Senin, 30 Juni 2014

"Mas Bayu"

Percakapanku dengan Mas Bayu, kakak sepupuku yang sedang marah karena keseringan ditelepon sama bapaknya (pakdhe ku yang sedang bekerja di Bima)


Aku : Mas pakdhe telepon ke aku, katanya telepon sampean ga diangkat terus. Seperempat jam lagi pakdhe mau telepon lagi. tolong diangkat yah,,

Mas Bayu : Males ah dek. Setiap hari telepon, yang ditanyain itu-itu saja. Gimana kabar rumah lah. Udah aku bilang baik-baik saja, kalau pun ada apa-apa, bapak ga usah telepon pun juga pasti aku kabarin kok.

Aku : Jadi sampean telepon pakdhe kalo ada apa-apa aja???

Mas Bayu : Ya ga gitu juga!

Aku : Mas Bayu, seharusnya sampean bersyukur, punya orang tua yang perhatian dan sayang sama sampean. Komunikasi lancar. Sedangkan aku, aku ingin mendengarkan suara bapak saja belum tentu 3 bulan sekali terpenuhi. Padahal aku ga akan bicara panjang lebar. Aku cuma mau bilang "Bapak, aku rindu."

Mas Bayu menatapku dan hening ..........

Quotes : Berkasih-sayanglah selagi kesempatan itu masih ada di tanganmu. Kita tidak akan pernah tau kesempatan yang sama bisa terulang lagi atau tidak.

Diah Novita
20 Oktober '13 (18.12) 


"mengeluh dan penyesalan yang berkepanjangan hanya akan membuatmu buta untuk meraih masa depan.."


by : Diah Novita,
write: 08 Juni 2012 10:23 WIB
kita tidak akan pernah tau kemana kita harus melangkah bila kita tidak memiliki tujuan ..
_katabijakversiku_
by : Diah Novita
write : 11 Juni 2012 15:54
setiap manusia diciptakan dengan kelebihan berbeda,,
jadi mulailah menghargai dirimu sendiri..
dan buanglah rasa benci atas keberhasilan orang lain,,
dan ciptakan keberhasilanmu sendiri dengan kelebihan yang kamu miliki..


by : Diah Novita
write: 16 Juni 2012 10:22
inspired of my journey
merasa iri kepada orang lain tidak akan menghasilkan apa-apa..
kecuali..
sakit hati ..............

by Diah ND
02 Juni 2012 15:54
inspired by my neighbour

Semut & Manusia Bertopeng di Sekitarku

Pada dasarnya, semut dan manusia bertopeng itu sama banyaknya.
Tapi keduanya memiliki perbedaan yang cukup kuat ...

Malam ini ada banyak semut di mejaku, berbondong-bondong mengerubungi piring kotor sisa makanku yang belum sempat ku cuci karena ada tayangan televisi yang masih membuatku tertarik.   Kali ini, aku tidak mengusir semut-semut itu, karena aku baru menyadari bahwa ternyata hubungan sosial antar semut itu jauh lebih baik dari beberapa manusia yang hidup di sekitarku saat ini. Manusia yang pandai sekali menyembunyikan jati dirinya, sampai aku tidak tau kepada siapa lagi harus percaya.

Semut, selalu bergotong royong mencari makanan demi memenuhi kebutuhan hidup koloninya. Jika tidak bisa dibawa sendiri, semut lain akan datang membantunya. Seperti yang sedang ku lihat,saat ini beberapa semut saling bantu untuk mengangkat potongan duri ikan bandeng yang di beberapa bagian masih ada dagingnya. Kalau hubungan sosial mereka tidak baik, bisa saja kan antar semut saling berebut, siapa cepat dia dapat. Tapi yang ku lihat tidak demikian. Hubungan yang indah. Kehidupan yang rukun dan penuh kehangatan. Saling berjabat tangan saat bertemu, entah apa maksudnya tapi itu adalah hal kecil yang sering diabaikan manusia. Mereka tinggal dalam lubang kecil yang panjang, pengap dan sesak di bawah tanah sana. Namun mereka tetap bahagia dan saling mengasihi. Tidak ada yang saling sikut dan berebut tempat.

Bagaimana dengan manusia?
Manusia yang selalu penuh dengan persaingan demi meraih kasta tertinggi. Rela menyingkirkan satu sama lain. Hidup penuh kebohongan. Jungkir balik bukan untuk meraih keberhasilan yang murni, tapi untuk melenyapkan kebahagiaan orang lain. Aku juga masih belum tau, sebenarnya mereka begitu karena pengaruh sinetron yang fiktifnya berlebihan atau justru sinetron itu dibuat sedemikian rupa sebagai cerminan kehidupan nyata. Mereka saling menjelek-jelekkan. Tak akan terlewat dalam ucapan mereka, aib dan kekurangan orang lain. Sedangkan seburuk apapun hidupnya sendiri, disimpan rapat tanpa celah. Saling berlomba dan beradu seperti hidup di zaman rimba. Yang paling licik akan menjadi penguasa dan lama bertahan sampai datang orang licik lain yang menggulingkannya. Dan begitu seterusnya, seperti lingkaran yang tidak ada ujungnya.

Seharusnya manusia (yang bermuka dua) itu sadar diri atas perbuatan kotornya.  Manusia dengan kata "TIDAK TAU MALU" yang tertulis tebal di wajahnya. Mungkin semut hanya makhluk kecil, tapi mungkin hatinya jauh lebih besar dari manusia yang memiliki tubuh besar, kekar, kuat dan otak yang bisa digunakan untuk berfikir apa saja. Bisa melakukan semua hal, bisa memasak, mengurus rumah, bisa bekerja, bisa menciptakan sesuatu, seharusnya. Tapi sayangnya ada beberapa manusia yang tidak menggunakan otak itu sebagaimana mestinya. Dan hatinya yang mereka bilang digunakan untuk berkasih dan mencinta itu, sudah hilang entah kemana.

Mungkin semut menyimpan jawabnya ...

Diah Novita
@12 Mei '13 : 03.15 p.m

Sabtu, 28 Juni 2014

Sekolah Menengah Pertama ~ "Lalu Apa?"

Dari hati ...

Saat aku berjalan di tengah terik, aku baru menyadari bahwa hanya ada aku dan bayanganku sendiri. Tidak ada lagi kamu di sampingku. Mungkin aku juga tidak pernah ada dibenakmu. Aku hanya seperti lalat yang mengganggu karena terlalu sering berlalu lalang mendekatimu. Tapi aku selalu meyakinkan hatiku bahwa kamu juga mencintaiku. Meski kamu tidak pernah mengatakannya. Entah aku hanya ke-GR-an saja atau bagaimana tapi rasanya memang berbeda. Aku selalu merasa bahwa kamu peduli padaku. Karena kamu memandangku di saat aku berpaling. Karena kamu selalu berusaha melindungiku meski melalui tangan orang lain. Dan kamu selalu peduli padaku meski harus temanmu yang mengatakannya tanpa seijinmu. Dia berpura-pura keceplosan saat mengatakan semuanya. Tapi iyakah keceplosan bisa sepanjang itu? Kenapa kamu tidak mengatakan saja bahwa yang dikatakan temanmu itu semuanya benar. Kamu selalu menyangkalnya. Apa kamu malu, kalau malu aq pun juga merasakannya setiap kali berbicara atau dekat denganmu. Lalu apa? Apa kamu takut aku akan menolaknya? Pemikiran yang terlalu buntu. Bayangkan saja kenapa aku setiap hari selalu mencari alasan agar bisa komunikasi denganmu, setidaknya melihatmu dari jarak dekat. Lalu apa? Kamu terus menyangkalnya. Pertanyaan yang belum kudapat jawabannya sampai sekarang.
Untuk hal lain, yang juga selalu ku ingat. Setiap jam istirahat aku selalu resah. Aku selalu menunggumu di perpustakaan sekolah. Lalu kamu datang, meski tidak pernah ada kesepakatan sebelumnya. Dan hal itu berjalan dengan sendirinya setiap hari. Apa kah lagi-lagi aku hanya ke-GR-an? Atau memang hati kita telah tau apa perannya dan apa yang harus diperbuatnya. Tolong, jangan simpan jawabanmu untuk membuatku terus merasa ragu.
Aku sudah mencintaimu, sejak aku melihat bunga flamboyan bersemi. Dan kita telah bersama sampai flamboyan bersemi untuk ketiga kalinya. Dan setelah itu, flamboyan tidak akan menyaksikan kita lagi. Maaf aku lupa, belum ada kata kita selama ini. Rasanya menyedihkan sekali, setiap hari bertemu, setiap hari bertanya, setiap hari saling tersenyum, tapi apa semua itu biasa saja? Apa kamu juga memberikan senyum dengan keindahan yang sama untuk orang lain? Apa kamu juga selalu terbata-bata saat menjawab pertanyaan "kamu sedang apa?" jika orang lain yang bertanya?
Aku masih tetap berfikir apa aku hanya ke-GR-an sampai saat terakhir kali aku menerima raport, beserta ijazah tepatnya. Tidak ada lagi yang bisa kuharapkan saat aku mengunjungi sekolah. Aku benar-benar telah kehilangan hal indah itu. Saat ini, aku hanya sendiri. Segalanya terasa asing. Keramaian itu seolah hanya angin yang berhembus semilir. Kenangan itu hanya seperti cerminan hatiku yang sedang keruh. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan mencintaimu sedalam ini. Orang bilang ini cinta monyet, tapi saat aku meminta definisinya katanya cinta monyet itu hanya sekedar masa lucu-lucuan, hanya perasaan senang dan tertarik lalu ketika waktu membuatnya bosan, rasa itu akan hilang. Dan mereka bisa melewatinya dengan biasa-biasa saja. Dan aku yakin perasaanku berbeda, perasaan ini bukan lelucon. Bukan hanya perasaan senang, tapi air mataku juga turut mengiringinya. Dan waktu tidak pernah membuatku merasa bosan. Bahkan jika bisa aku ingin membuat waktu berjalan selambat mungkin saat aku bersamamu. Dan saat aku berpisah denganmu itu selalu berat rasanya. Sampai saat aku sudah tidak lagi melihatmu pun, rasa ini masih sama dan selalu kujaga. Hari terakhir aku melihatmu bukan berarti rasa terakhir untukmu.

Jadi bisakah kamu merubah keadaan dengan tidak lagi membuatku menunggu?
Jika bisa, datanglah, jawablah semua pertanyaanku. Dan bahagiakanlah hati yang selalu setia menunggu meski tanpa kepastianmu.

Sekolah Menengah Pertama ~ "Memikirkan Dia"

Dari hati ....

Aku sedih hari ini. Aku merindukanmu. Aku sedih mengingat semuanya. Aku ingin dipertemukan denganmu. Hujan, senja, segalanya membuatku semakin rindu. Entah kenapa akhir-akhir ini aku teringat kembali padamu. Setelah sekian lama aku berusaha berdiri sekuat mungkin dan menjalani hidupku sebaik yang aku bisa.

Tapi, hujan memaksaku mengingat tentang momen setiap pagi selama musim hujan. Kamu tertawa lepas, menceritakan kejadian hari kemarin kepada teman-temanmu di teras perpustakaan sekolah. Dan aku hanya bisa memandangimu dari balik pohon flamboyan. Dengan payung kecil pelindung dari air hujan. Dan bunga flamboyan sedang bersemi, menemani kebahagiaan kecilku saat itu. Aku selalu tersenyum sendiri melihatmu seriang itu. Tanpa tau apa yang sedang kamu dengar dan yang sedang kamu katakan.

Lalu, senja membawaku pada kisah setiap sore setelah aku mengikuti kegiatan luar sekolah. Aku sengaja mengulur waktu. Aku mengatakan pada ibu bahwa aku pulang pukul 05.00 sore. Padahal aku sudah pulang setengah jam sebelumnya. Dan itu adalah kebohongan terindah yang pernah kulakukan. Waktu setengah jam itu adalah waktu yang sangat indah untuk berdiri di tepi lapangan, melihatmu berlatih sepak bola. Dan sampai sekarang pun aku masih ingat nomer punggungmu '14'.

Setelah itu, kita berjalan bersama ke pusat kota, untuk menunggu paman menjemputku. Kita selalu melewati jembatan itu. Jembatan yang mencatat seberapa banyak langkah yang kita ukir bersama. Jembatan yang memberi ruang untuk kita menikmati detik-detik pergantian waktu. Saat matahari meninggalkan siang dan terbenam demi malam. Lalu aku menatapmu. Aku bersedih, aku harus melepasmu seperti melepas matahari itu. Aku harus melewati malam yang pajang untuk dapat bertemu denganmu lagi besok pagi.

Dan dalam kegelapan senja itu, aku menangis.

Jumat, 27 Juni 2014

Kenapa Kamu Mengalah?

Aku masih terdiam saat seseorang bertanya,
"Kenapa kamu membiarkan orang lain menyakitkan hatimu?"

Aku hanya ingin menjalani hidup dengan baik. Aku tidak ingin punya masalah dengan orang lain. Aku selalu percaya bahwa Allah selalu bersama orang yang sabar, itu janji-Nya. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Baqarah : 153 "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." 

Aku sadar bahwa aku tidak hidup sendiri. Aku hidup di antara banyak orang, dan tidak semua yang mengelilingiku itu memiliki hati yang tulus. Sebagai manusia yang jauh dari kata sempurna, aku pun sadar bahwa hatiku kadang masih disinggahi noda hitam. Tapi aku selalu berusaha untuk membebaskan hatiku dari dendam, amarah dan kebencian. Dan aku selalu berusaha memaafkan orang-orang yang sudah menyakitiku. Saat aku marah kepada seseorang, aku akan mengingat kebaikannya. Itu dapat menyurutkan amarahku. Jika seseorang tidak pernah berbuat baik kepadaku, aku akan mengingat bahwa dia juga manusia, dia memiliki hati. Aku akan tetap berprasangka baik dan menyerahkan kepada Yang Berkuasa membolak balikkan hati manusia. Aku tidak ingin memelihara segala bentuk penyakit hati. Namanya juga penyakit. Rasanya pasti tidak enak. Penyakit hati hanya akan membuat kita gelisah, tidak tenang, jauh dari kedamaian dan bisa memutuskan tali silaturahmi. Naudzubillah.

Jadilah pemaaf seperti firman Allah dalam surat (Al-Mā'idah):13 "(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

Hidup rukun itu membawa ketenangan batin, damai dan bahagia rasanya. Jadi apa pun yang mereka perbuat kepadaku. Aku akan berbaik hati kepada mereka. Aku tidak akan membalas dengan cara yang buruk. Jika aku melakukannya lalu apa bedanya aku dengan mereka. Dimana pun aku berada, aku selalu berusaha untuk berbuat baik. Karena jika kita berjalan di atas kebaikan maka kebaikan lain akan mengikuti. Kalaupun ada keburukan, itulah ujian. Untuk menguatkan iman kita. Allah sudah tau apa yang terbaik untuk kita, sedangkan kita tidak tau apa-apa. Banyak orang mengatakan bahwa hatiku terlalu lunak sehingga orang lain mudah menyakitiku. Tapi aku baik-baik saja. Semua yang mereka timpakan kepadaku, justru membuatku semakin kuat. Aku jadi lebih tau bagaimana menghadapi masalah dan menjalani hidup yang berdampingan dengan banyak karakter. Jika aku mengalah itu karena aku tau, dalam hidup ini bukan untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Hidup itu adalah proses menanam. Kita akan menuai dari apa yang kita tanam. Jadi untuk apa aku membuang waktu untuk melakukan hal yang dapat merusak hasil tanamanku sendiri? Aku hanya ingin menjadi alasan kenapa orang lain tersenyum. Aku hanya ingin menjalani hidup dengan tentram dan baik-baik saja. Dengan harapan cara hidupku ini bisa menulari mereka yang masih bertahan dengan keangkuhannya hanya karena takut dikira pecundang jika mereka mengalah dan sedikit melunakkan hati mereka. Semoga mereka bisa memiliki pemikiran yang sama denganku.

Semoga kita selalu bisa menjaga hati, prasangka, perilaku dan iman kita. Memaafkan itu sulit tapi lebih sulit lagi jika harus menjalani hidup dengan kebencian. Jika tidak dapat berbuat atau mengucap yang baik, lebih baik diam dan mohon ampunan. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang selalu diberikan kesabaran. Amin.

;) Jangan lupa bersyukur | Jangan lupa tersenyum ;)

Surat Untuk Ayah

Surabaya, 27 Februari 2013
Yth. Ayah
di sebuah tempat yang belum ku tau jelasnya
Ayah, aku ingin cerita. Malam ini aku menonton televisi. Masih ditemani kue bolu dan coklat panas, kesukaanku. Di TV aku melihat sebuah film pendek yang bercerita tentang sepenggal kisah ayah dan anak. Betapa pengorbanan sang ayah itu sangat berarti bagi sang anak. Pengorbanannya begitu besar. Dia berusaha keras melindungi putrinya. Melawan hujan dan terik matahari. Meski dengan beban yang kian hari kian menumpuk di pundaknya. Dia hanya bisa menyembunyikan keluh kesahnya dari sang anak. Saat matahari bersinar sangat terik, mereka kepanasan. Penuh peluh di sekujur tubuhnya, meluap dari pori-porinya. Matanya memerah, ingin menjatuhkan air mata. Tapi dia menahannya. Lalu anaknya bertanya:
"Ayah, kenapa mata ayah merah?"
"Tidak apa-apa sayang. Mungkin ayah tidak kuat menahan hawa panas ini."
"Tapi mataku tidak merah yah"
"Iya sayang, karena kamu harus selalu menjadi anak yang kuat"
Dan ketika hujan turun, ia pun sangat bersedih. Ia tak tau bagaimana membawanya agar putrinya tidak terlena di pinggir jalan dengan beribu-ribu titik air yang seperti terus memukul tanpa henti. Ia ingin membawa putrinya ke suatu tempat yang hangat, bukan lagi emperan toko. Lalu dia menangis sepuasnya. Karena saat hujan, dia bisa menyembunyikan air matanya dari sang anak.
Ayah, pada saat itu, aku teringat padamu. Pengorbananmu pasti sangatlah besar untukku. Seperti pengorbanan sang ayah dalam cerita itu, meski dengan cara yang berbeda. Dan seandainya ayah tau, aku sangat merindukan masa-masa itu ayah. Saat ayah mendekapku dengan luapan kasih sayang. Kebahagiaan yang belum pernah kurasakan lagi sejak ayah meninggalkan aku dan ibu tujuh tahun lalu.
Apa ayah masih mengingatnya?
Apa ada kerinduan yang sama denganku, saat ayah dalam lelah dan sepi?
Ayah ...
Jika aku diberi satu kesempatan untuk melakukan suatu hal, aku akan mencarimu ayah. Untuk mengingatkanmu, bahwa akulah putri yang dengan sabar menunggu untuk merawat masa tuamu.
Jika aku diberi waktu untuk berharap, aku ingin terus menjadi anak kecil. Agar ayah selalu ada disampingku, menyayangiku dan melindungiku.
Jika aku diijinkan untuk mengulang hidupku, aku akan tetap ingin menjadi putrimu. Apapun yang ayah lakukan, ibu selalu mengajariku untuk memaafkan. Ayah selalu memperjuangkan yang terbaik untuk kami. Ayah hanya sedang diuji, dan ayah tidak mampu melewatinya, hingga ayah pergi meninggalkan kami. Ibu juga selalu mengingatkan bahwa kasih sayang dan perjuangan ayah jauh lebih besar daripada kesalahan yang ayah lakukan. Bersyukurlah ayah, Allah menitipkan putrimu ini pada seorang wanita yang mulia dan besar hatinya.
Dan inilah harapan terakhir dari surat ini, jika aku memiliki waktu untuk berbicara padamu, aku akan mengatakan sebuah hal ayah. Bahwa "aku bahagia dilahirkan sebagai putri ayah".
Dengan penuh kerinduan,
Diah Novita Suroso

Tidak Bersamaku

Hari ini aku sendiri
Seperti hari-hari yang lalu
Aku menantimu dengan indah
Aku menantimu dengan tenang
Tapi dirimu tiada datang
Saat fajar, bayangmu tak ada di balik matahari
Tak juga ada di balik bulan dan bintang
Aku ingin menemukanmu
Agar bahagia mengisi hatiku
Aku ingin memilikimu
Agar tenang memenuhi jiwaku
Agar aku tak perlu lagi mengusap airmata ini sendiri
Agar pundakmu dapat menjadi tumpuhan keluh kesahku
Dan biarkan senyum menyimpul di bibirku..
Aku rindu .. :'( ♡♡ )':

[Surabaya, 01 Mei 2014]

Janji Itu

Hari ini terasa berbeda "..."
Tidak seperti saat aku denganmu
Saat itu rasanya begitu indah
Sampai kurasa waktu berlalu begitu cepat
Dan aku selalu tidak ingin
kehilangan setiap detiknya
Aku selalu memilih duduk disampingmu
Aku selalu bilang malu jika berhadapan denganmu
Tapi sebenarnya tidak begitu
Aku hanya ingin selalu dekat denganmu
Aku menikmati cinta ini tanpa sepengetauhanmu
Dan aku masih menunggu janjimu
Siang dan malam aku menantikan hari itu
Hari yang kamu janjikan untuk
mengajakku ke Taman Bungkul
Aku menantikan hal yang luar biasa di sana
Aku terlalu berlebihan mengharapkanmu
Tapi, ini hatiku yang selalu ingin bersamamu
Bahkan jika kamu ijinkan
Bersamamu hingga akhir waktu, aku pun mau

Surabaya, 29 Desember 2014

Matahari di Bukit Sana

Sejak fajar aku sudah menunggumu
Melewati terik saat pertengahan hari
Hanya dengan melihatmu
Segala lelah hari ini dapat terhapus
Hanya dengan sinar sendumu
Mampu mengantarkan tidurku pada kedamaian
Tapi kenapa kamu selalu menghilang dengan cepat
Baru saja aku melihatmu
menuruni bukit di ujung barat sana
Belum sempat cahayamu masuk sepenuhnya
dalam setiap sisi mataku
Kamu tenggelam begitu saja
Meninggalkan bias warna jingga
Aku ingin memandangmu lebih lama
Aku tidak memintamu untuk tetap berada di atas kepalaku
Aku hanya meminta perpanjangan waktumu berada
tepat di depan mataku
Sampai malam datang untuk menenangkan ragaku

Surabaya, 27 Desember 2014

Kamis, 26 Juni 2014

Mimpi di Tengah Hari

Surabaya, 15 Juni 2014 (11.23)
Ini mimpi bukan? Bukan ya...?
Aku ingat, aku sudah bangun sejak 7 jam yang lalu. Aku masih dalam keadaan setengah sadar, sekarang aku sedang duduk manis di depan komputer, menatap tanpa kedip sebuah email. Jari telunjukku menekan tombol kirim dengan indahnya. Satu karyaku akhirnya bisa ku ikutkan lomba. Alhamdulillah...
Ini pasti biasa saja bagi orang lain, tapi tidak bagiku. Ini pertama kalinya aku memamerkan tulisanku. Setelah bertahun-tahun hanya bisa memandangi mading sekolah dan berharap tulisanku ada disana. Seperti pungguk yang merindukan bulan. Dian, temanku saat SMP yang kebetulan pengurus mading, selalu menawariku. Dan jawabku selalu sama "Aku tidak bakat menulis". Itu karena aku sadar aku masih sangat jauh dari kata baik (sekarang juga masih, bedanya sekarang aku lebih tidak tau malu saja).
Dan saat aku SMA, aku punya sahabat namanya Santika, dia anggota jurnalis dan dia tidak bisa dibohongi. Dia menarget sebuah tulisan padaku. "Kalau bisa masuk majalah sekolah, 1 karya Rp.11.000" demikian iming-imingnya padaku. Sebagai remaja labil lidahku meng-iya-kan begitu saja. Akhirnya aku menyodorkan 3 tulisan.
Pertama, artikel untuk menyemangati orang-orang yang selama ini hanya menjadi ekor (termasuk aku). Kalau bisa jadi kepala, kenapa santai-santai saja mengekor? Padahal kita tidak tau kemana kepala akan membawa kita pergi. Seingatku begitu tulisanku.
Kedua, opini tentang tidak ada pengaruhnya kelebihan harta dan rupa dihadapan Tuhan. Itu sekedar untuk mengingatkan temen-temen yang suka gaya kaya di sinetron gitu. Karena motor keren, orangtua kaya raya, uang saku tebal, populer dan untuk cewek yang lebih suka mengantongi make up daripada buku pelajaran. Buku pelajaran memang ga muat dimasukin kantong sih.
Ketiga, sebenarnya bukan tulisanku, itu hasil menjiplak pelajaran gereja kakak sepupuku, Debora. Aku muslim, tapi saat itu jarang yang mau mengisi mimbar kristen. Aku hanya peduli, beneran ga ada maksud apa-apa kok (muka serius).
Itu pertama kalinya tulisanku dibaca orang banyak. Semoga P.Hari, B.Indah, B.Win dan P.Dodo tidak membacanya, mereka semua guru Bahasa Indonesia. Ehhmmm tapi aku ragu sama temen-temen semua, mereka baca atau tidak ya? Biasanya sih setiap majalah sekolah dibagikan, mereka fokus pada momen-momen penting yang didokumentasikan. Opsi kedua adalah cerpen dan yang lumayan laris yaitu humor yang letaknya selalu dihalaman belakang. Artikel dan opini akan mereka baca setelah mereka kehabisan bahan dan merasa tidak ada pilihan lain. Tapi bagaimanapun, mereka sempat membaca, telat membaca atau terpaksa membaca, semoga tulisanku bermanfaat.
Sejak kecil aku suka membaca dan menulis. Dan aku tidak memiliki kemampuan tinggi dalam berhitung. Allah lebih tau. Karena itu aku selalu ditempatkan diantara orang-orang yang suka menulis juga. Mungkin agar aku lebih punya keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya seorang penulis lakukan.
Dan hari ini, ketika aku sudah hampir 3 tahun bekerja, aku bertemu kembali dengan teman SMPku, Gatra (bayangkan saja Giant dalam film Doraemon). Dia persis seperti itu, suka mengejek dan mengintimidasiku. Dan dia tidak pernah merasa, seperti orang tidak punya dosa saja. Tapi karena dia, aku bisa mengikuti lomba menulis yang telah menyediakan gantungan untuk mimpiku disana. Mungkin itu cara Gatra menebus dosa-dosanya kepadaku(piiss ya mbahtro). Aku tidak terlalu berharap untuk menang. Yang penting ceritaku tersampaikan. Aku hanya ingin mereka tau apa yang aku tau. Bahasa medianya, berbagi cerita. Alasan lain kenapa aku suka menulis, karena sejak kecil, sejak aku hampir lancar membaca yaitu kelas 2 SD. Sejak aku mulai berimajinasi karena dongeng Timun Emas. Sejak guru-guruku mengatakan bahwa membaca=membuka jendela dunia, dengan membaca menjadi tau dan sejak semua semboyan tentang membaca diakrabkan denganku, sejak saat itulah aku ingin menjadi seorang penulis. Karena aku selalu berfikir bahwa kita tidak akan pernah membaca tanpa ada yang menulis. Terlepas dari itu semua, jika orang bertanya kenapa aku menulis (padahal ga ada yang mau nanya) aku akan menjawab, "karena aku suka melakukannya". Entah bagaimana nanti, tulisanku dibaca atau tidak, yang penting aku sudah melakukannya, sebaik yang aku bisa. Tanpa memaksakan diri dan tanpa harus menjadi orang lain. Ini tulisanku dengan segala kekuranganku teman-teman .... :')