Ayah, kau telah membuatku patah hati, berkali-kali
Dan layaknya tuan putri pemilik cinta sejati, aku pun selalu memaklumi dan terus mengagumimu sepenuh hati
Ragamu terlalu jauh dariku
Aku hampir tak bisa mejangkaumu
Tetapi, kenapa jiwamu turut di dalamnya
Turut menjauh dariku
Sungguh aku tak ingin menjadi bebanmu
Aku hanya rindu padamu
Adakah kau tau?
Jika ada satu nama yang senantiasa kusebut, yang disertai kerinduan mendalam, dan doa-doa untuk kedatangannya, itu adalah namamu - Ayah
Setiap kesempatan yang kumiliki, kugunakan sebaik mungkin untuk menyelipkan namamu di antara kata "Bismillah" dan "Aamiin"
Di antara dua kata itu ada rangkaian permohonan yang panjang kepada Tuhan
Aku ingin Ayah pulang dan menjadi Ayahku lagi
Tapi aku tak pernah meminta agar Ayah meninggalkan keluarga baru Ayah di sana
Cukup jiwamu yang pulang, Ayah
Agar aku tak merasa dikhianati
Agar aku merasa bahwa tak ada yang berubah darimu
Agar aku tak berfikir bahwa kau sengaja pergi dan tak peduli lagi
Kepadaku yang selalu mengusikmu
Enam tahun lalu, saat aku masih rutin untuk memeriksakan kesehatanku, ada seorang pegawai administrasi yang melayaniku, yang terkejut ketika melihat riwayat yang tertulis pada berkasku
Kemudian beliau berpesan, meskipun beliau bukan seorang dokter, namun beliau memberikan obat yang sangat ampuh
"Tolong dijaga dek. Kamu masih sangat muda, masih kecil malahan. Menurut KK, kamu hanya tinggal berdua dengan ibumu. Jadi kalau saya simpulkan, kamu adalah harapan satu-satunya ibumu. Jadi, berhati-hatilah mengendalikan hatimu. Kalau tidak ada kamu, bagaimana dengan ibumu?"
Sejak saat itu aku merasa menjadi lebih kuat Ayah. Setiap kali aku rindu Ayah, aku mengingat ibu. Aku mengingat bahwa hidupku tidaklah untuk kubuang dengan hanya merindukanmu. Aku memiliki ibu yang menggantungkan segala harapannya padaku. Setelah itu, aku merasa menjadi sosok yang paling kuat. Aku merasa berhasil mengendalikan hatiku.
Tapi Ayah, meski kini aku telah lebih bisa membawa diriku namun tetap saja seperti ada yang hilang dariku. Ada sesuatu yang seperti sengaja kubunuh. Perasaan rinduku padamu. Yang kubunuh sebelum perasaan itu yang membunuhku.
Dan pada akhirnya aku sadar. Sekuat apapun usahaku, dia tetap hidup, dalam hatiku. Rasa rindu yang meronta mengharapkan dekap hangatmu. Aku tak pernah bisa sekuat yang kumau. Aku tetap membutuhkanmu, Ayahku.
Ayah yang selalu kurindu, aku sangat rindu padamu. Semoga rasa rindu ini sampai kepadamu. Aku yakin kau akan tau. Bahwa aku, selalu menyayangimu - Ayahku.