Jumat, 04 Juli 2014

Semua itu Ada Masanya ! (Bersabarlah)

Aku menulis ini saat aku teringat seseorang yang pernah mengeluh tentang masalah materi dalam hidupnya. Aku tidak perlu menyebut namanya, aku hanya ingin membawa ceritanya. Waktu itu dia berkeinginan untuk pindah pekerjaan. Dengan ijazah sekolah menengah dan tanpa banyak kemampuan, dia ingin mencari pekerjaan yang mudah, tidak melelahkan, tidak banyak berfikir dan gajinya besar. Minimal 3jt/bulan begitu katanya.Waaahhhh.... kalau ada aku juga mau.

"Aku pengen cepet kaya, banyak uang. Kalau aku kaya kan semuanya mudah. Aku bisa memboyong orangtuaku ke kota. Aku cari rumah yang lebih besar. Aku punya motor bagus atau mobil gitu biar ada yang mau sama aku."

Iya itu cita-cita yang baik, ingin membahagiakan orang tua. Tapi aku takut kalau dia terlalu keras melawan takdir dan ambisinya berlebihan nanti malah akan mempengaruhi kesehatan jiwanya. Lalu aku mencoba mengingatkan dia barangkali nanti bisa merubah cara pandangnya.

Sebut saja Mr.X

"Mr.X sampean tau kan kalau rejeki itu sudah ada yang mengatur...(dia mengangguk). Kata orang kita bisa memperolehnya dengan cara berusaha dan berdoa. Bukankah sampean sudah melakukan keduanya? Saat ini sampean bekerja dengan cara yang halal, dan sampean sudah berdoa juga kan? (mengangguk lagi). Sampean sudah dapat rejeki kan, rutin tiap bulan, bisa memenuhi kebutuhan hidup, memberi sedikit ke orangtua dan menyisakan untuk tabungan?"

"Aku ga ada tabungan, tiap akhir bulan selalu habis uangku."

"Itu cara sampean yang salah dalam mengelola keuangan. Sampean program dulu Mr. Saya yakin dimanapun sampean bekerja dengan gaji banyak atau sedikit kalau sampean tidak bisa mengendalikannya ya akan sama saja, tabungan akan habis tiap akhir bulan."

"Terus kalau misal aku bisa mengelola uangku dengan baik. Apa aku bisa cepet jadi orang kaya?"

"Ya mungkin tidak secepat itu. Tapi setidak nya sampean membangun peluang sampean sendiri untuk mendapat apa yang sampean mau. Mr.X hidup ini tidak ada yang instan. Biasanya sih sesuatu yang didapat dengan instan akan mudah hilang semudah saat mendapatkannya. Sampean hanya perlu bersabar."

"Udah paling sabar ini. Masa suruh sabar terus. Hidup ini tidak adil"

"Mr.X, semua itu ada masanya. Hanya masalah waktu. Sampean tau anak bayi? (dia memandangku dengan tanda tanya). Saat anak bayi misal usianya 5 bulan, waktu melihat ibunya makan rempeyek ikan teri, dia ingin memakan yang sama lalu dia berusaha meminta pada ibunya. Tapi apa diberi sama ibunya? Enggak Mr. Dia belum waktuya makan rempeyek. Ibunya akan mempertimbangkan banyak hal. Si bayi belum punya gigi, ibunya takut kalau rempeyek itu terlalu keras jadi bisa melukai gusi si bayi. Dengan banyak bahan dalam rempeyek si ibu takut akan mengakibatkan masalah pada sistem pencernaannya. Ibunya akan tetap memberikan bubur padanya mas. Tunggu sampai dia berumur 1 tahun, saat sudah punya gigi dan sudah mulai beradaptasi dengan beberapa makanan orang dewasa. Iya kan? Atau kasus lain, misal ada anak kelas 5 SD sudah minta dibelikan motor. Orangtua yang sayang anak justru malah tidak diberikan. Orangtua berfikir bahwa anaknya masih terlalu kecil, emosinya masih labil sehingga tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi jalan. Belum lagi kalau ada hal-hal tak terduga misal ada orang yang belok tanpa memberi tanda sebelumnya, mungkin orang dewasa punya reflek yang bagus bagaiman caranya mengalihkan kendaraannya agar tidak terjadi sesuatu. Tapi kalau anak kecil yang emosinya masih labil, dia akan mudah panik, pikirannya buntu jadi tidak tau harus berbuat apa. Akhirnya celaka sendiri kan? Begitu juga dengan sampean Mr, saat ini beberapa keinginan sampean belum dikabulkan. Mungkin karena sampean terlalu menggebu-gebu. Tuhan pasti jauh lebih tau apa yang sampean pikirkan. Mungkin Tuhan tidak ingin sesuatu terjadi pada sampean."

"Misalnya?"

"Ya mungkin dengan harta yang banyak sampean jadi lupa diri, sombong, lalu memandang bahwa semuanya bisa dibeli dengan uang. Terus lagi mungkin dengan uang sampean jadi lalai sama kewajiban karena sampean lebih mengutamakan hak. Bisa juga karena sampean belum cukup dewasa (dalam berfikir) jadi nanti harta itu sampean salah gunakan dijalan yang kurang baik. Nanti sampean berfikir, mumpung ada uang. Tanpa mempertimbangkan banyak hal. Hanya menuruti kesenangan untuk membayar kesusahan sampean selama ini."

"Apa iya ya..???"

Dia diam, dan aku tidak mengoceh lagi. Aku memberi waktu dia untuk berfikir. Semoga kata-kataku memang difikirkan dan bisa merubah cara pandangnya. Bukan hanya sekedar selingan di jam makan siang. Ini hanya obrolan ringan yang semoga memberi banyak pelajaran. Dan semoga Mr.X makin dewasa dan lebih tau menetukan arah hidupnya. Amiiiiiinnn.......


(Kejadian ini terjadi saat menjelang Ramadhan tahun lalu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar