Senin, 29 Juni 2015

Rindu Hadirmu Kembali

Ayah, kau telah membuatku patah hati, berkali-kali
Dan layaknya tuan putri pemilik cinta sejati, aku pun selalu memaklumi dan terus mengagumimu sepenuh hati

Ragamu terlalu jauh dariku
Aku hampir tak bisa mejangkaumu
Tetapi, kenapa jiwamu turut di dalamnya
Turut menjauh dariku
Sungguh aku tak ingin menjadi bebanmu
Aku hanya rindu padamu
Adakah kau tau?
Jika ada satu nama yang senantiasa kusebut, yang disertai kerinduan mendalam, dan doa-doa untuk kedatangannya, itu adalah namamu - Ayah

Setiap kesempatan yang kumiliki, kugunakan sebaik mungkin untuk menyelipkan namamu di antara kata "Bismillah" dan "Aamiin"
Di antara dua kata itu ada rangkaian permohonan yang panjang kepada Tuhan
Aku ingin Ayah pulang dan menjadi Ayahku lagi
Tapi aku tak pernah meminta agar Ayah meninggalkan keluarga baru Ayah di sana
Cukup jiwamu yang pulang, Ayah
Agar aku tak merasa dikhianati
Agar aku merasa bahwa tak ada yang berubah darimu
Agar aku tak berfikir bahwa kau sengaja pergi dan tak peduli lagi
Kepadaku yang selalu mengusikmu

Enam tahun lalu, saat aku masih rutin untuk memeriksakan kesehatanku, ada seorang pegawai administrasi yang melayaniku, yang terkejut ketika melihat riwayat yang tertulis pada berkasku
Kemudian beliau berpesan, meskipun beliau bukan seorang dokter, namun beliau memberikan obat yang sangat ampuh

"Tolong dijaga dek. Kamu masih sangat muda, masih kecil malahan. Menurut KK, kamu hanya tinggal berdua dengan ibumu. Jadi kalau saya simpulkan, kamu adalah harapan satu-satunya ibumu. Jadi, berhati-hatilah mengendalikan hatimu. Kalau tidak ada kamu, bagaimana dengan ibumu?"

Sejak saat itu aku merasa menjadi lebih kuat Ayah. Setiap kali aku rindu Ayah, aku mengingat ibu. Aku mengingat bahwa hidupku tidaklah untuk kubuang dengan hanya merindukanmu. Aku memiliki ibu yang menggantungkan segala harapannya padaku. Setelah itu, aku merasa menjadi sosok yang paling kuat. Aku merasa berhasil mengendalikan hatiku.
Tapi Ayah, meski kini aku telah lebih bisa membawa diriku namun tetap saja seperti ada yang hilang dariku. Ada sesuatu yang seperti sengaja kubunuh. Perasaan rinduku padamu. Yang kubunuh sebelum perasaan itu yang membunuhku.
Dan pada akhirnya aku sadar. Sekuat apapun usahaku, dia tetap hidup, dalam hatiku. Rasa rindu yang meronta mengharapkan dekap hangatmu. Aku tak pernah bisa sekuat yang kumau. Aku tetap membutuhkanmu, Ayahku.

Ayah yang selalu kurindu, aku sangat rindu padamu. Semoga rasa rindu ini sampai kepadamu. Aku yakin kau akan tau. Bahwa aku, selalu menyayangimu - Ayahku.

Kamis, 25 Juni 2015

Jalan Menuju Surga

"Bapak, tadi di sekolah pas pelajaran agama, katanya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau kita minta apa saja nanti bisa dikabulkan"

"Memang ndok."

"Ya sudah sekarang kita ke rumah Allah Pak. Aku mau minta biar dapet juara satu."

Tersenyum. "Kalau mau ketemu sama Allah itu harus masuk surga dulu."

"Ya sudah kita ke surga saja Pak sekarang."

Bapak tersenyum kembali, mendengar celotehan lugu anak kelas 1 SD.

"Surga itu tidak ada di dunia ini. Adanya di akhirat ndok."

"Kalau gitu gimana caranya kalau mau ke surga."

"Kalau kamu mau tau, kamu harus rajin datang ke mushola An-Nur. Ngaji sama Pakpuh Saring. "

Aku masih sangat ingat, waktu itu tanpa pikir anjang, ba'da Ashar aku segera bergegas. Dengan kerudung ibu yang sudah pasti kepanjangan. Membawa tas jinjing, dengan isi iqro, buku tulis, pensil dan penghapus, masing-masing satu buah. Dengan semangat yang terus berkembang.
Dengan keinginan kuat ingin mengetahui cara menuju surga, supaya dapat bertemu dengan Allah.

Berhari-hari kulalui. Aku diajari membaca iqro. Menulis huruf-huruf arab. Di beri nasehat sesekali, cerita nabi atau kisah-kisah islami inspiratif.

"Bapak, aku sudah ngaji tapi kok tetep gak dikasih tau caranya ke surga sama Pakpuh Saring." Protesku kesal.

"Nanti juga tau. Pokoknya rajin ngajinya."

Kemudian kulalui setiap soreku dengan pergi mengaji. Meski kadang harus melawan rasa malas yang berlebihan. Hingga lama-lama aku merasa mengaji adalah suatu keharusan. Aku lupa tujuanku sejak awal, mengaji agar tau jalan ke surga, bertemu dengan Allah dan minta suaya bisa juara satu. Aku benar-benar mulai lupa dengan tujuan itu. Aku sudah sangat asyik menapaki lembar demi lembar iqroku. Hingga sampai pada halaman terakhir.

Bahagia. Aku sampai pada Al-Qur'an. Aku membacanya begitu saja. Tanpa arti apa-apa. Tanpa tau maknanya. Hanya sekedar membaca yang membuatku bahagia.

Dan tiba saat aku merasa bahwa Al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk dibaca. Aku merasa seperti sedang makan angin. Tak tau rasanya manis, asem, asin, pedas, gurih dan rasa-rasa lainnya. Hanya rasa hambar, kosong, hampa. Karena itulah, sedikit demi sedikit aku mulai mempelajari artinya.

Satu ayat, dua ayat, seterusnya. Setiap ayat yang kubaca, rasanya bagai pengendali jiwa. Kadang ada rasa bahagia tak terkira ketika aku menemui ayat-ayat tentang nikmat Allah, dan ketetapan-ketetapan Allah bagi hamba-Nya yang taat. Namun, seringkali mataku dibuat sembab. Ketika sampai pada adzab, kabar-kabar buruk, dan setiap detail balasan untuk umat manusia. Perbuatan sekecil biji dzarahpun tidak akan luput dari perhitungan. Amal baik maupun buruk akan dibalas sesuai kadarnya masing-masing. Bahwa jika aku begini maka aku akan mendapat ini. Bahwa jika aku begitu aku akan mendapat itu. Sungguh, sebenarnya manusia sadar seberapa banyak dan sering ia berbuat dosa. Hanya saja mereka mengabaikannya dan menganggap bahwa semua baik-baik saja. Dan aku pernah merasakan itu. Rasanya aku tak sanggup jika harus memikul balasan atas dosa-dosaku yang laksana bilangan pasir di pantai itu. Dosa-dosa yang tiada hingga. Sejak aku masih kecil hingga pada detik ini.

Lalu ada berita bahagia. Bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Luas ampunan-Nya. Memberiku keyakinan bahwa aku bisa memperbaiki diri dan semakin dekat dengan-Nya. Aku ingin menyempurnakan imanku. Menyempurnakan pengetahuan agamaku. Al-Quran, penunjuk jalan yang amat lurus. Yang menunjuk pada kebaikan dan pengingat untuk setiap keburukan. Lentera yang sungguh terang. Firman-firman Allah yang di wahyukan kepada Rasulullah SAW, adalah sebenar-benarnya penunjuk jalan. Pembawa tenang. Pemberi kehangatan. Lembar-lembar pembimbing pada kebaikan.

Bapak, ada yang ingin kusampaikan. Saat Bapak bilang jika aku rajin mengaji aku akan mengetahui bagaimana cara masuk surga, itu semua benar. Semua caranya ada di sana. Betapa sayangnya Allah kepada kita. Allah selalu mengingatkan kita. Menjaga kita dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ingin kita tersesat hingga Ia memberikan penunjuk jalan yang amatlah terang. Ialah Al-Quran. Alhamdulillah, terima kasih untuk rahmat-Mu yang amat mulia ini Ya Rabb.Terima kasih Bapak telah memberiku dorongan yang mengagumkan. Terima kasih Pakpuh Saring, semoga ilmumu yang in shaa Allah terus mengalir itu dapat menjadi amal tak terputusmu, sebabmu menjadi ahli surga. Semoga kita semua termasuk dari golongan orang-orang yang senantiasa diberi petunjuk, aamiin.

Senin, 22 Juni 2015

Tik Tok Bunyi Waktu

Sudah kulewati beberapa hari yang luar biasa ini. Menikmati setiap tik tok jam sebagai anugrah Allah yang masih kumiliki. Bagaimana tidak? Waktu itu anugrah yang sangat mahal bukan? Dan ketika ia telah berlalu kita tak akan pernah memilikinya kembali. Mungkin setiap hari kita akan mendengar bunyi tik tok yang sama. Memandang jarum dengan angka-angka yang sama. Namun hidupmu telah berbeda. Ia hanyalah benda penunjuk waktu. Yang memiliki titik puncak pergantiannya, angka 12 pada siang dan malamnya, dan begitu seterusya.
Pukul 8 pagimu hari ini tak akan sama dengan pukul 8 pagimu esok hari. Bisa saja keadaan berubah, suasana hatimu berubah, meski mungkin kamu menjalani rutinitas yang sama. Bahkan, sebagian hidupmu dapat berubah dalam pergeseran jarum sedikit saja. Kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi dalam hidup kita ini.
Jadi, apa yang sudah kamu lakukan hari ini?

• Sudahkah kamu mengucap syukur untuk kesempatan hidupmu hari ini? Untuk setiap udara yang kau hirup tanpa henti, yang kau dapatkan tanpa harus membayar mahal agar hidupmu tak berhenti? Untuk nafasmu yang kau dapat cuma-cuma tanpa harus kau susah payah mencari?

• Sudahkah kamu bersyukur untuk semua yang kau miliki? Untuk imanmu yang tetap tinggal dalam hati. Untuk kedua orang tuamu yang selalu menyayangimu dan sangat kau sayangi. Untuk saudara, keluarga, sahabat, teman dan semua orang si dekililingmu yang senantiasa menyemangatimu setulus hati? Untuk segala kemampuanmu yang membawamu bertahan hingga kini. Untuk setiap kelebihan yang mampu untuk kau bagi? Untuk segala hal yang telah di amanahkan kepadamu selama ini?

• Sudahkan kamu meminta ampun untuk dosa-dosamu, dosa kedua orang tuamu, dosa seluruh saudara semuslimmu, yang telah, sedang atau mungkin akan kalian lakukan dalam hidup ini? Atas segala kelalaian yang kalian sadari atau tanpa kalian sadari? Untuk sesuatu yang telah kau ketahui itu dosa namun tetap kau lakukan? Untuk dosa-dosa yang telah kau mintakan ampunan namun tetap kau ulang?

Sudahkah? Sudahkah?
Sudahkah semua itu kau lakukan? Kau tau bukan, Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jika kau datang pada-Nya dengan berjalan maka Allah akan menyambutmu dengan berlari. Apa kau yakin, kau masih bisa membuka mata besok pagi? Apa kau yakin masih memiliki kesempatan untuk kau jalani?

Sudahkan kau gunakan setiap tik tok yang kau dengar untuk melakukan amal kebaikan. Jika tubuhmu tak mampu bergerak, maka gunakanlah mulutmu. Jika tak mampu, gunakanlah hatimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, bahkan apa yang kau katakan dalam hatimu, sedalam dan selirih apapun itu. Malulah pada seluruh isi dunia ini, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, langit yang menggantung di atas, tanah yang sedang kau injak, mereka bertasbih kepada Allah. Menjalankan setiap waktu mereka dengan baik. Jika kau tak percaya, kau harus baca ini ....

(Al-Ĥadīd):1 - "Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Jadi, sudahkah kau mengagungkan Asma Allah dalam setiap nafas yang kau tarik dan hembuskan itu? Jika belum, mulailah. Kita tak akan pernah tau sampai kapan akhir hidup kita. Namun kita bisa menentukan bagaimana akhir hidup kita. Barangkali karena kau selalu menyebut Asma Allah dalam setiap nafasmu, ketika nafasmu berhenti, Asma Allah itulah yang kau sebut terakhir kali. Dan akhir hidup yang seperti itulah yang sedang kita (semua) cari.

Sabtu, 20 Juni 2015

Apakah Aku Dirindukan Surga-Mu?

Ya Tuhan, aku tak pernah mengerti apa tujuan dari hidup ini
Sebelum akhirnya Kau mengajariku bagaimana aku harus melangkah di jalan kebaikan
Bagaimana aku harus berjalan berpegang pada Al-Quran dan sunah Rasul
Bagaimana aku harus hormat dan patuh terhadap kedua orang tuaku
Bagaimana aku harus saling berkasih sayang kepada saudara-saudaraku
Bagaimana aku harus selalu menjalin hubungan yang baik dengan seluruh umat-Mu
Bertutur sapa dengan lembut dan santun
Berlaku dengan ramah tanpa menyakiti
Membagi apa yang kupunya dalam kesempatan apapun yang kumiliki

Ya Tuhanku, setiap kali aku berangkat tidur, ada perasaan mengganjal dalam hatiku
Adakah aku telah memiliki salah satu alasan orang yang dirindukan oleh surga?
Ada empat golongan yang aku merasa bahwa aku belumlah ada pada salah satunya

Ialah orang yang senantiasa membaca Al-Quran
Ialah orang yang senantiasa menjaga lisannya
Ialah orang yang memberi makan orang fakir
Ialah orang yang puasa di bulan Ramadhan

Sungguh aku menyesal dalam rebahku Tuhan
Kalaulah aku telah melakukan salah satu di antaranya, namun apakah yang kulakukan telah benar-benar Kau terima
Apa aku telah baik dalam membaca firman-firman dari-Mu
Kadang aku malas dan lebih memilih membaca berbagai berita terkini di media sosialku
Kadang aku lebih memilih menonton acara televisi yang begitu menghiburku
Hingga aku lupa, Kaulah yang selalu memberi bahagia dalam hatiku melalui ayat-ayat suci-Mu

Sedikit banyak lisanku masih melahirkan dosa
Jika tidak mengejek atau mengolok,  aku sering terbawa keadaan membicarakan temanku yang lain
Astaghfirullah ya Gusti, aku sungguh malu pada-Mu

Lagi, kadang ada perasaan kurang ikhlas dalam dada ini
Kadang aku tak ingin memberi karena aku merasa bahwa kebutuhanku sendiri belumlah cukup terpenuhi
Maka ampunilah aku yang lupa bahwa dalam rezeki yang Kau limpahkan padaku ada hak orang lain di dalamnya, yang harus ku kembalikan pada mereka

Dan, puasaku ini hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui
Terkadang ada banyak hal berlalu lalang di kepalaku
Tentang memikirkan buka puasa apa hari ini padahal hari masihlah pagi
Terkadang, seperti ada yang membujuk agar aku meninggalkan puasaku
Terkadang aku menahan marah atau benci atau tak suka dengan apa yang dilakukan orang lain
Terkadang sengaja atau tidak aku melukai seseorang, atau aku menyebabkan seseorang berbuat dosa

Maka dari itu semua, aku merasa tak punya muka setiap kali menghadap-Mu
Hari-hariku semu memikirkan semua itu
Menghalangi nyenyak tidurku

Dan wahai Engkau yang Maha Pengampun, ampunilah setiap dosa yang telah aku, yang telah kami lakukan
Jadikanlah kami hamba terpilih-Mu
Hamba-Mu yang senantiasa mensucikan diri dan bertaubat
Hamba yang selalu Engkau beri petunjuk

Aamiin.

Rabu, 17 Juni 2015

Selamat Datang Ramadhan

Ya Allah, Ya Tuhan kami yang Maha Penyayang ...
Malam ini aku ingin mengucap syukur yang tiada batas kepada-Mu.
Terima kasih telah memberi kami kesempatan hingga kami dapat menyambung Ramadhan demi Ramadhan. Bulan yang selalu kami rindukan. Bulan yang suci dan penuh dengan kebaikan. Bulan yang begitu istimewa yang membuat kami tak rela melaluinya begitu saja. Hanya satu bulan saja, dan ketika ia pergi kami akan merasa kehilangan sekali. Jadi, terima kasih yang begitu besar untuk segala rahmat-Mu.

Kadang aku merasa, apalah arti setiap tahun dalam hidupku jika Engkau tidak menghadirkan bulan yang penuh dengan kemuliaan ini. Kau sangat mengerti bagaimana cara menarik hati umat-Mu. Kau membuat kami bahagia, bahagia yang sampai pada relung jiwa. Engkau yang Maha Sempurna, cara-Mu mencintai kami amatlah sempurna.

Ya Rabb, aku telah memasak sejak pagi tadi. Telah ku persiapkan semuanya. Aku ingin segera menemui makan sahur pertamaku.  Kalau untuk persiapan rohani Engkau pasti tau sejak kapan aku mempersiapkannya.  Oh iya, kalau bicara masalah sahur, aku sangat merindukan dusun Celeng. Pasti anak-anak kecil yang sebenarnya bernyali ciut itu, memberanikan diri tidur di Mushola untuk menabuh kentongan yang telah mereka siapkan jauh-jauh hari, untuk membangunkan orang-orang. Mereka itu malaikat-malaikat kecil yang pasti Engkau banggakan Ya Allah. Keluarga di rumah, pasti diantara semua anggota keluarga, Devin yang paling susah di bangunkan. Dia itu tidur sama pingsan tidak ada bedanya. Butuh waktu yang lama untuk membuatnya sadar diri. Akung... meski usianya sudah 88 tahun tetapi masih memiliki semangat yang kuat untuk mengabdikan dirinya kepada-Mu, Engkau pasti lebih tau Ya Rabb. Ibu dan Lek Nar akan sibuk di dapur. Memasak makanan yang istimewa, yang lebih dari biasanya, itu upaya mereka dalam memberikan semangat menjalankan puasa bagi keluarga. Juga pasti sibuk membuat jajanan kering yang bisa disajikan saat lebaran. Kalau Paklek Wantri, pasti tetap sibuk menjalankan hobinya, memancing.
Dulu, ketika malam tiba, kami berjalan bersama menyusuri jalan yang gelap menuju mushola An-Nur. Kami bersenda gurau dan bercerita. Lalu, saat sholat tarawih, Devin dan Mba Mara kesulitan untuk sujud. Mereka sering berlebihan memanjakan perut saat berbuka. Uf, betapa aku merindukannya Ya Rabb. Aku harap, Ramadhan tahun depan aku telah berada di rumah, di tengah-tengah mereka. Dengan anggota baru keluarga kami tentunya. Anggota baru yang kusiapkan makan sahurnya. Anggota baru yang mengajakku menikmati keindahan Ramadhan bersama. Anggota baru yang Kau pilihkan dari sisi-Mu.

Ada lagi Tuhan, ini Ramadhan kali ke sembilan yang kulewati tanpa kehadiran ayah. Apa kabar ayah Tuhan? Semoga baik-baik saja, ku yakin Kau selalu menjaganya. Bantulah ia untuk senantiasa bertaqwa meski banyak sekali beban yang harus ia pikul di punggungnya. Berikanlah ia kesehatan selalu Ya Rabbi.

Dan satu lagi doaku di malam ini Ya Allah. Jadikanlah aku wanita sholeha. Yang menjadi salah satu sebab kedua orang tuaku menjadi ahli surga. Yang menjadi teman terbaik dalam urusan agama, dunia dan akhirat bagi suamiku kelak. Dan menjadi madrasah yang baik bagi keturunan kami jika Engkau mengijinkannya. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.

Marhaban Ya Ramadhan ~ Selamat datang bulan yang selalu kami rindukan. :) :)

Minggu, 14 Juni 2015

Matahari yang Tenggelam

Tak dapat kudengar, suaramu yang samar-samar. Tak dapat kutemukan, jejakmu yang kian hilang. Meski kita tak pernah berjalan sejajar, setidaknya dulu aku dapat mengikutimu dari belakang. Aku selalu dapat melihatmu, meski hanya sebatas punggungmu.

Entah mengapa aku selalu merasa bahagia di sampingku. Meski tanpa harus bercerita panjang lebar, menghabiskan waktu seharian. Menunggumu membaca koran di perpustakaan, atau mengamatimu main catur dengan teman debangkumu, aku bahagia seperti itu. Aku tau bahwa aku selalu menyulitkanmu, aku sering tak bisa nyambung dengan tutur katamu. Sekian banyak waktu yang kumiliki bersamamu, sebagian besarnya kuhabiskan untuk memandangimu dan berandai-andai bahwa suatu hari aku akan memasangkan dasi di lehermu ketika kau akan berangkat kerja, mencium tanganmu lalu berkata, "Hati-hati suamiku."

Kau terus bercerita, atau kau terus membaca. Sedangkan aku tetap memegang bukuku namun mataku terus menatap ke arahmu, aku sangat tidak ingin kehilangan setiap pergerakanmu. Aku merasa enggan mengedipkan mataku, aku takut kehilangan moment saat kau menguap, saat kau membalik lembar demi lembar bukumu, dan momen-momen lain yang sangat berarti itu untukku.

Aku sudah menjadi sedemikian gila. Aku seperti daun kering dan kau anginnya. Aku terombang-ambing karenamu. Sehingga aku jatuh ke tanah. Terhempas, terserak, terinjak. Namun, sedikitpun aku tak pernah sedih karena hal itu. Aku tetap menyayangimu. Jatuhpun aku mau, asal itu karenamu.

Kepada kamu yang telah tenggelam, sosokmu kian menjauh, sedangkan aku masih di sini-menantimu.

Sabtu, 13 Juni 2015

Sore ini telah ku seduh teh manis, aku merasa tak enak badan. Ku seruput seteguk demi seteguk, rasanya sungguh tidak enak. Hanya asam setengah pahit. Kuraba badanku, tidak panas. Kurasa-rasa lagi, aku tidak pusing. Perutku juga baik-baik saja. Setelah ku sadari, bukan badanku yang sedang tidak enak. Melainkan mentalku.

Aku berjalan ke swalayan terdekat. Aku membeli sebatang coklat. Kata orang, juga dari artikel yang pernah kubaca, coklat mampu memperbaiki suasana hati seseorang. Kuhabiskan dengan segera coklat itu. Kutunggu setengah jam, perasaanku tak berubah. Ahh barangkali memang belum bereaksi. Namun setelah hampir lima jam perasaanku tetap tak berubah. Tak ada pengaruhnya.

Aku tetap merasa asing. Seperti ada yang telah hilang dariku. Tetapi, aku tak merasa memiliki apapun. Jadi apa yang telah hilang dariku. Sesuatu yang telah kumiliki namun tak pernah ku sadari. Sesuatu yang baru ku mengerti saat ia telah pergi. Entahlah.

Aku menggantungkan doa-doa ke angkasa. Biar Tuhan memilih waktu yang tepat untuk mewujudkannya. Aku percaya bahwa doa adalah bahan terbaik pembentuk keajaiban. Keajaiban untuk menyatukan perasaanku yang berantakan. Keajaiban untuk mengembalikan apa yang telah hilang. Keajaiban, mampu menciptakan hal yang bahkan sebelumnya tak pernah terpikirkan.

Aku yakin.

Bersama alunan musik lembut dari earphone bututku, kucoba mengayun-ayun mataku. Semoga terpejam. Semoga hilang segala kekhawatiran. Semoga saat esok pagi menjelang, aku menemui kebahagiaan.

Jumat, 12 Juni 2015

Menyadari apa yang kulakukan malam ini. Sepertinya aku terlalu menyudutkanmu. Jadi maafkan aku.

Ada adu argumentasi antara kita. Padahal mungkin hanya hal sepele yang kubesarkan. Mungkin aku yang kelewat peka. Aku memang begitu. Semoga kau bisa menerima.

Lalu ada yang menarik dari percakapan kita. Saat aku menjelaskan bahwa sebenarnya aku ini orang yang sedikit cerewet. Aku mengutarakan begitu saja padamu hal yang tak kusuka, yang telah kau lakukan. Dan akhirnya kau bertanya, bagaimana jika kita telah memiliki ikatan halal dan aku menemukan banyak hal yang tak kusuka darimu. Kujelaskan saja bahwa jika yang tak kusuka memang tidak baik untukmu sebaiknya kau merubah itu. Dan jika yang tak kusuka itu ternyata adalah hal yang baik berarti aku yang harus menyesuaikan diri. Kau sama sekali tak perlu berubah demi aku atau demi siapapun. Karena kau adalah kau. Bukan bayangan yang diciptakan oleh orang lain. Kau harus berubah jika memang perubahan itu baik untukmu.

Dan setelah sepanjang itu mungkin kau khawatir bahwa aku memiliki penilaian yang tidak baik tentangmu. Katamu kau tak perlu menjelaskan bahwa kau adalah orang yang memang baik. Aku bisa menilaimu dari banyak hal, dari satu-satunya media sosialmu yang kumiliki misalnya. Iya, itu sudah kulakukan sejak dulu karena aku begitu ingin tau tentangmu. Kau juga bilang aku bisa bertanya pada ibumu. Ahh bagaimana bisa? Apa kau tau sejak SMA aku sering diajak paman mampir ke kedaimu, menikmati makanan favoritku. Saat itu tak ada rasa malu sedikit pun. Tetapi, semenjak aku mendengar kabar tentang niatan baik itu, aku sudah tak berani lagi mampir. Aku canggung dan entah kenapa aku merasa malu. Aku harus berjuang keras menasehati perutku yang terus merengek membayangkan bakso ukuran jumbo dan keripik singkong pelengkap di meja kedaimu. Aku seperti tak punya muka berhadapan dengan ibumu, wanita mulia yang mungkin pada akhirnya akan kupanggil ibu itu. Rasaku berkecamuk, campur aduk. Bagaimana aku mau bertanya tentangmu pada beliau sedangkan aku sendiri khawatir, apa aku ini sudah memenuhi kriteria calon menantu idaman atau belum. Aahh sudahlah.

Setelah itu ku jelaskan bahwa aku yakin kau adalah orang yang baik. Dan kau memintaku untuk mengingat ini :
"Aku tak sebaik yang kamu fikir dan juga tak seburuk yang kamu sangka"
Baiklah akan selalu ku ingat. Tetapi sadarkah kamu, bahwa semua orang memang begitu. Sebaik apa aku ini hingga aku harus menuntutmu menjadi orang yang sempurna baik. Dan seburuk apa aku ini untuk mendapatimu yang sepenuhnya buruk. Tidak. Bukan seperti itu. Semua orang juga tau bahwa tak ada yang sempurna di muka bumi ini. Kata-kata itu tak hanya berlaku untukku. Tetapi juga untukmu. Suatu hari, jika kita telah bernaung di bawah atap yang sama pasti kau akan menemukan bahwa oh ternyata aku begini, aku begitu, aku tak seperti dugaanmu. Pasti seperti itu. Apa kau tau bagaimana khawatirnya aku tentang hal itu? Aku hanya memiliki satu hal yang kubiasakan sejak dini, yaitu kejujuran. Tak ada yang kututupi darimu. Agar kau tau sebenar-benarnya tentang aku. Mungkin akan bisa meminimalkan kekecewaanmu saat kau tau segala tentangku.

Sebenarnya tulisan ini untuk ku simpan. Akan kubagikan kelak jika kita diinjinkan bercengkerama di teras rumah, sebagai pengingat bahwa kita pernah berbeda pendapat hanya karena satu kata. Tapi, aku tak bisa. Aku sunggung-sungguh ingin kau membacanya. Aku ingin kau tau maksud hatiku. Padamu. Sudah itu saja.

Kamis, 11 Juni 2015

Kau ada tapi seolah tak ada. Setiap hari aku harus disuguhi dengan ikatan kita yang jauh, meski raga kita terlalu dekat. Bahkan hembusan nafasmu saja dapat ku dengar.
Kau seolah tak menyadari bahwa aku ada di sampingku. Kau seperti sedang hidup seorang diri, menikmati duniamu sendiri. Tak pernah kau mengerti siapa aku ini.
Kau hanya datang dengan harapan-harapan yang pada akhirnya kau musnahkan. Kau tau, kau buat hidupku menyedihkan. Kau selalu mudah membuatku jatuh cinta. Dan lebih mudah dari itu kau buat aku patah hati. Kadang kau seperti malaikat dalam hidupku. Kadang kau lebih dari makhluk terjahat yang pernah ku tau.

Bagaimana aku mengakhirinya. Kadang kau tarik dan terkadang kau ulur. Kau ulur saat aku sangat berharap. Dan kau tarik ketika aku ingin enyah. Kau lakukan semaumu.
Entah aku yang berlebihan mengartikan atau kau yang memang kejam. Dan aku benci menerima bahwa kau tidaklah sungguh kejam. Aku yang keterlaluan. Aku harus sadar bahwa kau tak begitu. Aku berlaku demikian karena cinta yang diam-diam dan sendirian.

Maafkan aku yang berlebihan.

Sebenarnya ada bahasamu yang tak ku mengerti apa artinya. Tak ku temukan juga di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ku lihat kau sering menggunakan kata-kata itu dikala kau tak setuju akan sesuatu. Terlebih, saat seseorang atau media menyudutkan agama kita, segala ajaran dan tuntunannya. Kau berhak marah karenanya. Kita memang harus marah jika ada yang melecehkan agama Allah. Tapi, ku yakin kau bisa menemukan kata yang lebih indah untuk menguraikan ketidak-setujuanmu, ketidak-sukaanmu.
Entah apa sebenarnya arti 'kata' yang tak ku suka itu, atau mungkin memang aku yang sensitif, aku tak akrab dengan kata-kata asing, di luar bahasa  yang biasa kugunakan sehari-hari. Semoga kau mengerti maksudku.

Rabu, 10 Juni 2015

Kepada Kamu yang Hebat

Kepadamu ku tulis ini pagi-pagi,

Ketika waktu mengajakku untuk berhenti. Di sebuah titik yang belum pernah ku kenali. Memintaku merenung mempertimbangkan namamu. Untuk ku sebut sebagai seorang ayah dari malaikat-malaikat yang terlahir dari rahimku.

Ketika itu aku sangatlah ragu. Kau sangat asing bagiku. Siapa kamu? Dari mana asalmu? Bagaimana hatimu? Tuluskah atau penuh dengan tipu?
Aku tak pernah bermaksud untuk berfikir buruk tentangmu. Seperti yang pernah ku katakan, aku sangat mejaga hatiku. Aku tak mau seseorang memberi luka padaku. Kau pasti tau itu.

Lalu aku mencoba melerai pertikaian antara batin dan logikaku. Mungkin aku harus menyambutmu agar aku tau siapa kamu, bagaimana hatimu. Selangkah ku buka pintu, aku mengintip masih dengan ragu. Lalu aku menemukanmu. Mungkin, yang namanya menemukan tak harus sesuatu yang sedang dicari. Mungkin kau bukan yang sedang kucari. Akan tetapi, Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Kau pasti yang terbaik di antara semua pilihan. Karena Allah sendiri yang memilihmu untukku. Dengan demikian, ku hapus sedikit demi sedikit rasa raguku.

Kemudian waktu terus berjalan. Kau berusaha membuatku yakin dan menghapus segala kekhawatiran dalam hidupku. Kau mengulurkan tanganmu, kau bilang kita akan memecahkan tempurung belenggu hidupku berdua, kau tau aku tak mampu memecahnya dengan tanganku sendiri. Sebab aku terlanjur membuat pengertian bahwa aku ini terlalu lemah untuk melakukan hal yang demikian. Dan kau, membuatku yakin bahwa aku tak serapuh yang kupikirkan.

Dan ketika itu, ketika segala gelisahku telah selesai, aku benar-benar mulai merasa yakin bahwa kaulah yang aku mau. Kau yang akan selalu membimbingku ketika aku tak percaya pada jalan takdirku. Kau yang akan selalu memberi tenang pada setiap kegundahan yang sering kuciptakan sendiri, kekhawatiran yang tak perlu, katamu. Kau yang akan selalu membuatku damai dan tenang ketika aku merasa bahwa dunia tak ingin bersahabat denganku. Kau yang akan membuatku tersenyum dan menyisihkan segala kemungkinan yang akan menjadi sebab sedihku.

Kepadamu, alasan di balik surat ini ku tulis, terima kasih (lagi-lagi). Karena aku tak menemukan kata yang lebih berarti dari pada ini. Semoga kau selalu bahagia. Kau adalah orang yang kuat, setauku. Dan teruslah begitu. Sebab di sini ada seseorang yang sangat butuh untuk kau lindungi. Kau beri rasa aman. Kau lindungi dari segala kemungkinan yang tak ia inginkan. Seseorang yang akan selalu menggenggam erat lenganmu dan meletakkan kepalanya di pundakmu. Seseorang yang sering ketakutan. Seseorang yang butuh untuk kau buat tenang.

Kepadamu orang yang hebat, biarkan cinta ini tetap tersemat.

Sabtu, 06 Juni 2015

Apa kau pernah melabuhkan hatimu pada seseorang? Meskipun kamu belum tau apakah dia takdirmu atau bukan?

Aku pernah.

Dan aku merasa sangat bersalah. Aku merasa telah berkhianat kepada jodohku. Aku mengharapkan orang lain yang menjadi jodohku di masa sebelumnya.
Tapi bukankah hidup kita adalah rahasia? Pekerjaan kita adalah menebak-nebak? Hanya menebak. Hanya menggantungkan diri pada harapan. Jika aku mengharapkan seseorang sebagai jodohku bukankah itu lumrah? Karena aku memang belum tau siapa sesungguhnya yang direstui-Nya untuk mendampingiku.

Aku harap jodohku nanti memaklumi itu.

Apa kau pernah terluka, kecewa dan bahagia karena cinta seseorang yang belum pasti menjadi milikmu?

Aku pernah.

Aku pernah dibuat bahagia oleh seseorang di masa lampau. Hal sekecil apapun mampu membuatku tertawa. Seolah-olah kebahagiaan hidupku ini bergantung padanya. Aku merasa tidak ada sosok lain yang mesti kupilih selain dia di muka bumi ini. Dialah satu-satunya.

Aku pernah dibuat kecewa dan hatiku dibuat sakit karenanya. Aku pernah merasa kehilangan rasa bahagiaku secara utuh. Aku pernah mengurai air mata untuk orang yang salah. Aku pernah merelakan hatiku terluka agar dia bahagia. Aku pernah menjadi sangat bodoh karenanya.

Apa kau pernah menyadari kekeliruan dalam hidupmu lalu memperbaikinya?

Aku pernah.

Ya. Itulah yang sedang ku lakukan tiga tahun ini. Ketika aku telah tau jalanku salah. Ketika aku sadar bahwa aku harus berubah. Ketika aku memahami bahwa sebahagia apapun aku bersama seseorang yang belum pasti adalah suatu hal yang sama saja ada di dalam mimpi. Dan sesedih apapun aku di sakiti oleh seseorang yang belum pasti, adalah kebodohanku membuang-buang waktu di dunia ini.

Kau tau? Aku telah berubah. Mungkin ini juga berkat doa dari jodohku. Mungkin jodohku adalah orang yang sangat baik jadi Allah ingin menyandingkannya dengan yang baik, sehingga Allah memperbaiki jalan hidupku. Mungkin dia mendoakan kebahagiaanku. Mungkin dia sedang mendoakan segala yang terbaik bagiku.

Terima kasih jodohku.

_

"Ya Allah, sampaikan kepadanya bahwa aku mencintainya karena-Mu."

Jumat, 05 Juni 2015

Tuan Putri yang Pemalu

Pagi yang dingin membelenggu dan embun-embun seolah membeku. Sebeku rasa gundah itu.

Nyaring kokok ayam menarik selimut biru. Memaksanya membuka kelambu. Menghampiri dapur bergelut dengan bumbu-bumbu.

Tuan putri yang pemalu. Selalu bersembunyi di balik tungku. Enggan bersapa dan bertemu. Menjaga dirinya dari hal yang tidak ia mau.

Sepanjang hari dia menunggu. Tertegun dalam lamunan bisu. Menyatakan rindu dengan lugu. Kepada pangeran berbaju beludru.

Tuan putri yang pemalu. Engkau selalu begitu. Sampai kapan kau berada di balik bayangan rajamu. Bangunlah dan temui pangeranmu. Dia kebahagiaan hatimu.

Kamis, 04 Juni 2015

Selamat siang yang sedang ku rindukan,
Salam ini disertai senyum sumringah dari balik jendela lantai dua
Dari tempat duduk yang sejak kecil kuimpikan, kursi yang bisa berputar-putar

Siang ini sangat terik
Apa di sana juga?
Ah.. tentu saja. Bukankah kita memang bernaung di bawah langit ya sama.
Jadi katakan padaku bahwa aku tak perlu khawatir tentangmu
Kita ada di planet yang sama
Aku bukan alien yang sedang mengagumi manusia kan?

Tapi rasa rindu itu kadangkala lucu
Rindu itu bukan berarti aku teringat-ingat wajahmu
Ah .. tentu saja. Aku belum melihat wajahmu. Hanya sekilas waktu itu. Dan aku memiliki daya ingat yang kurang baik. Tapi segala yang kau tuturkan padaku, telah membentuk sosokmu dalam ingatanku, dan itu yang menjadikannya rindu lebih dari rindu.

Apa ini? Kemana arah bicaraku?
Ya sudahlah, orang yang sedang merindu itu mudah sekali kehilangan diri. Menjadi lupa siapa dirinya, dimana ia berada dan apa yang mau dikatakannya.
Sampai begitunya ya... Ha ha iya.

Rabu, 03 Juni 2015

Selamat malam kenangan
Terima kasih telah menjengukku malam ini
Terlibat dalam lamunanu yang sepi
Kau hadir menepis mimpi-mimpi
Seperti yang selalu kau lakukan, sejak dulu hingga kini

Hadirmu tak pernah meminta ijinku secara pasti
Kau ada dan aku terlambat menyadari
Kau menyibak setiap kabut penutup kisah kita
Yang sengaja kukubur demi hatiku di masa berikutnya

Kau mengusik pagiku, siangku, malamku dan setiap detik yang kumiliki
Kau menarik-narikku untuk kembali
Kau tak rela jika kubuang begitu saja tanpa rasa berdosa
Kau ingin aku mengabarkannya pada dunia
Kau ingin membuatku menjadikanmu tetap ada
Kau memang suka memaksa

Selamat malam kenangan,
Terima kasih telah datang menjengukku
Sekarang, biarkan aku tertidur lelap dan melupakanmu

.Selamat malam kenanganku.

Jalanmu samar-samar
Hadirmu samar-samar
Segala tentangmu samar-samar

Hatiku tertikam
Gelisah dan khawatir mencekam
Menyayat setiap rindu dan harapan

Namamu jauh
Kau buat hatiku jatuh
Jiwaku sedang berkeluh

Ku tunjukkan rasa yang menghimpit
Tapi kau tak sadar aku sakit
Karenamu yang tak peduli meski hanya sedikit

Mengagumimu dengan sembunyi
Mengharapkanmu hadir di sisi
Dan terluka karena cinta sendiri