Jumat, 05 Juni 2015

Tuan Putri yang Pemalu

Pagi yang dingin membelenggu dan embun-embun seolah membeku. Sebeku rasa gundah itu.

Nyaring kokok ayam menarik selimut biru. Memaksanya membuka kelambu. Menghampiri dapur bergelut dengan bumbu-bumbu.

Tuan putri yang pemalu. Selalu bersembunyi di balik tungku. Enggan bersapa dan bertemu. Menjaga dirinya dari hal yang tidak ia mau.

Sepanjang hari dia menunggu. Tertegun dalam lamunan bisu. Menyatakan rindu dengan lugu. Kepada pangeran berbaju beludru.

Tuan putri yang pemalu. Engkau selalu begitu. Sampai kapan kau berada di balik bayangan rajamu. Bangunlah dan temui pangeranmu. Dia kebahagiaan hatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar