Rabu, 14 Januari 2015

Pedagang Sayur Segar

Dari parit di kaki bukit hingga jalan hitam yang benda bermesin besar-besar lalu lalang di atasnya
Dari suara burung dipagi hari dan jangkrik di sore hari sampai suara-suara bising industri
Dari angin yang segar membelai bulu wajah hingga debu dan asap yang membedaki
Dari gotong royong sampai pada kehidupan dimana kita bekerja sendiri-sendiri

Disinilah aku ...
Kehidupan yang jauh berbeda dari sebelumnya
Dunia baru yang sedikit demi sedikit baru kutahu jelasnya
Dunia yang tidak pernah ingin kupilih tapi selalu kucari
Seandainya menyambung hidup semudah memilih sayur di pasar
Oohh aku lupa...
Di duniaku saat ini memilih sayur dip pasar pun terlampaui sulit jadinya
Sayur segar tak berarti segar, sayur busuk memanglah busuk
Dan sayur yang jelas busuk bisa jadi lebih baik dibanding sayur yang pura-pura segar
Apa yang aku katakan barusan .... membahas sayur bisa kucampur adukan dengan perasaan pribadi
Mungkin memang begini, orang yang hidup diantara manusia sejuta peran
Tak tau kapan bersandiwara tak tau kapan jadi adanya
Haruskah untuk melihatnya harus menyerupai mereka terlebih dahulu?
Menjadi berjuta-juta peran

Tidak.

Aku adalah aku yang sama
Dimana pun aku menginjakkan kaki aku akan menjadi aku yang sebenarnya
Mungkin aku bisa menjadi pedagang dan menjual sayuran yang benar-benar segar
Biarkan yang lain berdusta dengan hidupnya dan aku berjalan dengan kelurusanku
Itu hidupnya, ini hidupku... Ooohhh hidup memanglah tidak sama ... berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar