Sabtu, 23 Mei 2015

“Selangkah anak perempuan keluar
dari rumah tanpa menutup aurat,
maka selangkah juga ayahnya itu
hampir ke neraka. Selangkah
seorang isteri keluar rumah tanpa
menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka”.

Memutar ulang ingatan dalam memori. Saat pertama kali aku memutuskan untuk patuh terhadap perintah Allah yaitu menutup aurat. Aku telah memutuskan untuk tidak melakukan setengah-setengah. Aku melakukannya dengan total. Ada beberapa selentingan kata yang kadang menusuk hati. Tapi yang bisa kulakukan adalah bersabar dan berprasangka baik. Niatku karena Allah. Aku tak perlu sedih karena aku telah hijrah pada sesuatu yang lebih baik. Para tetangga kos mungkin masih bingung sehingga secara bergantian mereka bertanya.

"Mau pengajian kemana mba jam segini?"

"Oh tidak buk, ini mau berangkat kerja."

"Oalah, hijaber ya sekarang? Tapi kayanya terlalu kedodoran. Tapi ya ga apa-apa sih." Sambil tersenyum.

Pertanyaan yang serupa muncul selama beberapa hari dari tetangga yang berbeda. Jadi aku berfikir bahwa aku yang harus menyesuaikan diri. Aku harus memperkenalkan ulang siapa aku ini di mata mereka. Mungkin, kalau dulu mereka mendiskripsikanku sebagai perempuan berambut sepinggang, dengan poni miring, dengan celana jeans dan hem rapi. Sekarang inilah saya, hamba Allah dengan pakaian "kedodorannya" seperti ibu-ibu pengajian. Yang hanya terlihat muka dan telapak tangannya. Dan Alhamdulillah, mereka semua sudah terbiasa dengan deskripsi baruku.

Dan hari ini aku merasa sedih. Seorang muslimah (yang juga berjilbab namun belum sempurna) menanyaiku.

"Mbak, sampean kalau berjilbab kok sampai ke bawah dada gitu ya, yang kemarin malah sampai bawah perut."

"Bukannya memang seperti itu ya harusnya?"

"Oh iya sih. Sampean dulu lulusan pondok ta mba?"

"Bukan sih mba. Kenapa ya?"

"Enggak apa-apa mba. Cuman kok pakai baju muslimnya sampai kaya gitu. Heehee"

SAMPAI KAYA GITU ~ aku sedikit kaget mendengar kata itu. Menutup aurat yang sesuai ketentuan itu wajib hukumnya bagi semua muslim. Aku atau siapa pun tidak perlu masuk pondok terlebih dahulu untuk dapat melaksanakan perintah Allah.
Aku sedikit bingung menghadapi embak tersebut. Lalu perlahan ku jelaskan dan Alhamdulillah beliau tidak tersinggung.

Baiklah, Allah SWT berfirman :“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nur : 31)

Juga firman Allah Swt:“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs. Al-Ahzab : 59) 

Sudah jelas benar perintah Allah tentang ketentuan menutup aurat. Jika seseorang telah mengenakan jilbab namun tetap nampak lekuk tubuhnya atau beberapa bagian tidak tertutup sempurna hendaknya segera merubahnya. Allah selalu memberikan yang terbaik di balik perintah dan larangan-Nya. Tidak ada yang merasa dikekang jika kita benar-benar bertakwa. Ingatlah, betapa Allah sangat perhatian. Dengan menutup aurat secara benar, kita dapat terlindungi dari pandangan-pandangan yang penuh nafsu hewani. Kita tidak dapat menjadi ladang syaiton untuk menggoda iman manusia. Allah hanya ingin melindungi kesucian kita. Meninggikan harga diri dan kehormatan kita. Memberikan peneduh dan menambah takwa kita. Juga dapat mencegah kita melakukan hal yang tidak terpuji. Menimbulkan rasa malu untuk bermaksiat. Membawa kita pada ketakwaan-ketakwaan lain.

Ada juga yang pernah bertanya kepadaku.
"Lalu bagaimana kalau jilbabnya itu cuma untuk menutupi kedok. Biar dikira anak alim terus diluar ga karuan kelakuannya."

"Lihat saja, seperti yang sampean katakan, niatnya untuk menutup kedok bukan karena Allah. Lagipula menutup aurat dan akhlak itu jauh berbeda. Menutup aurat itu perintah Allah. Dan akhlak itu terbentuk dari banyak faktor. Seperti kita saat sekolah. Waktu SD kita harus memakai seragam merah-putih. Waktu SMP harus memakai seragam biru-putih. Dan SMA abu-abu putih. Meskipun mereka semua memakai seragam yang sama. Tapi karakter mereka tetaplah beda. Ada yang rajin dan patuh. Ada yang suka membolos. Ada yang suka berkelahi. Jadi jangan dikait-kaitkan dua hal itu. Muslimah yang berjilbab belum tentu berakhlak baik. Namun muslimah yang berakhlak baik sudah tentu akan menutup auratnya."

"Tapi aku ga suka kalo liat cewek berjilbab tapi cuma pakai leging, kaos ketat terus kerudung yang diikat cuma sampai leher."

Kalau untuk itu aku belum bisa menjawabnya waktu itu. Karena aku sendiri bingung, takutnya kalau diingatkan terus dia tersinggung malah membuat tali silaturahmi merenggang. Jadi menunggu waktu sambil pelan-pelan mengingatkannya.

Pakaian muslimah tidak boleh berlebihan atau mengikuti trend mode tertentu karena memang jilbab bukan perhiasan. Kainnya harus tebal, tidak tipis. Pakaian transparan atau membayang (tipis) akan memancing fitnah (godaan) dari pihak laki-laki.Rasulullah Saw bersabda :“ Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid ( baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyaratkan wajah dan tapak tangan.”(HR abu Daud).

Jadi  pakaian yang tipis dan serba ketat, hal ini jelas tidak diperbolehkan. Ancaman bagi mereka sebagaimana sabda  Rasullullah saw:“Ada dua golongan dari ahli neraka yang siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ialah penguasa yang zhalim) (2) wanita yang berpakain tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat. Rambutnya sebasar punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang.” (HR. Muslim). 

Mudah-mudahan penjelasan ini cukup sebagai tambahan ilmu. Semoga bermanfaat teman-teman.

Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaa ilaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
(Maha Suci Engkau ya Allah dan
segala puji bagiMu, aku bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat
kepadaMu)”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar