Jumat, 08 Mei 2015

"Kenapa harus flamboyan?" Tanyamu

"Karena flamboyan itu indah. Tak hanya itu, dia juga tegar. Ketika bunga dan daunnya gugur, dia tetap kokoh berdiri menunggu persemiannya. Dan ketika sudah bersemi, warna daun hijau pupus berpadu dengan bunga-bunga orange itu, membuatku bahagia. Lebih indah dari hal lain apapun."

"Jadi, apa aku harus membawa bunga flamboyan ketika melamarmu nanti?"

"Iya."

"Dasar merepotkan!"

"Bawa saja yang kecil, nanti kita tanam di halaman rumah kita."

"Rumah kita?"

"Kau ragu?"

"Aku jelas ragu. karena kata-kata ini keluar dari mulut kita, anak kelas 2 SMP!"

Ya, saat itu memang kita masih kelas 2 SMP. Namun, aku berani memastikan bahwa apa yang kuucapkan kala itu akan tetap kuucapkan di kemudian hari, saat orang-orang percaya bahwa aku telah sanggup hidup dengan cara mereka. Tapi entah bagaimana denganmu. Saat kau ragu waktu itu, mungkin kau sedang ragu dengan dirimu sendiri. Tapi ya sudah, mungkin memang semua terlalu dini. Aku saja belum becus menata rambutku sendiri. Jadi, biarkanlah percakapan itu menjadi selingan penghibur diri, sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi.

"Sudah?" Tanyamu

"Apanya?"

"Ngelanturnya."

"Sudah."

Selesailah percakapan jeda waktu istirahat itu. Waktu yang tak lama, namun tak pernah gagal membuatku bahagia. Semua hal memiliki makna. Bahkan, satu patah kata pun mampu membuatku berbunga-bunga, asal kata itu keluar dari mulutmu. Iya, darimu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar