Kamis, 26 Juni 2014

Mimpi di Tengah Hari

Surabaya, 15 Juni 2014 (11.23)
Ini mimpi bukan? Bukan ya...?
Aku ingat, aku sudah bangun sejak 7 jam yang lalu. Aku masih dalam keadaan setengah sadar, sekarang aku sedang duduk manis di depan komputer, menatap tanpa kedip sebuah email. Jari telunjukku menekan tombol kirim dengan indahnya. Satu karyaku akhirnya bisa ku ikutkan lomba. Alhamdulillah...
Ini pasti biasa saja bagi orang lain, tapi tidak bagiku. Ini pertama kalinya aku memamerkan tulisanku. Setelah bertahun-tahun hanya bisa memandangi mading sekolah dan berharap tulisanku ada disana. Seperti pungguk yang merindukan bulan. Dian, temanku saat SMP yang kebetulan pengurus mading, selalu menawariku. Dan jawabku selalu sama "Aku tidak bakat menulis". Itu karena aku sadar aku masih sangat jauh dari kata baik (sekarang juga masih, bedanya sekarang aku lebih tidak tau malu saja).
Dan saat aku SMA, aku punya sahabat namanya Santika, dia anggota jurnalis dan dia tidak bisa dibohongi. Dia menarget sebuah tulisan padaku. "Kalau bisa masuk majalah sekolah, 1 karya Rp.11.000" demikian iming-imingnya padaku. Sebagai remaja labil lidahku meng-iya-kan begitu saja. Akhirnya aku menyodorkan 3 tulisan.
Pertama, artikel untuk menyemangati orang-orang yang selama ini hanya menjadi ekor (termasuk aku). Kalau bisa jadi kepala, kenapa santai-santai saja mengekor? Padahal kita tidak tau kemana kepala akan membawa kita pergi. Seingatku begitu tulisanku.
Kedua, opini tentang tidak ada pengaruhnya kelebihan harta dan rupa dihadapan Tuhan. Itu sekedar untuk mengingatkan temen-temen yang suka gaya kaya di sinetron gitu. Karena motor keren, orangtua kaya raya, uang saku tebal, populer dan untuk cewek yang lebih suka mengantongi make up daripada buku pelajaran. Buku pelajaran memang ga muat dimasukin kantong sih.
Ketiga, sebenarnya bukan tulisanku, itu hasil menjiplak pelajaran gereja kakak sepupuku, Debora. Aku muslim, tapi saat itu jarang yang mau mengisi mimbar kristen. Aku hanya peduli, beneran ga ada maksud apa-apa kok (muka serius).
Itu pertama kalinya tulisanku dibaca orang banyak. Semoga P.Hari, B.Indah, B.Win dan P.Dodo tidak membacanya, mereka semua guru Bahasa Indonesia. Ehhmmm tapi aku ragu sama temen-temen semua, mereka baca atau tidak ya? Biasanya sih setiap majalah sekolah dibagikan, mereka fokus pada momen-momen penting yang didokumentasikan. Opsi kedua adalah cerpen dan yang lumayan laris yaitu humor yang letaknya selalu dihalaman belakang. Artikel dan opini akan mereka baca setelah mereka kehabisan bahan dan merasa tidak ada pilihan lain. Tapi bagaimanapun, mereka sempat membaca, telat membaca atau terpaksa membaca, semoga tulisanku bermanfaat.
Sejak kecil aku suka membaca dan menulis. Dan aku tidak memiliki kemampuan tinggi dalam berhitung. Allah lebih tau. Karena itu aku selalu ditempatkan diantara orang-orang yang suka menulis juga. Mungkin agar aku lebih punya keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya seorang penulis lakukan.
Dan hari ini, ketika aku sudah hampir 3 tahun bekerja, aku bertemu kembali dengan teman SMPku, Gatra (bayangkan saja Giant dalam film Doraemon). Dia persis seperti itu, suka mengejek dan mengintimidasiku. Dan dia tidak pernah merasa, seperti orang tidak punya dosa saja. Tapi karena dia, aku bisa mengikuti lomba menulis yang telah menyediakan gantungan untuk mimpiku disana. Mungkin itu cara Gatra menebus dosa-dosanya kepadaku(piiss ya mbahtro). Aku tidak terlalu berharap untuk menang. Yang penting ceritaku tersampaikan. Aku hanya ingin mereka tau apa yang aku tau. Bahasa medianya, berbagi cerita. Alasan lain kenapa aku suka menulis, karena sejak kecil, sejak aku hampir lancar membaca yaitu kelas 2 SD. Sejak aku mulai berimajinasi karena dongeng Timun Emas. Sejak guru-guruku mengatakan bahwa membaca=membuka jendela dunia, dengan membaca menjadi tau dan sejak semua semboyan tentang membaca diakrabkan denganku, sejak saat itulah aku ingin menjadi seorang penulis. Karena aku selalu berfikir bahwa kita tidak akan pernah membaca tanpa ada yang menulis. Terlepas dari itu semua, jika orang bertanya kenapa aku menulis (padahal ga ada yang mau nanya) aku akan menjawab, "karena aku suka melakukannya". Entah bagaimana nanti, tulisanku dibaca atau tidak, yang penting aku sudah melakukannya, sebaik yang aku bisa. Tanpa memaksakan diri dan tanpa harus menjadi orang lain. Ini tulisanku dengan segala kekuranganku teman-teman .... :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar