Minggu, 03 Mei 2015

Ayah, apa Ayah tau? Jika seorang Ayah atau Ibu selalu khawatir mengenai keadaan putra putrinya, seorang anak pun mengalami hal yang sama.
Ini rasa khawatirku Ayah. Ayah telah lama jauh dariku. Lama sekali. Aku telah meniup lilin sebanyak 8 kali tanpa kehadiran Ayah. Mendengar suara Ayah pun harus menunggu jadwal yang Ayah tentukan. Itupun tak lebih dari sepuluh menit.
Hari ini Ayah telah berjanji untuk meghubungiku, tapi Ayah menghilang. Hal yang mungkin kecil ini selalu mengingatkanku pada moment saat Ayah pergi.
Saat itu Ayah bilang tidak akan lama. Ayah hanya membawa pakaian satu tas besar. Dan berjanji saat aku masuk SMA, Ayah telah kembali untuk medampingiku mencari sekolah terbaik yang kuinginkan. Dan Ayah tau, meski aku telah duduk di bangku kelas 2 SMP, tetapi aku masih secengeng anak berusia 5 tahun, sehingga Ayah menjanjikanku hal-hal yang aku sukai. Ayah berjanji akan memberiku dua hadiah sekaligus saat pulang nanti karena Ayah akan melewatkan dua ulang tahunku. Ayah akan membawakanku satu box coklat besar dan akan membelikanku sebuah keyboard. Meski Ayah tau aku tak pandai bermusik seperti Ayah.

Taukah Ayah? Sebenarnya aku masih ingin menagih janji-janji itu. Tapi mengingat bahwa keadaan tak lagi sama, maka aku mundur dari harapan mustahil itu. Aku hanya ingin mendengar suara Ayah kapanpun aku mau, itu sudah cukup Ayah, untuk menebus perpisahan kita yang bertahun-tahun ini. Maka, aku mohon Ayah, entah ini surat keberapa yang ku tulis, tapi harapanku selalu sama, Ayah ada untukku. Setiap waktu. Setiap aku membutuhkan nasehat Ayah untuk hidupku. Setiap saat aku membutuhkan kata penenang untuk setiap gundahku. Setiap aku membutuhkan kasih dan perhatianmu Ayah.
Aku harap Ayah mengerti.

Dari: Putri sulungmu yang tak dapat makan karena merasa kecewa saat Ayahnya tak memenuhi janji.
Walau bagaimanapun, aku sayang Ayah. Dan aku, bahagia dilahirkan sebagai putri Ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar