Kamis, 25 Juni 2015

Jalan Menuju Surga

"Bapak, tadi di sekolah pas pelajaran agama, katanya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kalau kita minta apa saja nanti bisa dikabulkan"

"Memang ndok."

"Ya sudah sekarang kita ke rumah Allah Pak. Aku mau minta biar dapet juara satu."

Tersenyum. "Kalau mau ketemu sama Allah itu harus masuk surga dulu."

"Ya sudah kita ke surga saja Pak sekarang."

Bapak tersenyum kembali, mendengar celotehan lugu anak kelas 1 SD.

"Surga itu tidak ada di dunia ini. Adanya di akhirat ndok."

"Kalau gitu gimana caranya kalau mau ke surga."

"Kalau kamu mau tau, kamu harus rajin datang ke mushola An-Nur. Ngaji sama Pakpuh Saring. "

Aku masih sangat ingat, waktu itu tanpa pikir anjang, ba'da Ashar aku segera bergegas. Dengan kerudung ibu yang sudah pasti kepanjangan. Membawa tas jinjing, dengan isi iqro, buku tulis, pensil dan penghapus, masing-masing satu buah. Dengan semangat yang terus berkembang.
Dengan keinginan kuat ingin mengetahui cara menuju surga, supaya dapat bertemu dengan Allah.

Berhari-hari kulalui. Aku diajari membaca iqro. Menulis huruf-huruf arab. Di beri nasehat sesekali, cerita nabi atau kisah-kisah islami inspiratif.

"Bapak, aku sudah ngaji tapi kok tetep gak dikasih tau caranya ke surga sama Pakpuh Saring." Protesku kesal.

"Nanti juga tau. Pokoknya rajin ngajinya."

Kemudian kulalui setiap soreku dengan pergi mengaji. Meski kadang harus melawan rasa malas yang berlebihan. Hingga lama-lama aku merasa mengaji adalah suatu keharusan. Aku lupa tujuanku sejak awal, mengaji agar tau jalan ke surga, bertemu dengan Allah dan minta suaya bisa juara satu. Aku benar-benar mulai lupa dengan tujuan itu. Aku sudah sangat asyik menapaki lembar demi lembar iqroku. Hingga sampai pada halaman terakhir.

Bahagia. Aku sampai pada Al-Qur'an. Aku membacanya begitu saja. Tanpa arti apa-apa. Tanpa tau maknanya. Hanya sekedar membaca yang membuatku bahagia.

Dan tiba saat aku merasa bahwa Al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk dibaca. Aku merasa seperti sedang makan angin. Tak tau rasanya manis, asem, asin, pedas, gurih dan rasa-rasa lainnya. Hanya rasa hambar, kosong, hampa. Karena itulah, sedikit demi sedikit aku mulai mempelajari artinya.

Satu ayat, dua ayat, seterusnya. Setiap ayat yang kubaca, rasanya bagai pengendali jiwa. Kadang ada rasa bahagia tak terkira ketika aku menemui ayat-ayat tentang nikmat Allah, dan ketetapan-ketetapan Allah bagi hamba-Nya yang taat. Namun, seringkali mataku dibuat sembab. Ketika sampai pada adzab, kabar-kabar buruk, dan setiap detail balasan untuk umat manusia. Perbuatan sekecil biji dzarahpun tidak akan luput dari perhitungan. Amal baik maupun buruk akan dibalas sesuai kadarnya masing-masing. Bahwa jika aku begini maka aku akan mendapat ini. Bahwa jika aku begitu aku akan mendapat itu. Sungguh, sebenarnya manusia sadar seberapa banyak dan sering ia berbuat dosa. Hanya saja mereka mengabaikannya dan menganggap bahwa semua baik-baik saja. Dan aku pernah merasakan itu. Rasanya aku tak sanggup jika harus memikul balasan atas dosa-dosaku yang laksana bilangan pasir di pantai itu. Dosa-dosa yang tiada hingga. Sejak aku masih kecil hingga pada detik ini.

Lalu ada berita bahagia. Bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Luas ampunan-Nya. Memberiku keyakinan bahwa aku bisa memperbaiki diri dan semakin dekat dengan-Nya. Aku ingin menyempurnakan imanku. Menyempurnakan pengetahuan agamaku. Al-Quran, penunjuk jalan yang amat lurus. Yang menunjuk pada kebaikan dan pengingat untuk setiap keburukan. Lentera yang sungguh terang. Firman-firman Allah yang di wahyukan kepada Rasulullah SAW, adalah sebenar-benarnya penunjuk jalan. Pembawa tenang. Pemberi kehangatan. Lembar-lembar pembimbing pada kebaikan.

Bapak, ada yang ingin kusampaikan. Saat Bapak bilang jika aku rajin mengaji aku akan mengetahui bagaimana cara masuk surga, itu semua benar. Semua caranya ada di sana. Betapa sayangnya Allah kepada kita. Allah selalu mengingatkan kita. Menjaga kita dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ingin kita tersesat hingga Ia memberikan penunjuk jalan yang amatlah terang. Ialah Al-Quran. Alhamdulillah, terima kasih untuk rahmat-Mu yang amat mulia ini Ya Rabb.Terima kasih Bapak telah memberiku dorongan yang mengagumkan. Terima kasih Pakpuh Saring, semoga ilmumu yang in shaa Allah terus mengalir itu dapat menjadi amal tak terputusmu, sebabmu menjadi ahli surga. Semoga kita semua termasuk dari golongan orang-orang yang senantiasa diberi petunjuk, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar