Selasa, 01 Juli 2014

Aku Takut Bu

Surabaya, 01 Juli 2014
Kepada ibu yang dengan tulus menyayangiku...

Ibu, kali ini aku menulis untukmu. Tapi ketahuilah, dengan atau tanpa tulisan ini, aku akan tetap menyayangi ibu disetiap detik waktuku. Seperti yang selalu ibu lakukan padaku. Jika aku ingin bertemu ayah itu tak berarti aku akan meninggalkan ibu. Aku akan tetap kembali pada ibu. Meski ayah menawarkan kenyamanan, kelengkapan dan banyak hal. Tapi tidak ada yang bisa merawatku sebaik ibu. Tidak ada yang memiliki cinta kasih sebesar cinta kasih ibu. Tidak ada yang rela mengorbankan apapun agar aku bahagia, selain ibu. Bahkan jika harus menukarkan nyawa pun ibu mau.

Ibu,,, apapun yang terjadi aku akan tetap memilih ibu. Meskipun sama beratnya. Dan sebenarnya pilihan "ikut ayah atau ibu?" itu tidak pernah ku kehendaki sebelumnya. Tapi ini yang harus kujalani. Aku ingin ibu tau, sekarang aku bukan anak yang manja. Aku sudah memperjuangkan banyak hal untuk ibu. Aku bekerja dengan sepenuhnya hanya untuk melihat senyum melengkung dibibirmu bu. Aku memang tidak akrab dengan kehidupan yang begitu keras ini. Sejak kecil aku terbiasa menjadi anak yang senantiasa duduk manis dipangkuanmu. Dan kini, aku harus berjuang sendiri. Aku melawan semua yang kutakuti. Semua itu agar ibu tau bahwa kasihku kepada ibu juga sepanjang masa.

Bu,,, sekarang bulan Ramadhan. Aku ingat Ramadhan 14 tahun yang lalu adalah Ramadhan pertamaku. Ibu mengajariku dengan penuh kesabaran. Ibu selalu membangunkanku dengan tenang. Ibu menyiapkan semuanya. Ibu menyuapiku yang masih setengah ketiduran. Makananku lama sekali ku telan. Padahal ibu sendiri belum makan sahur. Setelah selesai menyuapiku, ibu akan langsung makan dengan setengah terburu-buru. Ibu takut subuh segera tiba. Apa lagi yang harus ku protes darimu bu? Semua sudah ibu berikan padaku.

Dan sekarang Allah sedang menguji ibu. Ibu sudah sakit selama 6 tahun ini. Ibu belum bisa puasa lagi. Tapi dalam keadaan sakit pun, ibu tidak pernah berhenti melakukan yang terbaik untukku. Ibu tetap bangun pagi menyiapkan sarapan untukku saat aku masih sekolah dulu. Dan ketika Ramadhan tiba ibu sudah bangun tengah malam. Ibu menitikkan airmata dan selalu membawa namaku dalam doa-doa ibu. Setelah itu ibu tetap seperti yang dulu, menyiapkan makan sahur untukku.

Bu,,, sekarang aku sudah dewasa. Aku sudah bisa melakukan semuannya sendiri. Aku ingin bertukar peran dengan ibu. Aku ingin merawat ibu dengan baik dan melakukan semua seperti yang ibu lakukan padaku. Aku selalu memohon agar ibu diberi kesembuhan. Bukan karena aku mengeluh atas segala ujian yang diberikan Allah bu. Tapi karena aku ingin ibu bisa melakukan semua tugas dan kewajiban yang sudah diperintahkan kepada kita. Aku ingin ibu bisa mengikuti Ramadhan lagi. Aku yang akan membangunkan ibu dengan tenang dan penuh kelembutan. Aku akan menyiapkan makan sahur kita. Aku ingin sekali bu. Dan aku juga akan selalu membawa nama ibu dalam setiap doaku.

Bu,,, aku selalu takut. Setiap ibu tidur aku memandang mata ibu yang terpejam. Aku takut jika mata yang selalu memancarkan kasih sayang itu tidak akan terbuka lagi. Aku takut jika nafas yang biasa ibu hembuskan tidak akan lagi memberikan kehangatan. Aku selalu tidur dengan memeluk ibu, karena aku takut kalau raga yang selama ini tidur disampingku, pada akhirnya akan meninggalkanku. Aku sangat takut bu, aku sangat takut. Aku tidak akan pernah siap. Bahkan sekalipun aku sudah membahagiakan ibu aku tetap tidak akan bisa kehilangan ibu.
Jadi tetaplah bersamaku bu, cepatlah sembuh. Disini putri tercintamu tidak sabar untuk berjalan denganmu. Ke rumah Allah denganmu. Menikah dengan seseorang yang tepat dan memberikan cucu untukmu. Aku akan terus melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan ibu.
Aku ingin selalu bersama ibu.
Aku ingin ibu bahagia karena aku.
Aku yang akan menuntun dalam kerentaan ibu.
Aku akan memikul segala lelah ibu.
Aku akan menukar semua hal untuk senyum bahagia dimasa tua ibu.
Terima kasih ibu.. aku menyayangimu..

Dari kaki kecilmu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar