaramu. Aku berbalik arah, "Kenapa membiarkanku pergi begitu saja? Aku sedang kesal dan kamu tidak menghiburku." Protesku kesal.
"Aku sengaja membuatmu kesal dan aku ingin kamu pergi dari sini."
Mataku terbelalak, aku bersedih.

"Aku tidak ingin kamu di sini. Aku ingin kamu pulang. Aku tahu kamu takut petir. Aku tau orang tuamu khawatir. Aku tahu kamu tidak suka dingin. Pulanglah, tidurlah di balik selimutmu yang hangat. Dan bermimpilah dengan indah."

Sungguh aku tak dapat mengatakan apapun lagi. Kata-kata mana yang mesti ku protes? Perhatian mana yang harus ku tolak darimu? Tidak ada.

Minggu, 12 April 2015

Jika Engkau mengizinkan, bawalah hatinya kepadaku. Jika Engkau mengizinkan jadikanlah dia yang berada di sisiku ~ bagi dunia dan akhiratku. Jika Engkau merestui persatukanlah rasa ini dari jalan manapun yang Engkau kehendaki.
Namun jika bukan, hapuslah rasa ini Ya Rabb. Sebelum aku berharap terlalu banyak. Agar aku tidak jatuh terlalu dalam. Sebelum hatiku terlalu sakit. Biarkanlah rasa ini dalam kadar yang tak berlebihan. Agar nanti jika aku mengetahui dia bukan untukku aku bisa ikhlas. Biarkanlah aku memiliki rasa dan kehilangan rasa karenaMu. Bukankah sebaik-baik cinta adalah cinta karena-Mu Ya Rabb?

Kamis, 09 April 2015

Berharap pada tuan yang murah hati, agar tuan berikan tanpa ku harus menawarnya lagi. Barangkali karena tuan sangat murah hati, tuan akan memberikan hati tuan seluruhnya kepadaku. Gadis yang bahkan mungkin belum tuan kenali.
Tapi tuan telah membuat tertarik diri ini. Menanamkan rasa yang tumbuh setiap hari. Aku memang sangat berhati-hati, karena aku sangat takut sakit hati. Tapi tuan telah membuat sudut pandangku berbeda. Berbalik seratus delapan puluh derajat dari asalnya. Hingga aku berani menjatuhkan hati ini di hadapan tuan. Agar tuan- yang mudah simpati, akan mengambilnya dan menyatukan dengan hati tuan sendiri. Mari tuan- jika kita telah berada pada satu janji, mulailah kita saling mengasihi. Marilah kita saling berbagi. Berbagi segala hal, setiap rasa, setiap cerita, setiap perjalanan yang telah kita tempuhi. Dan marilah kita saling memberi. Memberi kasih sayang yang sepenuh hati - sampai akhir waktu nanti.

Minggu, 05 April 2015

Malam

Aku tau, tak hanya ada pagi yang cerah dalam hidup ini. Karena bumi berputar dan waktu berubah karenanya.
Aku tau, akan selalu ada malam dalam hidup ini - malam yang gelap. Tapi malam tak sepenuhnya tega pada bumi. Dia senantiasa menawarkan ribuan bintang. Kalaupun bintang sedang tak ingin bersapa, malam tetap menyediakan bulan yang memantulkan cahaya matahari. Meski sedikit sinarnya, di bagian kecil dari langit yang begitu luas tetapi cahanya tetaplah terang, seakan mengikuti kemana pun aku pergi. Entah bulan yang mengikutiku atau langkahku yang selalu menuju bulan berada.
Aku tau, malam adalah waktu yang dapat membuat bulu kuduk merinding. Tapi malam tak berniat menakuti siapapun. Malam hanya ingin memberi jeda lelah kita di siang hari. Malam hanya ingin memberi waktu kita untuk beristirahat, jadi mari beristirahat. Sebelum raung-raung kendaraan merusak gendang telinga dan asap-asap kotor menyesakkan dada. Sebelum tumpukan kertas di meja kerja harus dibereskan dan pena akan membuat lelah jari-jari tangan.
Aku tau, malam tak seindah pagi yang menyilaukan mata dengan pemandangan yang indah menawan. Tapi malam, memberimu ruang untuk mengenang segala hal dengan bebas. Tanpa desakan-desakan yang seakan menumbuk kepala dengan keras. Tanpa pikulan-pikulan berat yang menumpu di atas pundak. Malam, membuat hening pikiranmu. Melantunkan nada indah dalam hatimu. Tidur... tidurlah... inilah saatnya kau memejamkan mata. Menenangkan jiwa.