Minggu, 31 Mei 2015

Ayah, kata orang alasan kenapa seorang anak perempuan sangat menyayangi ayahnya adalah karena seorang ayah adalah satu-satunya lelaki yang tak akan pernah menyakiti hatinya.

~Dan aku sangat menyayangi ayah. Satu-satunya lelaki yang kuyakin tak akan menyakitiku. Meskipun kenyataanya tak begitu.

Apa ayah tau bagaimana rasanya sakit menahan rindu? Jika yang kurindu adalah lelaki yang bukan siapa-siapku itu bukanlah masalah besar. Namun, lelaki yang kurindu selama ini adalah engkau, ayah.

Apa ayah tau bagaimana sulitnya harus membiasakan diri tanpa kehadiran ayah? Apakah seekor burung bisa terbang tinggi jika salah satu sayapnya patah? Apa ayah berfikir tentangku saat ayah memutuskan untuk tak kembali? Apa ayah sadar telah membuatku patah hati?

Aku masih selalu membuka pintu ayah, menunggumu pulang. Aku sangat setia ayah, setia padamu. Meski ayah telah mematahkan harapanku. Bolehkah aku mendengarmu bermain gitar dan menyayikan lagu Rhoma Irama? Masih bolehkah aku ditengok saat tengah malam karena ayah tak tega membiarkanku tidur sendirian? Masih bolehkah aku mendapatkan banyak kecupan di pipi kanan kiriku dari ayah? Masih bolehkah aku berharap menjadi putri kecil yang selalu kau banggakan?

Masih boleh kan ayah?

Orang-orang bilang ayah sangat bahagia ketika aku lahir ke dunia ini. Aku rasa semua orang tua begitu. Tapi kini, aku memendam tanya ayah. Apakah masih ada kebahagiaan karena aku dalam hati ayah, kebahagiaan yang sama seperti saat aku dilahirkan 21 tahun 10 bulan yang lalu?

Aku harap masih.

Sabtu, 30 Mei 2015

Tersenyumlah, ajaklah hatimu untuk berbahagia
Seperti yang kita tau, nikmat Allah bukanlah harta semata
Apa kau sehat hari ini? Apa kau masih bisa menyebut asma Allah hari ini? Apa kau masih bisa melihat orang yang kau sayangi?
Maka, hal apa yang membuatmu harus bersusah hati?

Jangan kecewa, jangan marah
Allah tau apa yang baik bagimu
Jika ketidakberuntungan hadir dalam hidupmu, itu salah satu cara Tuhan mencintaimu
Barangkali yang menurutmu adalah ketidakberuntungan itu adalah cara Tuhan menjauhkanmu dari hal buruk dan membawamu pada yang lebih baik
Nilai tambahnya lagi, adalah bagian dari rencana Tuhan untuk mendekatkanmu pada-Nya
Allah memang sweet bukan?

Jangan membenci, jangan berprasangka buruk
Wahai jiwa yang baik, berprasangka baiklah kamu
Semua yang terjadi padamu adalah ujian yang akan membawamu naik kelas
Mungkin cara mengujinya ada yang kau suka dan ada yang tak kau suka
Seperti waktu kita sekolah ada banyak mata pelajaran
Mungkin kau suka Bahasa Indonesia dan tak suka Matematika atau sebaliknya
Tapi bukankah kau harus mengerjakan semuanya agar kau naik kelas? Agar kau juara? Agar kau lulus?

Jadi, tersenyumlah. Bersabarlah. Ikhlaslah. Bujuklah hatimu untuk bersuka cita.

Selasa, 26 Mei 2015

Rindu ketika jemari tanganmu menuntunku dalam hilang arahku

Rindu ketika punggungmu yang mulai renta, terseok menggendongku dalam ketidak-berdayaanku

Rindu ketika tuturmu yang lembut membekaliku berkantong-kantong ilmu kehidupan

Rindu ketika nada kerasmu menginginkan aku membawa diri ke mushola An-Nur, kau bilang aku akan menemukan jalan menuju surga di sana

Rindu ketika engkau memanggulku seperti Reog Ponorogo yang pernah ku saksikan sewaktu kecil, dengan aku menari-nari bahagia, kau iringi dengan musik manual dari decakan mulutmu

Rindu ketika aku terjatuh, lututku terluka dan kau memintaku untuk tidak menangis. Kau menenangkanku dan membuatku yakin bahwa segalanya akan baik-baik saja karena ada kau di sampingku.

Rindu ketika kau mengajariku untuk menjadi mandiri. Namun kau tak tega membiarkanku tidur sendiri, kau menemaniku sampai pagi.

Rindu bercengkerama denganmu, mendengarkan permainan gitarmu, melihatmu hidup damai dengan pisang goreng buatan ibu. Surga kecil ayahku, aku rindu.

Senin, 25 Mei 2015

Ibu, dalam segala lelah ini, kau selalu hadir menawariku pelukan hangatmu
Kau hadir untuk mengubah setiap kesedihan menjadi senyuman
Kau sembunyikan setiap luka untuk membuatku tertawa bahagia

Kau ada, menemani segala kekhawatiranku
Kau ada, menyurutkan segala ketakutanku
Kau membuatku kuat di saat aku merasa paling lemah
Kau membuatku mampu bangkit ketika aku memilih untuk menyerah

Meski tak ada nasi goreng dan telur dadar buatanmu di setiap pagiku, namun doamu selalu ada, menyertaiku
Terima kasih untuk cintamu yang begitu besar
Terima kasih untuk kasih sayangmu yang tanpa syarat
Terima kasih selalu membuatku bahagia apapun upayamu

Terima kasih Tuhan, telah menjadikan dia ibuku :')

Sabtu, 23 Mei 2015

Kau sembunyikan bunga itu
Jauh dari pandangan mataku
Betapa aku ingin melihat indahnya
Betapa aku ingin mencium wanginya

"Tunggu"
Kau ingin aku bersabar
Kau bilang belum saatnya
Baiklah, mungkin bunganya masih kuncup
Kau ingin membaginya padaku saat sudah mekar

Sudah sekian lama ....

Kau berikan juga padaku
Bukan setangkai mawar cantik seperti yang ku fikirkan sebelumnya
Bunga yang masih melekat pada tangkainya
Sebatang pohon yang tumbuh dalam pot, dengan tanah yang subur dan kau sertakan pula sekantong pupuk, kau ingin aku merawatnya

Cintamu amatlah sempurna

“Selangkah anak perempuan keluar
dari rumah tanpa menutup aurat,
maka selangkah juga ayahnya itu
hampir ke neraka. Selangkah
seorang isteri keluar rumah tanpa
menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka”.

Memutar ulang ingatan dalam memori. Saat pertama kali aku memutuskan untuk patuh terhadap perintah Allah yaitu menutup aurat. Aku telah memutuskan untuk tidak melakukan setengah-setengah. Aku melakukannya dengan total. Ada beberapa selentingan kata yang kadang menusuk hati. Tapi yang bisa kulakukan adalah bersabar dan berprasangka baik. Niatku karena Allah. Aku tak perlu sedih karena aku telah hijrah pada sesuatu yang lebih baik. Para tetangga kos mungkin masih bingung sehingga secara bergantian mereka bertanya.

"Mau pengajian kemana mba jam segini?"

"Oh tidak buk, ini mau berangkat kerja."

"Oalah, hijaber ya sekarang? Tapi kayanya terlalu kedodoran. Tapi ya ga apa-apa sih." Sambil tersenyum.

Pertanyaan yang serupa muncul selama beberapa hari dari tetangga yang berbeda. Jadi aku berfikir bahwa aku yang harus menyesuaikan diri. Aku harus memperkenalkan ulang siapa aku ini di mata mereka. Mungkin, kalau dulu mereka mendiskripsikanku sebagai perempuan berambut sepinggang, dengan poni miring, dengan celana jeans dan hem rapi. Sekarang inilah saya, hamba Allah dengan pakaian "kedodorannya" seperti ibu-ibu pengajian. Yang hanya terlihat muka dan telapak tangannya. Dan Alhamdulillah, mereka semua sudah terbiasa dengan deskripsi baruku.

Dan hari ini aku merasa sedih. Seorang muslimah (yang juga berjilbab namun belum sempurna) menanyaiku.

"Mbak, sampean kalau berjilbab kok sampai ke bawah dada gitu ya, yang kemarin malah sampai bawah perut."

"Bukannya memang seperti itu ya harusnya?"

"Oh iya sih. Sampean dulu lulusan pondok ta mba?"

"Bukan sih mba. Kenapa ya?"

"Enggak apa-apa mba. Cuman kok pakai baju muslimnya sampai kaya gitu. Heehee"

SAMPAI KAYA GITU ~ aku sedikit kaget mendengar kata itu. Menutup aurat yang sesuai ketentuan itu wajib hukumnya bagi semua muslim. Aku atau siapa pun tidak perlu masuk pondok terlebih dahulu untuk dapat melaksanakan perintah Allah.
Aku sedikit bingung menghadapi embak tersebut. Lalu perlahan ku jelaskan dan Alhamdulillah beliau tidak tersinggung.

Baiklah, Allah SWT berfirman :“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nur : 31)

Juga firman Allah Swt:“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs. Al-Ahzab : 59) 

Sudah jelas benar perintah Allah tentang ketentuan menutup aurat. Jika seseorang telah mengenakan jilbab namun tetap nampak lekuk tubuhnya atau beberapa bagian tidak tertutup sempurna hendaknya segera merubahnya. Allah selalu memberikan yang terbaik di balik perintah dan larangan-Nya. Tidak ada yang merasa dikekang jika kita benar-benar bertakwa. Ingatlah, betapa Allah sangat perhatian. Dengan menutup aurat secara benar, kita dapat terlindungi dari pandangan-pandangan yang penuh nafsu hewani. Kita tidak dapat menjadi ladang syaiton untuk menggoda iman manusia. Allah hanya ingin melindungi kesucian kita. Meninggikan harga diri dan kehormatan kita. Memberikan peneduh dan menambah takwa kita. Juga dapat mencegah kita melakukan hal yang tidak terpuji. Menimbulkan rasa malu untuk bermaksiat. Membawa kita pada ketakwaan-ketakwaan lain.

Ada juga yang pernah bertanya kepadaku.
"Lalu bagaimana kalau jilbabnya itu cuma untuk menutupi kedok. Biar dikira anak alim terus diluar ga karuan kelakuannya."

"Lihat saja, seperti yang sampean katakan, niatnya untuk menutup kedok bukan karena Allah. Lagipula menutup aurat dan akhlak itu jauh berbeda. Menutup aurat itu perintah Allah. Dan akhlak itu terbentuk dari banyak faktor. Seperti kita saat sekolah. Waktu SD kita harus memakai seragam merah-putih. Waktu SMP harus memakai seragam biru-putih. Dan SMA abu-abu putih. Meskipun mereka semua memakai seragam yang sama. Tapi karakter mereka tetaplah beda. Ada yang rajin dan patuh. Ada yang suka membolos. Ada yang suka berkelahi. Jadi jangan dikait-kaitkan dua hal itu. Muslimah yang berjilbab belum tentu berakhlak baik. Namun muslimah yang berakhlak baik sudah tentu akan menutup auratnya."

"Tapi aku ga suka kalo liat cewek berjilbab tapi cuma pakai leging, kaos ketat terus kerudung yang diikat cuma sampai leher."

Kalau untuk itu aku belum bisa menjawabnya waktu itu. Karena aku sendiri bingung, takutnya kalau diingatkan terus dia tersinggung malah membuat tali silaturahmi merenggang. Jadi menunggu waktu sambil pelan-pelan mengingatkannya.

Pakaian muslimah tidak boleh berlebihan atau mengikuti trend mode tertentu karena memang jilbab bukan perhiasan. Kainnya harus tebal, tidak tipis. Pakaian transparan atau membayang (tipis) akan memancing fitnah (godaan) dari pihak laki-laki.Rasulullah Saw bersabda :“ Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid ( baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyaratkan wajah dan tapak tangan.”(HR abu Daud).

Jadi  pakaian yang tipis dan serba ketat, hal ini jelas tidak diperbolehkan. Ancaman bagi mereka sebagaimana sabda  Rasullullah saw:“Ada dua golongan dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2) wanita yang berpakain tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebasar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR. Muslim). 

Mudah-mudahan penjelasan ini cukup sebagai tambahan ilmu. Semoga bermanfaat teman-teman.

Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaa ilaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
(Maha Suci Engkau ya Allah dan
segala puji bagiMu, aku bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat
kepadaMu)”

Rabu, 20 Mei 2015

Saat kurasakan, ada sesuatu di dalam sini ~ dalam hatiku
Tak tau sejak kapan
Aku tak pernah mendengar kata 'permisi' sedikit pun
Aku merasa nadiku kelelahan karena akhir-akhir ini berdenyut dengan kencang, akhir-akhir ini kita saling bercakap
Aku merasa otakku telah bekerja keras memutar namamu berulang-ulang
Aku merasa lelah, seharian penuh bermimpi untuk menggenggam tanganmu, duduk di sampingmu kemudian menceritakan segala tentang hidupku kepadamu
Aku merasa tak dapat bicara ketika harus menjawab pertanyaanmu, aku salah tingkah, aku grogi, aku malu.

Sudah. Apa lagi yang akan ku ungkap. Aku tak punya banyak kata. Ini terlalu aneh. Terlalu tak wajar.  Aku hanya bisa diam. Diam.

Azhar untuk seorang Putri.

Minggu, 17 Mei 2015

Kepada kamu, yang selalu meyakinkanku dengan cintamu yang karena Allah...

Terima kasih telah turut mengiringi perjalanku
Telah hadir untuk membuatku lebih kuat dari sebelumnya
Telah sabar menghadapi setiap keraguan yang kusuguhkan
Terima kasih, telah menjadi seseorang yang membuktikan kebenaran cintanya, bagaimanapun itu caranya

Maaf, aku belum sempat mengerjakan PR-ku
Menulis AKU-KAU-KUA dengan Aamiin di akhirnya sebanyak yang aku bisa
Aku masih terlalu sibuk dengan prasangka-prasangka yang salah
Jadi aku harap, kau ikhlas memberikannya; setiap kali aku meminta maafmu

Tidak peduli bagaimana kamu hadir dalam hidup ini
Tidak peduli seberapa lama waktu memberikan jarak kepada kita
Tidak peduli sampai kapan kita bisa saling mengenal lebih dalam
Tidak peduli kapan kita akan disatukan
Aku hanya peduli satu hal, bahwa kau mencintaiku dengan cara yang benar

Dan aku lega karenanya

Aku akan mempersiapkan diriku untuk berjalan di sampingmu
Mengaji ilmu-ilmu Allah dan menyimak dengan sungguh kutbah bada subuh darimu
Menyeduh teh hangat di pagi hari, membuatkan sarapan untukmu
Menunggumu di sore hari, memberimu senyum terindah yang akan menghapus segala lelah
Mendengarkan setiap cerita tentang hari-harimu yang kau lalui dengan tuntas
Meninggalkan dunia yang kujalani ini jika engkau lebih ridho aku berdiam di rumah, seperti bidadari surga yang dipingit
Meninggalkan segala anganku sebelumnya
Kini, hanya satu mimpi yang kumiliki : menjadi wanita sholeha, seorang anak sekaligus seorang istri dan ibu yang baik

Apa keputusanku sudah benar?
Semoga sudah

Sabtu, 16 Mei 2015

Kepada seseorang, yang malam ini meminta sedikit penjelasan kepadaku... Aku minta maaf.

Mungkin ada kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tak kumaksudkan seperti itu
Mungkin ada raguku yang akhirnya mengganggu pikiranmu

Maaf, aku selalu tak berani mengutarakan langsung padamu
Maaf, jika mungkin rasa khawatirku membuat tidak enak pada hatimu
Maaf, untuk semua perkataanku yang tak mungkin bisa kutarik ulang

Maaf, jika aku sangat menjaga hatiku dari rasa sakit, hingga aku mudah ragu akan sesuatu
Maaf, jika aku masih sering mengkhawatirkan hari esokku, tentang segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi padaku. Tentang ketakutanku bahwa aku akan ditinggal di tengah jalan, atau aku diduakan, atau aku disakiti; hati maupun badan.

Maaf, jika iman dan pengetahuan agamaku masih sangat dangkal. Aku akan terus belajar. Hingga segala khawatirku hilang. Hingga aku mampu mempercayai diriku sendiri, untuk melabuhkan hati ini padamu~ seseorang yang selalu berusaha meyakinkanku.

Dan....... aku baik-baik saja meski aku tidak mendapatkan ucapan selamat pagi atau semoga mimpi indah. Atau pertanyaan sedang apa, sedang ada dimana, sudah makan atau belum dan sebagainya. Karena aku tau, perhatian tak harus melulu seperti itu. Kau sebut namaku saja dalam doamu itu sudah lebih dari cukup. Perhatian yang tak terhingga. Karena perhatian itu kau ungkapkan langsung pada Pemilik kita, Yang Maha Besar itu. Bukankah itu istimewa dan indah? Percayalah, aku bukan wanita yang haus akan ucapan-ucapan bualan semacam itu. Kau tau bukan, aku ini (sedang bermimpi menjadi) seorang penulis. Jadi kalau urusan buaian, aku tak tertarik. Dan kau juga pasti tau, ini bukan masalah percintaan remaja labil. Ini tentang cinta yang karena Allah. Semoga dengan berserah diriku pada-Nya, aku akan segera mampu membunuh prasangka buruk ini. Aku mampu, aku yakin aku pasti mampu. Allah akan membimbingku. Jadi, aku harap kau akan memahami dan memaafkanku. Harusnya aku menjadi salah satu alasanmu untuk tersenyum. Bukan membebanimu dengan keragu-raguanku. Terima kasih untuk segala upayamu. Kau; tuan yang murah hati, semoga selalu diridhoi.

Kepada kamu (sekali lagi) aku minta maaf.

Selamat pagi perjalananku,
Kau tau kan seberapa panjang aku menapaki jalanmu
Seberapa lelah aku menurun-tanjaki bukit dan lembahmu
Seberapa aku merasa gila dengan pagi menyapa embun dan sore menyapa ayam-ayam yang berbondong masuk kandang

Dengan sepi dan jenuhku ini aku masih belum memahami apa yang hatiku ingini
Aku masih merasa kosong
Aku masih merasa ada yang hilang
Aku merasa entah

Aku masih tak bisa melabuhkan hatiku pada siapa saja
Aku masih memahami seseorang dengan tanda tanya
Seharusnya aku percaya dengan isyarat-isyarat yang telah kubaca
Namun, apalah daya
Hati tetaplah hati, yang tak akan semudah itu berkompromi

Aku, tak tau apa-apa
Aku, bukan siapa-siapa
Aku, hanya menerbang-tinggikan kebaikan demi kebaikan
Aku harap aku akan memetik buah manis yang aku dambakan

Aku masih dalam keraguan
Raguku atas rasa ini yang tak tau berujung pada titik mana
Berlabuh dalam masa seperti apa
Bersanding dengan sosok yang bagaimana
Memiliki kebahagiaan yang sebahagia apa

Aku berserah, aku pasrah, aku menengadah ...
"Ya Allah labuhkanlah hatiku pada lelaki terpilih-Mu, yang mencintaiMu, dan yang mencintaiku karena-Mu.

Rabu, 13 Mei 2015

Kita Jauh-Dekat

Kenapa dulu kita jauh?
Kenapa sekarang kita baru dekat?
Apa kau baru berani mendekat?
Padahal dulu aku tak pernah jauh

Kenapa kau baru mendekat saat kita harus menjauh
Kenapa kita baru dekat saat aku tak bisa lagi untuk dekat
Kenapa kita tak dekat saat aku bisa dekat
Kenapa kamu begitu dekat saat aku harus pergi jauh-jauh
Kenapa kita tak bisa sama, saat aku dekat ~ kau jauh, saat aku jauh~ kau dekat

Aku telah pasrah
Aku harap kita bisa sama-sama dekat
Aku ingin kita saling berikat
Aku dekat, kau dekat, kita berdekap ~ erat.

Senin, 11 Mei 2015

Adakah yang berubah darimu?

Banyak.

Hembusan nafasmu tak lagi hangat bagiku. Terasa dingin, sangat dingin, hampir membeku.

Senyuman yang selalu kurindu kini hanya datar, sesuai nada yang keluar dari bibirmu. Tanpa irama. Hanya suara. Suara yang begitu saja. Tak ada gelombang; datar. Suaramu datar, wajahmu datar. Hatiku bergemetar. Takut kau akan ingkar.

Langkahmu yang biasa menunjukkan jalan untukku, kini tertancap pada tanah yang sama. Diam, mematung, membatu. Tak tersentuh. Tak bergerak, sekalipun diterpa angin. Tak bergeser, sekalipun tanah berguncang menghamburkan kerikil.

Aku canggung. Aku asing. Aku tak lagi mengenalmu. Aku tak lagi tau, siapa kamu... Siapa kamu? Kamu... Kamu ...

Minggu, 10 Mei 2015

Tujuh puluh sembilan persen, daya di hp ku saat ini
Pukul 10:06 saat aku menyaksikan kisah Upin & Ipin di televisi
Oh... entah apa yang sedang ku bicarakan
Rupanya aku telah sedikit kehilangan akal
Waktuku terlalu luang, dan aku hampir kurang kerjaan di hari libur seperti ini
Dan satu-satunya hal yang selalu ku lakukan, setelah aku mencuci baju, membersihkan kamar dan memasak, setelah aku berhenti dari segala kesibukan adalah : memikirkanmu.

Tapi untungnya ada Upin & Ipin yang menyita perhatianku
Hari ini judulnya 'Boria Suka Suka'
Ada Upin & Ipin dan kawan-kawan bernyanyi dan berjoged kompak, lucu dan menggemaskan
Aku sangat berterima kasih kepada orang yang dengan kreatif menciptakan itu semua
Orang kreatif yang mampu menghibur orang dewasa kurang kerjaan dengan naluri anak kecil yang kadang meninggi ini

Sekarang dua puluh lima persen, kekuatan mataku sudah kehilangan banyak daya
Sekarang pukul 10:17
Kesunyian dan hawa gersang di luar membuat mataku ingin mengatup
Melupakan segala lelah
Melupakan segala sepi
Semoga aku telah punya sesuatu untuk ku kerjakan setelah bangun nanti ~ selain hanya: memikirkanmu.

Sabtu, 09 Mei 2015

"Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini?" Upayaku membela diri.

"Tidak sempurna itu jika ada kekurangan yang tidak kita inginkan dan kita tidak mampu menolaknya. Kalau ini namanya ceroboh. Kesalahan yang hampir sama, dilakukan berulang-ulang."

"Maaf." Kataku merasa bersalah.

"Apa maaf bisa merubah keadaan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Ya aku harus bagaimana? Tanaman cabainya sudah mati. Memangnya aku ini Tuhan yang bisa menghidupkan kembali."

"Sekarang tau kan jika kata 'maaf' tidak bisa merubah keadaan."

"Iya. Tapi bukankah kata 'maaf' adalah niatan besar dalam bentuk kecil sebagai penebus kesalahan? Bukankah meminta maaf lebih baik daripada membiarkan sebuah kesalahan lalu menganggap semua baik-baik saja? Bukankah kata maaf seribu kali lebih indah daripada mengabaikan kesalahan yang sudah terlanjur dibuat? Dan mungkin kata 'maaf' mampu mencairkan hati orang yang sedang marah, hatimu saat ini." Nadaku melirih.

"Maaf."

"Kenapa?"

"Maaf telah mengabaikan kata sederhana yang bermakna luar biasa itu. Maaf."

"......." Dan kamu tertegun.Dan aku tersenyum.

Jumat, 08 Mei 2015

"Kenapa harus flamboyan?" Tanyamu

"Karena flamboyan itu indah. Tak hanya itu, dia juga tegar. Ketika bunga dan daunnya gugur, dia tetap kokoh berdiri menunggu persemiannya. Dan ketika sudah bersemi, warna daun hijau pupus berpadu dengan bunga-bunga orange itu, membuatku bahagia. Lebih indah dari hal lain apapun."

"Jadi, apa aku harus membawa bunga flamboyan ketika melamarmu nanti?"

"Iya."

"Dasar merepotkan!"

"Bawa saja yang kecil, nanti kita tanam di halaman rumah kita."

"Rumah kita?"

"Kau ragu?"

"Aku jelas ragu. karena kata-kata ini keluar dari mulut kita, anak kelas 2 SMP!"

Ya, saat itu memang kita masih kelas 2 SMP. Namun, aku berani memastikan bahwa apa yang kuucapkan kala itu akan tetap kuucapkan di kemudian hari, saat orang-orang percaya bahwa aku telah sanggup hidup dengan cara mereka. Tapi entah bagaimana denganmu. Saat kau ragu waktu itu, mungkin kau sedang ragu dengan dirimu sendiri. Tapi ya sudah, mungkin memang semua terlalu dini. Aku saja belum becus menata rambutku sendiri. Jadi, biarkanlah percakapan itu menjadi selingan penghibur diri, sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi.

"Sudah?" Tanyamu

"Apanya?"

"Ngelanturnya."

"Sudah."

Selesailah percakapan jeda waktu istirahat itu. Waktu yang tak lama, namun tak pernah gagal membuatku bahagia. Semua hal memiliki makna. Bahkan, satu patah kata pun mampu membuatku berbunga-bunga, asal kata itu keluar dari mulutmu. Iya, darimu saja.

Lagi ...
Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang tak terkendali
Dengan luka yang sama
Dengan perih yang tak ada beda dari sebelumnya

Mencintaimu dengan sembunyi
Mengharapkanmu yang tak akan sudi untuk kudampingi
Mengejarmu yang terus berlari
Mencintai seorang diri, terluka sendiri

Rasa ini susah untuk musnah
Aku setia menantimu peduli tanpa jengah
Setia menunggumu berkata mau dengan gagah
Aku menantimu dengan keluh kesah, pasrah

Andai cerita hidup dapat diciptakan sendiri
Andai aku tak perlu usaha keras untuk membuatmu ada di sini
Andai aku dapat mengendalikan hati
Kau pasti dapat kumiliki


(Inspirasi: Curhat colongan ~ Leoni untuk Michael)

Kamis, 07 Mei 2015

Sekali-kali kau bumbui percakapan kita; yang hanya singkat itu, dengan kata-kata yang membuatku menarik kedua ujung pipiku, tersenyum. Kata orang cara termudah untuk membuat orang menyukai kita adalah dengan membuatnya tertawa. Aku rasa kau telah melakukannya dengan sempurna.

Aku merasa lucu dengan hidupku saat ini. Kadang aku bingung dengan kata "kita". Aku sangat sadar bahwa aku dan kau belumlah menjadi kita, itu baru sebatas doa dan harapan.
Kadang aku tersenyum-senyum sendiri, membuka pesanmu yang sengaja tak ku hapus itu secara berulang-ulang tanpa rasa bosan. Entah kebahagiaan macam apa ini, aku anggap saja itu adalah obat rindu yang takkan kujumpai di apotek manapun.

Aku ini orang yang lelet, tapi kini aku telah menjadi orang yang sangat sigap. Sangat sigap hanya ketika nada sms di hp-ku berbunyi. Entah dari siapapun itu, setidaknya ada sedikit harapan bahwa itu darimu. Dan kadang, meski aku telah mempersiapkan diri, namun aku tetap merasa kecewa jika ternyata sms yang kuterima adalah dari orang lain, dan lebih menjengkelkan lagi saat aku tau bahwa sms itu ternyata dari provider.

Sepertinya hatiku sudah mulai berbunga-bunga dengan perhatianmu yang tak biasa, perhatian yang lebih dari apa yang kudefinisikan. Kadang hal itu membuatku gelisah. Kadang, aku juga risau tentang tanda-tandamu. Aku takut salah mengartikannya. Aku takut salah kira. Aku khawatir, sebab harapan terkadang jauh dari kenyataan. Jadi aku tak mau berharap lebih padamu. Bukankah memang seperti itu; seperti yang telah kau ingatkan? Kita tak boleh berharap kepada selain Allah. Akhirnya segala yang telah berubah pada hidupku akhir-akhir ini kuserahkan kepada-Nya. Aku tak suka dikhianati. Aku tak suka dibuat patah hati. Aku rasa semua orang memang tak ingin hal itu terjadi. Bahkan seorang pengkhianatpun tak ingin dikhianati. Maka dari itu, biarkanlah aku memperlakukan cintaku sesuai perintah-Nya. Dan melibatkan-Nya dalam setiap urusanku.

"Aku merasa lucu dengan hidupku. Mungkin, beginilah cara Tuhan menghiburku. Allah memang sayaaaaaaaaaaaaang padaku." ;) ;)

Minggu, 03 Mei 2015

Ayah, apa Ayah tau? Jika seorang Ayah atau Ibu selalu khawatir mengenai keadaan putra putrinya, seorang anak pun mengalami hal yang sama.
Ini rasa khawatirku Ayah. Ayah telah lama jauh dariku. Lama sekali. Aku telah meniup lilin sebanyak 8 kali tanpa kehadiran Ayah. Mendengar suara Ayah pun harus menunggu jadwal yang Ayah tentukan. Itupun tak lebih dari sepuluh menit.
Hari ini Ayah telah berjanji untuk meghubungiku, tapi Ayah menghilang. Hal yang mungkin kecil ini selalu mengingatkanku pada moment saat Ayah pergi.
Saat itu Ayah bilang tidak akan lama. Ayah hanya membawa pakaian satu tas besar. Dan berjanji saat aku masuk SMA, Ayah telah kembali untuk medampingiku mencari sekolah terbaik yang kuinginkan. Dan Ayah tau, meski aku telah duduk di bangku kelas 2 SMP, tetapi aku masih secengeng anak berusia 5 tahun, sehingga Ayah menjanjikanku hal-hal yang aku sukai. Ayah berjanji akan memberiku dua hadiah sekaligus saat pulang nanti karena Ayah akan melewatkan dua ulang tahunku. Ayah akan membawakanku satu box coklat besar dan akan membelikanku sebuah keyboard. Meski Ayah tau aku tak pandai bermusik seperti Ayah.

Taukah Ayah? Sebenarnya aku masih ingin menagih janji-janji itu. Tapi mengingat bahwa keadaan tak lagi sama, maka aku mundur dari harapan mustahil itu. Aku hanya ingin mendengar suara Ayah kapanpun aku mau, itu sudah cukup Ayah, untuk menebus perpisahan kita yang bertahun-tahun ini. Maka, aku mohon Ayah, entah ini surat keberapa yang ku tulis, tapi harapanku selalu sama, Ayah ada untukku. Setiap waktu. Setiap aku membutuhkan nasehat Ayah untuk hidupku. Setiap saat aku membutuhkan kata penenang untuk setiap gundahku. Setiap aku membutuhkan kasih dan perhatianmu Ayah.
Aku harap Ayah mengerti.

Dari: Putri sulungmu yang tak dapat makan karena merasa kecewa saat Ayahnya tak memenuhi janji.
Walau bagaimanapun, aku sayang Ayah. Dan aku, bahagia dilahirkan sebagai putri Ayah.

Sabtu, 02 Mei 2015

Khusyu

Perhatikanlah kekhusyu'an dalam sholatmu. Orang yang lalai dalam sholatnya akan lupa di hadapan Siapa dia berdiri dan berkata-kata. Sepatutnya kita malu jika berbicara kepada Allah dengan hati yang lalai dan pikiran yang masih sibuk dengan urusan dunia atau bahkan terselip sahwat yang keji. Sadarkah, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui rahasiamu dan melihat ke dalam hatimu. Sedangkan Allah hanya menerima sholatmu sesuai dengan kadar khusyu'mu serta perasaan tawadhu'mu kepada-Nya. Maka dari itu laksanakanlah sholatmu dengan sifat Ihsan yaitu seakan-akan kau melihat-Nya. Tetapi jika tidak bisa, ingatlah bahwa Allah melihatmu. Timbulkanlah rasa malu dalam hatimu. Apa balasan yang pantas kepada Dzat yang telah memberimu hidup dan melimpahimu segala hal, sedangkan melaksanakan ibadahnya yang tak memakan banyak waktu itu kau lakukan seperti orang yang sedang lomba lari maraton, yang kau lakukan seperti orang yang sedang belajar membaca cepat dalam pelajaran Bahasa Indonesia, yang kau lakukan tanpa kau pedulikan maknanya, yang hanya ada sederet rencana untuk urusan duniamu. Pantaskah jika kita membalas-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya namun seolah-olah kita memandang-Nya rendah seperti makhluk lain yang kita sepelekan. Sadarkah kamu Siapa yang sedang kamu ajak bicara dengan acuh tak acuh itu? Bayangkan bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang namun orang itu malah sibuk sendiri, jika orang itu justru memalingkan mukanya dan tidak peduli?

Baiklah, mungkin beberapa hal bisa meningkatkan kekhusyu'an dalam sholatmu:
1.  Melihatlah ke tempat sujudmu, jangan membunyikan atau meletakkan sesuatu yang dapat menarik perhatianmu.
2. Jika kamu sedang memiliki hajat (bak, bab, lapar dll yang serupa). Hendaknya selesaikan dulu karena makhruh hukumnya menahan yang tersebut di atas. Dan menahannya membuat sholatmu tidak tenang, menghilangkan khusyu'mu.
3. Membaca setiap bacaan sholat dengan bersuara (tetapi juga jangan terlalu keras), suara yang terdengar sampai ke telingamu sendiri saja.
4. Memahami arti dari setiap bacaan, kalaupun tidak hafal semua setidaknya paham intinya.
5. Memanjangkan ruku dan sujud.
6. Ingatlah maut. Perlakukanlah setiap sholatmu seakan-akan itu sholat terakhirmu.

Kisah-kisah kekhusyu'an dalam sholat :
1. Ketika sayyidina Ali r.a. terkena panah dalam jihad, saat ditarik panah itu tiba-tiba ujung panahnya masih lekat dalam dagingnya. Sehingga para sahabat berkata: "Tidak dapat dicabut kecuali jika di belah." (jaman sekarang namanya operasi). Tetapi mereka tidak tega melakukannya. Kemudian sayyidina Ali r.a. berkata : "Jika aku sedang sembahyang maka keluarkanlah." Lalu mereka memotong bagian yang terkena panah dan mengeluarkan ujung panah yang tertinggal itu pada saat sayyidina Ali r.a. sedang sholat. Namun sayyidina Ali r.a. tidak bergerak sedikitpun saat ujung panah itu dikeluarkan, seusai sholat beliau bertanya: "Mengapa tidak kamu keluarkan?" Dan mereka menjawab : "Sungguh telah kami keluarkan." Perhatikanlah bagimana khusyu'nya sayyidina Ali r.a. dalam menghadap Allah SWT. Padahal kita jika digigit semut saja sudah merasa sangat terganggu.

2. Imam Ali Zainul Abidin Bin Alhusain r.a. (Cucu dari
Sayidatuna Fathimah Azzahra & Sayyidina Ali bin Abi Thalib) saat terjadi kebakaran di rumahnya, ketika itu ia sedang sujud, sehingga orang-orang menjerit-jerit: "Hai putra Rasulullah ada api." Maka, beliau tidak mengangkat kepala sedikit pun. Kemudian setelah api berhasil dipadamkan mereka mendapati Imam Ali tetap dalam sujudnya, setelah selesai dari sholat, orang-orang bertanya: "Wahai Imam Ali mengapa ketika diperingatkan ada apa engkau tidak mengangkat kepala sedikit pun?" Kemudian beliau menjawab: "Perhatianku tercurah kepada api yang lebih besar (Api jahanam),hingga aku tak mempedulikan api yang sangat kecil itu."

Subhanallah .....

Jumat, 01 Mei 2015

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Menikmati secangkir teh hangat di depan televisi, satu-satunya benda yang selalu menghiburku di antara ruang menungguku yang sempit ini, di ruang yang hanya aku sendiri.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Menghabiskan sebagian waktu untuk tidur, salah satu upaya agar aku bisa lupa ingatan untuk beberapa waktu, meski mimpi tentangmu sesekali masih mengganggu.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Membuat lelah jari-jariku untuk mengetik tugas dari tempat kerjaku sepanjang waktu, agar aku lupa bagaimana perasaan yang ingin kuutarakan padamu, agar aku tak lagi memikirkan kata untuk kutulis dengan tujuan namamu pada bait pertama suratku.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Dengan mengenyam kacang asin buatanku sendiri sampai lidahku mengapal, agar telingaku hanya mendengar suara kecapan dari mulutku sendiri, tanpa khayalan bahwa suaramu sedang memanggilku dari dinding-dinding kamarku.

Apa kau tau bagaimana aku menunggumu dengan cara yang sempurna?
Yaitu dengan menyerahkan rasa ini dalam sujudku dan memperbincangkan namamu dengan Tuhanku, dan aku berkata pada-Nya tentang keraguanku, bukan lagi keraguan terhadapmu, melainkan keraguan atasku, apa aku sudah pantas menjadi pendamping hidupmu? Aku berkata pada-Nya bagaimana aku akan lega jika kaulah yang memang dipilihkan-Nya untukku. Dan aku tau, Dia akan menjawab semua pertanyaanku, seiring waktu.

Beginilah aku, saat menjaga pintu.

*inspirasi dari cerita Mba Aci perihal sahabatnya yang hari ini melaksanakan pernikahan dengan lelaki yang ditunggunya selama 5 tahun :) mencintai dengan cara yang Allah izinkan itu so sweet :')

Sudahlah... aku lelah
Biarlah aku istirahat sebentar
Berhenti, jangan mengusik waktuku
Aku benar-benar lelah
Aku ingin duduk sejenak sebelum memulai langkahku kembali
Biarkan aku menatanya
Biarkan aku memperbaiki kembali
Biarkan kakiku berdiri tegak sebelum aku diharuskan berlari
Aku takut kakiku terlalu rapuh
Aku takut harus terseok kemudian jatuh di tengah jalan
Maka, biarlah aku menimbun tenagaku terlebih dahulu
Biarkan aku duduk menikmati waktu
Setelah itu terserah, aku akan turut kemana pun kau bawa aku bersamamu