Jumat, 24 April 2015

Kepada yang mencintaiku karena Allah,
Semoga engkau selalu dalam perlindungan dan bimbingan-Nya.

Assalamualaikum, hari ini aku hanya ingin sedikit bercerita. Kali ini aku menulis untukmu. Supaya aku tak lagi membuatmu salah paham dengan maksud dari tulisan-tulisanku yang lalu.

Begini, aku sangat sadar aku ini hidup di jaman apa. Di sebuah masa yang mengingkari perintah Allah adalah sesuatu yang di anggap biasa. Katanya, kita sudah hidup di jaman yang sedemikian pintar. Saking pintarnya banyak orang sampai tak merasa bahwa mereka telah kembali pada peradaban jaman jahiliyah. Aku harus jujur padamu, aku juga pernah berada pada perilaku itu. Tetapi, karena Allah, Alhamdulillah aku tak terbawa arus terlalu jauh. Aku telah menepi sebelum aku sampai pada sungai yang dalam.
Dalam hal mencintai, aku pernah menjalin hubungan seperti drama-drama di televisi (aku harap Allah mengampuniku, dan engkau memaafkanku). Ya, percintaan remaja labil, yang ke kantin bersama, ikut bimbel bersama, pulang bersama. Sekali lagi maafkan aku.
Aku harap ini tak akan merubah niat baikmu. Aku telah berusaha memperbaiki diriku sejak lama. Menjadi yang pantas untuk mendampingimu. Dan menjadi yang kau syukuri ketika aku telah berada di sisimu. Kini, aku telah sadar benar bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk menjaga pandangan, menjaga hati dan menjaga akhlaq serta auratnya, maka dari itu aku mematuhinya. Bahkan untuk mencintai makhluknya pun, aku menjaganya. Aku hanya bisa mencintai diam-diam. Karena aku takut rasaku ini akan membawa pada perbuatan-perbuatan dosa. Lebih baik aku diam, daripada lisanku, perbuatanku dan hatiku membawa rasa suci ini ke jalan yang salah. Aku tidak ingin menjadikanmu yang utama dan aku tidak ingin engkau menjadikanku yang utama, karena Allah-lah yang seharusnya menjadi yang utama, dan yang paling kita cintai lebih dari apapun. Allah menciptakan hati kita ini untuk mengingat Allah dan tidak boleh untuk mengingat sesuatu selain Allah.
Jika kita memikirkan orang tua
itu adalah karena perintah Allah,
jika kita memikirkan rezeki itu adalah karena Allah memerintahkannya untuk menjemput rezeki dan karunia-Nya. Jadi jika aku mengingatmu, itu juga karena Allah.

Aku menjaga hati, dengan
diam. Karena diam adalah bukti
cinta yang kumiliki. Dengan memuliakanmu, menghormatimu, dan menjaga semua yang ada padaku.

Aku ingin seperti kisah Fatimah
dan Ali. Keduanya saling
memendam apa yang mereka
rasakan. Tapi pada akhirnya
mereka dipertemukan dalam
ikatan suci yang sedemikian indah. Karena dalam diam itulah tersimpan kekuatan dan harapan. Hingga Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya?
Karena diam adalah cara
mencintai karenaNya, berharap
hal itu lebih memelihara kesucian
hati kita setelahnya.

Aku belajar mencintaimu dalam
diam dengan keimanan. Berharap
menjadi Fatimah yang tak pernah
sekalipun mengungkapkan. Dan
membawamu menjadi Ali Bin Abi
Thalib yang tak pernah sekalipun
mengecewakan apalagi menduakan.
Begitulah seharusnya mencintaimu dengan suci dan karena Allah. Dan aku harap aku bisa menjadi temanmu dalam urusan agama. Mendmpingimu dalam mendakwahkan agama Allah. Mendampingimu di dunia dan di akhirat.

Semoga Allah senantiasa mencintaimu, Dzat yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar