Jumat, 30 Januari 2015

Seandainya Ada Kamu

Hari ini pun ku lalui hidupku begitu saja. Tanpa komanda yag pasti. Berjalan melalui jalan yang bahkan tak kukenali. Aku masih mencarinya, tujuanku. Aku terus melangkah, langkah yang tanpa arah.
Hujan, sudah berkali-kali ku rasakan dinginnya. Sudah kulalu bagaimana air mengguyur tubuhku secara bersamaan. Sudah kutau bagaimana rasanya menyembunyikan tangis di dalamnya.
Kemarau, sudah kurasakan bagaimana panasnya. Terik yang setengah membakar sisa tenagaku. Yang membuat dahagaku semakin terasa.
Siang, sudah kurasaan bagaimana hampanya. Berada diantara banyak orang namun merasa kesepian. Saling tegur sapa namun tak pernah benar-benar mengenal.
Malam, sudah kulalui bagaimana gelapnya. Beribu bintang yang bertabur disetiap sisinya tak juga membuat terang. Bulan yang memantulkan cahaya matahari pun serasa tak pernah cukup menerangi.
Hidup, hidup menjadi sedemikian sepi. Tanpamu apalah arti perjalanan ini. Siang tak seperti siang. Malam tak seperti malam. Yang harusnya indah menjadi tak indah. Seandainya ada kamu disisiku, air hujan akan menjadi taburan bunga flamboyan yang sedang gugur. Dan panas terik akan menjadi hawa sejuk berhias pelangi.

Seandainya ada kamu disini. Aku tak kan merasa sepi.
Seandainya aku sedang bersamamu, semua hal akan menjadi sebab bahagiaku.

Arian, aku rindu.

Kamis, 29 Januari 2015

Kamu Datang Saat Ku Harus Pergi

Aku telah jatuh padamu
Terperangkap dalam dekapan bayang-bayangmu
Terpasung dalam ikatan yang hanya kubuat sendiri
Hanya bisu yang masih tersuguh untukmu
Selama ini atau bahkan selamanya aku tak kan pernah berani jujur padamu
Aku masih tetap menikmatinya sendiri
Cinta yang kusimpan untukmu yang tak pernah kamu tau
Cinta yang mungkin tak akan terbalas olehmu
Atau bahkan cinta ini akan membuatmu semakin jauh dariku
Telah lama aku menunggumu datang
Dan saat kamu datang aku yang harus pergi
Kamu membuat berat pada setiap langkahku
Aku tak bisa meninggalkanmu
Aku telah menunggumu empat tahun ini
Dan kini kita hanya bertemu sepersekian detik
Tanpa perbincangan apa-apa
Tanpa sapaan tanda saling menemukan
Cukupkah pertemuan ini membuatku tenang?
Apa salah jika aku tak mau pergi karena hal ini?
Kenapa kamu datang saat aku harus pergi?
Kenapa kamu datang bukan pada saat waktuku masih panjang?
Kenapa kamu tak datang saat aku ingin kamu datang?
Kenapa kamu datang setelah aku tak disini... kamu datang saat aku harus pergi

Selasa, 20 Januari 2015

Ayuni Khusnul Khotimah

Ayuni ...
Nama yang sering kali ku sebut dalam hati. Perempuan kecil mungil yang kurindukan namun jarang sekali kutemui.
Dulu, aku sangat membenci kelahirannya. Dan itu adalah sebuah kesalahan yang amat besar. Allah tidak pernah menciptakan suatu hal pun dengan sia-sia. Apalagi menciptakan seorang manusia, yang pada hukumnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Dan saat aku membenci kelahirannya waktu itu sama saja aku membenci apa yang diciptakan oleh Allah. Sungguh jika pasir dipantai itu amat banyak maka dosaku pastilah lebih banyak.
Bayi mungil yang masih merah dan hanya bisa menangis itu pernah ku doakan agar dia berhenti menangis, selamanya. Aku tak tau lagi harus bagaimana meminta maaf padanya. Aku ini suka anak kecil. Keponakanku, anak-anak tetanggaku dan anak kecil yang kutemui dimana saja. Aku menyukai mereka. Jika anak kecil    terluka aku tidak akan pernah tega melihatnya. Tapi, bayi kecil Ayuni sangat kubenci. Saat ibunya mencuci dan Ayuni menangis, kubiarkan saja. Padahal aku sudah diberi amanah jika dia menangis aku harus melihat apakah dia buang air atau minta susu. Dan sudah disediakan susu didalam botol. Tapi aku diam saja melihat dia menangis seperti itu. Aku memanggil ibunya agar mau mengurus Ayuni sendirian. Padahal seorang ibu yang memiliki bayi pastilah pekerjaannya berkali-kali lipat dan lelahnya pun berkali-kali lipat. Aku, amatlah berdosa.
Saat Ayuni menjelang usia tujuh bulan, saat itu aku sedang libur sekolah, aku berlibur ke rumahnya. Aku selalu dipaksa tidur di tempat tidur yang sama dengannya. Dan waktu itu bada Asar aku rebahan di tempat tidur sambil membaca. Aku hanya bersama Ayuni. Ibunya sedang memasak untuk makan malam. Mata Ayuni terus saja memandangku, ketika aku balik memandangnya dia dengan sigap mengalihkan pandangannya ke boneka yang didekapnya. Hal itu terjadi berulang kali. Aku terdiam. Aku merasa bahwa Ayuni, anak sekecil itu sudah bisa merasakan bahwa gadis gila yang sedang tiduran disampingnya itu tidak menyukai kedatangannya di dunia ini. Dan tiba-tiba saja aku ingin menangis. Perasaan bersalahku sudah mengepul tak terhingga mengingat tatapan anak sekecil itu. Mungkin dia belum bisa berfikir tapi perasaannya pasti sangatlah dalam. Tatapannya seolah-olah mengatakan bahwa dia ingin kuperhatikan. Bahwa dia menginginkan kasih sayang dariku. Aku mencium pipinya sebagai penebus rasa bersalahku. Dia diam saja. Mungkin dalam arti orang dewasa dia sedang terkejut. Aku juga terkejut menyadari apa yang kulakukan barusan. Karena selama dia terlahir di dunia ini aku belum pernah menciumnya. Aku meneruskan membaca dan tiba-tiba, tangan mungil berjari-jari halus itu merambati pipiku. Dia mulai tersenyum kepadaku. Baru kali itu dia berani tersenyum sambil menatapku. Oohh anak sekecil itu. Salah apa dia sampai aku begitu membencinya. Tangannya yang hangat terus menempel di pipiku dan aku tak berani menatapnya. Aku terdiam mengenang semuanya. Mengenang saat ayah memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya dengan ibu. Mengenang saat ayah menikahi seorang perempuan yang sangat kubenci padahal meskipun dia menyandang sebutan ibu tiri dia tidaklah sejahat seperti ibu tiri dalam dongeng. Mengenang saat wanita itu hamil dan ayah begitu lembut memperhatikannya. Mengenang saat wanita itu melahirkan bayi perempuan mungil yang sempat kubenci dan sekarang sangat ku sayangi. Ayuni Khusnul Khotimah... sekarang tidak akan pernah ada yang bisa memungkiri. Engkaulah adikku tersayang. Adikku yang tidak akan pernah kekurangan cinta kasih dari kakaknya lagi. Pasti sangat berat bagimu jika orang-orang memanggilmu dengan sebutan anak dari perebut suami orang. Padahal engkau terlahir ke dunia ini dengan suci dan tak tau apa-apa. Aku adalah orang yang akan membelamu. Mereka tidak akan pernah lagi membuatmu bersedih, Ayuni. Ini janji kakakmu yang tidak akan pernah ingin melihatmu berkeluh kesah dalam hal apapun.

Ayuni kakak menyayangimu
Salam rindu kakak untukmu

Senin, 19 Januari 2015

Iswaaaann oooo Iswaaaaann

Malam ini edisi mempertahankan harga diri. Jadi begini, aku memiliki teman yang bernama Iswan. Dia temanku sewaktu masih SMP. Kami tidak pernah sekelas. Kami juga kurang akrab sebenarnya. Hahaha
Entah bagaimana rasanya punya teman yang cungkring, gokil, lentur dan tak berdaya itu. Aahhh aku memang suka keceplosan. Dulu Mifta sekarang Iswan. Semoga mereka semua orang-orang yang tabah dan mau menyadari bahwa temannya ini memang punya hobi buruk. Tunggu-tunggu, ini bukan hobi buruk. Sebut saja kurang kerjaan yang indah. Iya, tepat sekali. Dan untuk adikku dan teman-temannya, dilarang menirukan adegan ini ya. Mencela teman itu tidak baik ya. Kecuali untuk kebahagiaan bersama. Ingat ya ini hanya BERCANDA!!! BERCANDA!!!

Jadi si Iswan ini menghinaku karena aku mau tidur jam 08.00 malam. Aku juga masih berfikir dimana salahnya. Huuuhhh. Aku berdalih saja bahwa aku sedang pusing. Tapi berhubung dia adalah teman yang punya penyakit usil kambuhan akhirnya dia mengejekku. Katanya daripada tidur lebih baik menulis hal-hal yang lucu. Dan karena aku tidak mau derajatku turun, aku penuhi saja. Ingat ya Iswan ini agar derajatku tidak turun. Catet. Bukan untuk memenuhi keinginanmu. Paham ya.

Oke, karena aku bukan pelawak jadi kalau ini tidak lucu ya ga masalah dong. Iswan.... iswan.... dipikirnya aku ini gak punya bahan apa. Karena dia sudah membuatku terpaksa menulis ini jadi ya dia sendiri saja yang kujadikan bahan. Rasakan kau Iswan.
Sekedar informasi, aku ini sangat senang kalau sudah "menganiaya" teman-temanku. Dan salahnya sendiri Iswan mau jadi temanku. Sekarang kena sendiri kan akibatnya. Iissshhh iissshhh issshhh aku ini memang kejam. Eh lupa, aku kan mau cerita tentang Iswan. Tapi ....... apa yang mau ku ceritakan. Aku ini mudah lupa. Aku hanya ingat bahwa dia itu kecil, krempeng, rambutnya ikal-ikal gimana gitu. Kalian tau kan kalau sebatang kayu dihaluskan dengan sebuah alat, kalau tidak salah nama alatnya "pasrah" dan hasil dari kayu yang dirapikan itu namanya "kawul". Ya begitulah bentuk rambutnya. Dia itu peringainya tak berdaya, aura-aura bangsa lelembut gitu. Gimana ga lembut, orang pas lagi upacara dia pasti ga kelihatan. Dia memang sering sekali ketutupan teman-temannya. Tapi sekarang pasti dia sudah lebih tinggi. Aku maklum sajalah waktu itu kan dia belum masuk masa pertumbuhan. Terus dia itu lumayan banyak prestasinya. Apa saja ya???? Eh iya aku ingat. Ehmmm makan pilus sambil jalan. Bisa menggunakan tipu muslihat misal pas main sepak bola dia pura-pura jadi kerikil biar gak kena tendang teman-temannya. Terus prestasinya lagi apa ya, oiya ngupil diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun. Pokoknya hanya dia sendiri dan Tuhan yang tau deh... Dan dia itu selalu terlihat seperti orang-orangan sawah. Saking cungkringnya baju ukuran paling kecil pun jadi terlihat besar sekali kalau dia yang memakainya. Aku sendiri heran kenapa bisa begitu. Mungkin dia itu seorang pengusaha. Pengusaha peternakan cacing dalam perutnya. Aku pasti tidak salah lagi. Dugaanku kan jarang sekali meleset....

Aduh Iswan apa lagi yang mau ku ceritakan. Kenapa dulu kita tidak pernah dekat. Seharusnya kan aku bisa mengejekmu lebih jauh lagi.

Kalau begitu sudah itu saja lah. Lagi pula dia kan mudah ge er. Jjehhh menyebalkan sekali kalau sampai melihat dia ke-ge-er-an.
Setelah ini dia pasti langsung berterima kasih padaku. Nanti aku akan bilang kalau tidak perlu seperti itu. Sebagai teman yang baik kan harus saling membanggakan temannya. Dan dia pasti langsung tersanjung. Ya ampun... aku ini memang sahabat yang baik. Benar-benar baik.

Sudah dulu ya teman-teman, bantal guling sudah menantiku.
Jangan lupa tersenyum :)

Minggu, 18 Januari 2015

Pagi Buta

Kurasa masih malam, masih gelap dan masih dingin
Tapi apa namanya kalau bukan pagi
Semua orang telah siap rapi untuk berjamaah dua rakaat
Pedagan sayur keliling sudah mulai menyebar ke titik kuasanya
Orang-orang lanjut usia yang berupaya menjaga kesehatannya
Berlari kecil sambil mengontang antingkan kedua lengannya
Kalau bukan untuk subuhku aku tidak akan mau bangun jam segini
Aku seperti kucing yang tertidur pulas dan takut akan air
Tak menghiraukan ayam jago yang hampir kehabisan suara memanggil-manggil

Kurasa masih malam
Selama matahari belum memaksa masuk melalui jendela dan menyilaukan mata
Selama itulah aku ingin tetap sembunyi di balik kain tebal ini
Entah ada berapa setan malas yang membuaiku
Yang tak memperbolehkanku bangun pagi-pagi

Kurasa belum pagi
Selama udara belum berganti
Selama dingin masih mengajakku bersembunyi
Selama hangat mentari belum membawaku lari
Selama aku masih dalam mimpi

Kurasa ini masih malam
Kurasa ini belum pagi
Kalau sudah pagi aku pasti akan bangun dan beranjak pergi
Menghamburkan diri ke tepi-tepi

Ya Tuhan... ini bukan malam
Ini memang sudah pagi
Pagi yang terus menerus menyiramkan hawa dingin
Pagi yang menyembunyikan sinar matahari
Pagi yang telah membohongiku
Pagi yang menginginkan aku tetap bermimpi
Pagi yang membuatku buta dan tuli
Pagi yang membuatku ditinggal lari
Pagi yang membuatku tertinggal sendiri

Sabtu, 17 Januari 2015

Ayat-Ayat Motivasi

Hembusan nafas yang panjang....

Budhe Lastri menatapku seakan sudah tau apa yang sedang ku rasakan.
"Mencari kerja itu memang susah. Tapi kalau tidak dicari ya kapan ketemunya."

Aku diam dan perlahan-lahan mencerna kata-kata budhe. Dan itu memang benar. Kalau dicari saja sulit apalagi tidak dicari. Tidak akan pernah bertemu.

"Ingat ya dek, Al-Baqarah : 45."
"Iya budhe." Jawabku sambil tersenyum. Padahal aku belum tau apa yang dimaksud budhe. Mungkin budhe mengira aku hafal beberapa ayat. Mungkin itu ayat yang sering digunakan orang untuk berdalil. Karena aku memiliki bakat kepo yang sengaja kupendam akhirnya untuk mencari tau ku buka saja aplikasi Al-Quran di hp-ku.

QS Al Baqarah : 45
" Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."

Iya benar, kata ini sering sekali kudengar, kubaca dan kulihat. Tidak ada kekuatan yang lebih kuat daripada sabar dan ikhlas. Dan shalat, adalah bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Dan setiap kali selesai mengerjakannya aku selalu merasa tenang. Hilang semua urusan dunia yang sedang kupikirkan.

Akhirnya karena telah masuk waktu Isya aku segera bergegas melaksanakannya. Setelah usai aku tidak langsung keluar kamar. Setiap hari kamis malam jumat di rumah budhe selalu ada pengajian rutin. Aku tidak keluar karena jamaahnya adalah laki-laki. Aku mendengar ayat-ayat suci yang dilantunkan dengan indah oleh suara yang entah milik siapa. Hatiku sejuk sekali. Aku tak mau kalah. Dan kubuka Al-Quranku, telah sampai pada surat ke tujuh, surat Al-A'raf. Setelah sampai pada ayat 35 aku berhenti. Kubuka lagi aplikasi di hp-ku untuk mempelajari maknanya. Aku takjub pada ayat ke sepuluh.

QS Al-A'raf : 10
"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur."

Membacanya membuat mulutku tak henti-hentinya mengucapkan istighfar. Aku menyadari apa yang sudah kuperbuat hari ini. Allah sudah melimpahiku dengan banyak hal dan aku bukannya bersyukur justru mengeluh. Aku menyesal telah hampir menyerah. Aku ini hamba macam apa yang menuntut ini itu sedangkan aku telah diijinkan menggenggam banyak hal termasuk apa yang tidak pernah aku minta.
Aku tidak bisa tidur. Selain karena menahan kencing dan tak berani keluar karena banyak jamaah lelaki, aku juga masih kepikiran tentang keluhanku hari itu. Aku merasa malu kepada Allah. Dan barangkali itu adalah cara Allah mengingatkanku dan menjadikanku lebih kuat. Terima kasih Allah...

Dan yang menakjubkan lagi, cara Allah mengingatkanku tak berhenti di situ. Keesokan harinya, seperti hari jumat biasanya. Aku membaca surat Al-Kahfi. Karena selain membaca sholawat, membaca surat Al-Kahfi juga termasuk amalan yang dianjurkan pada hari jumat. Dan biar kuceritakan pada kalian apa yang kutemukan disana. Salah satu cara Allah untuk membimbingku adalah dengan menuntunku pada sebuah ayat yang bisa kupanjatkan tatkala aku sedang resah.

QS Al-Kahfi : 10
"(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).""

Dan aku selalu mengingat ayat itu sampai sekarang. Yang selalu kupanjatkan setiap aku dalam kegelisahan. Terima kasih Ya Allah, Engkau Yang Maha Baik selalu memberi kami yang terbaik. Semoga aku tidak suka mengeluh lagi. Semoga kalian juga. Semoga aku senantiasa bersyukur. Sekali lagi, semoga kalian juga. Semoga aku tidak pernah meragukan lagi tentang rahmat Allah, karena itu menjijikkan sekali. Semoga Allah selalu memberi jalan. Aamiin.

Demikian teman-teman. Ini curhatanku yang semoga bisa membawa pelajaran dan manfaat bagi kalian. Jangan lupa bersyukur. Jangan lupa tersenyum :)

Rabu, 14 Januari 2015

Pedagang Sayur Segar

Dari parit di kaki bukit hingga jalan hitam yang benda bermesin besar-besar lalu lalang di atasnya
Dari suara burung dipagi hari dan jangkrik di sore hari sampai suara-suara bising industri
Dari angin yang segar membelai bulu wajah hingga debu dan asap yang membedaki
Dari gotong royong sampai pada kehidupan dimana kita bekerja sendiri-sendiri

Disinilah aku ...
Kehidupan yang jauh berbeda dari sebelumnya
Dunia baru yang sedikit demi sedikit baru kutahu jelasnya
Dunia yang tidak pernah ingin kupilih tapi selalu kucari
Seandainya menyambung hidup semudah memilih sayur di pasar
Oohh aku lupa...
Di duniaku saat ini memilih sayur dip pasar pun terlampaui sulit jadinya
Sayur segar tak berarti segar, sayur busuk memanglah busuk
Dan sayur yang jelas busuk bisa jadi lebih baik dibanding sayur yang pura-pura segar
Apa yang aku katakan barusan .... membahas sayur bisa kucampur adukan dengan perasaan pribadi
Mungkin memang begini, orang yang hidup diantara manusia sejuta peran
Tak tau kapan bersandiwara tak tau kapan jadi adanya
Haruskah untuk melihatnya harus menyerupai mereka terlebih dahulu?
Menjadi berjuta-juta peran

Tidak.

Aku adalah aku yang sama
Dimana pun aku menginjakkan kaki aku akan menjadi aku yang sebenarnya
Mungkin aku bisa menjadi pedagang dan menjual sayuran yang benar-benar segar
Biarkan yang lain berdusta dengan hidupnya dan aku berjalan dengan kelurusanku
Itu hidupnya, ini hidupku... Ooohhh hidup memanglah tidak sama ... berbeda.

Senin, 12 Januari 2015

Sahabat adalah orang yang mengajakmu tertawa bahkan saat kamu tidak ingin tertawa
Yang selalu mengerti kesedihanmu meski kamu tak mengatakannya
Yang turut merasakan sakit jika kamu sakit
Yang turut berbahagia jika kamu bahagia
Yang dengan sukarela membuka telinganya kapanpun kamu butuh pendengar
Yang dengan senang hati menawarkan pelukan saat kamu dalam kesedihan
Yang siap sedia menampung segala yang ingin kamu bagi
Yang cuma-cuma memberikan nasehat-nasehat agar kamu semakin baik lagi
Yang selalu ingin melihatmu bahagia tanpa mengharapkan apa-apa
Yang melimpahimu belas kasih layaknya keluarga
Yang menyayangimu tanpa pamrih
Yang merasa bahwa kamu adalah bagian dari hidupnya
Yang harus kamu syukuri sebagai salah satu karunia Tuhan yang indah yang kamu dapat di dunia ini

Dan aku bersyukur memiliki kalian semua .... #sahabatkuyangtakbisakusebutsatupersatu

Jumat, 09 Januari 2015

Hidup itu waktu yang kamu tempuh untuk berjalan sampai pada batas waktu yang kamu sendiri tak tau kapan itu.
Semua memiliki masanya masing-masing. Kamu mengalami beberapa fase sebelum kamu benar-benar bisa berjalan bahkan berlari. Seperti ulat yang pada akhirnya menjadi kupu-kupu.
Kadang kamu lelah. Kadang kamu sangat kuat. Kadang kamu senang. Kadang kamu sedih. Kadang kamu jatuh. Kadang kamu bangun. Kadang kamu duduk. Kadang kamu terus berjalan.
Kamu menemui banyak hal selama perjalananmu. Semua yang memberimu pelajaran dan banyak hal yang kamu butuhkan. Entah itu membuatmu senang atau tidak. Tapi apapun pelajarannya semua membawamu pada kamu yang pandai berjalan. Kamu akan tau bagaimana rasanya berkali-kali jatuh dan bangun dengan sendirinya. Kamu akan terbiasa dan kamu akan pandai membedakan jalan.

Senin, 05 Januari 2015

Aku masih tetap berjalan - sendiri
Berjalan ditengah terik yang hanya ada aku dan bayanganku sendiri
Berjalan disela-sela hujan yang hanya ada aku dan lukisan diriku yang kabur dalam genangan
Berjalan dalam gelap dan terang, dalam hangat dan dingin yang mencekam
Mencari jejakmu yang sudah dihapus hujan
Mencari jejakmu yang telah hilang
Setidaknya, aku tak hanya duduk diam dan menunggu
Aku bangkit dan mencarimu tanpa pernah tau tujuanmu
Menyerahkan diri kepada nasib yang tak tentu
Entah salah arah atau bertemu
Entah akan bersama atau sia-sia
Aku sudah melakukannya, mencarimu yang entah kemana
Jadi.... adakah balasan yang setimpal untukku?
Kamu datang dan bersamaku lagi misalnya..... atau hal lain untuk menghapus sedihku

Kamis, 01 Januari 2015

:): 2015 :(:

Selamat datang 2015
Hari ini adalah hari pertamamu yang alhamdulillah masih bisa ku jalani.
2014, seperti tahun-tahun sebelumnya yang memiliki duka bahagianya masing-masing. Aku akan merindukannya, tahun-tahun yang sudah memberiku pelajaran berharga setiap harinya.
Setelah aku merasa bahwa aku harus bisa menjadi dewasa (kurang lebih 4 tahun belakangan ini) tujuan hidupku hanyalah dua. Pertama untuk menjadi yang terbaik yang disayang Allah, tempat kembalinya semua umat. Kedua adalah untuk membahagiakan ibu. Dan tujuan itu tidak akan pernah ku ubah.
Untuk masalah pergantian tahun, aku tidak terbiasa merayakannya. Sejujurnya aku memang tidak suka. Setiap hari aku selalu mengharap yang terbaik untuk hari esokku. Aku tidak perlu menunggu malam pergantian tahun untuk mendoakan hari baikku. Aku juga tidak suka berada di tengah-tengah keramaian. Orang-orang yang berkumpul yang disebut sebagai bagian dari pesta rakyat. Serempak memandang ke atas. Ya, kembang api yang menyala-nyala seolah membakar langit. Namun itu yang ditunggu-tunggu. Ditambah lagi bising letusannya dipadu padankan dengan terompet dan teriakan orang-orang, membuatku semakin merasa bahwa berada di dalam rumah sambil menikmati pisang goreng dan teh hangat bersama keluarga adalah pilihan terbaik.
Entah dengan cara apa orang-orang memaknai pergantian tahun. Bagiku, setiap hari semoga lebih baik. Entah masih di tahun yang sama atau di tahun-tahun berikutnya. Dan bagiku, semakin bertambahnya tahun berati semakin berkurangnya kesempatan hidupku di dunia. Jadi, aku lebih memilih untuk merenung daripada tertawa luar biasa. Bahagiaku di malam tahun baru dan malam-malam sebelumnya masih sama yaitu tidur dipangkuan ibuku, menyaksikan tayangan di televisi dan menceritakan apa saja yang telah kami lewati hari ini dan hari sebelumnya.
Maaf jika cara pandangku berbeda. Tapi setiap orang berhak memilih kebahagiaannya masing-masing. Bahagiaku dan bahagiamu tak harus sama.

Selamat tahun baru - 2015. Semoga semua harimu dimaknai dengan baik bagi yang menjalaninya. Aamiin.