Selasa, 14 April 2015

Malam ini hujan, dan aku ... merindukanmu.

Bahkan aku sendiri bingung dengan perasaanku. Banyak hal sering sekali membuatku merindukanmu. Apalagi hujan. Membuatku terjebak pada kenangan yang tak bisa di putar ulang. Hujan menawanku hingga aku tak dapat berpindah ruang. Hujan, membuatku dingin dan ketakutan.

Dulu, saat bersamamu, hujan menjadi sedemikian menyenangkan. Aku bisa mengulur waktu untuk pulang. Aku menghampirimu yang duduk di teras depan kelasmu lalu aku menawarkan payungku. Dan kamu menolaknya. Kamu memilih untuk menunggu hujan reda dan memintaku pulang lebih dulu.
Lalu seperti biasa dan dengan alasan yang sama, aku duduk di sampingmu. Aku menemanimu.
"Kenapa selalu seperti itu? Rumahmu lebih jauh dari rumahku. Tidak perlu ditemani, aku berani."
"Aku tau kalau kamu berani. Tapi di saat menunggu seperti ini mungkin kamu memerlukan seseorang untuk kamu ajak bicara. Sekedar menanyakan jam atau yang lainnya."
"Bahkan kamu tidak memakai jam tangan. Aku yang memakainya."
Aku tertegun kemudian menyadari bahwa aku selalu mati kutu dengan penegasanmu. Aku selalu ceroboh dalam membuat alasan. Aku selalu tak punya kata untuk berbincang dengan orang yang punya banyak kelebihan sepertimu.
"Iya aku tau. Aku hanya ingin membuatmu tertawa. Mungkin itu tadi lucu. Siapa yang tidak butuh lelucon dalam keadaan membosankan seperti ini?"
Aku berdalih dengan ketus.
"Baiklah untuk alasan itu lebih masuk akal. Dan itu tadi memang lucu."
"Oke sekarang aku kesal. Aku pulang duluan."
Dan aku beranjak dari sampingmu. Aku melangkah maju dan berharap kamu memanggilku. Satu langkah, dua langkah, sampai langkah ke enam dan aku tak mendengar suaramu. Aku berbalik arah, "Kenapa membiarkanku pergi begitu saja? Aku sedang kesal dan kamu tidak menghiburku." Protesku kesal.
"Aku sengaja membuatmu kesal dan aku ingin kamu pergi dari sini."
Mataku terbelalak, aku bersedih.

"Aku tidak ingin kamu di sini. Aku ingin kamu pulang. Aku tahu kamu takut petir. Aku tau orang tuamu khawatir. Aku tahu kamu tidak suka dingin. Pulanglah, tidurlah di balik selimutmu yang hangat. Dan bermimpilah dengan indah."

Sungguh aku tak dapat mengatakan apapun lagi. Kata-kata mana yang mesti ku protes? Perhatian mana yang harus ku tolak darimu? Tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar