Selasa, 08 Juli 2014

Impian Sederhana

Semua orang mempunyai mimpi..
Anak kecil punya mimpi, orang dewasa punya mimpi, aku punya mimpi..

Masa kecil adalah masa paling indah untuk bermimpi. Hal-hal yang mustahil pun diimpikan. Ada yang ingin jadi dokter, polisi dan berbagai profesi. Ada yang ingin jadi ibu rumah tangga saja. Ada yang ingin jadi bidadari, malaikat, alien, robot, power rangers, ada pula yang ingin jadi Nobita yang memiliki sahabat Doraemon.
Impian yang tanpa batas. Tapi anak kecil, dalam fikiran mereka, apa yang mereka impikan itu bisa terwujud dengan bantuan keajaiban. Mereka tidak pernah ambil pusing untuk mempersoalkan bahwa jika ingin menjadi dokter itu harus sekolah tinggi dulu. Mereka tidak berfikir jika impian mereka itu akan mempertemukan mereka dengan hal-hal yang rumit. Mereka ingin jadi peri seperti dalam dongeng yang mereka baca. Mereka belum tau kalau Malaikat itu utusan Tuhan, bukan manusia biasa yang karena sering bertapa di dalam gua akhirnya bisa menjadi sakti dan bisa terbang di langit dan mengawasi kehidupan manusia bumi. Anak-anak hanyalah sang pemimpi bukan pewujud mimpi.
Orang dewasa juga bermimpi, tapi yang lebih rasional. Dan mereka melakukan upaya untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mereka sekolah tinggi untuk menjadi guru, polisi, perawat dan sebagainya. Orang dewasa sudah bisa menggunakan akalnya dengan baik. Jadi aku masih merasa lucu jika ada orang dewasa yang berkhayal ingin jadi orang kaya sedangkan mereka tidak mau bekerja. Mungkin waktu kecil dia belum pernah bermimpi, jadi cara bermimpinya anak kecil dia bawa sampai masa dewasanya kini. 
Waktu kecil aku juga bermimpi, aku ingin jadi presiden. Aku ditertawakan banyak orang, katanya kalau bermimpi ga usah ketinggian. Aku sedih, aku yakin didunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Dan itulah anak kecil, bebas bermimpi. Tapi saat aku mulai tumbuh dewasa, aku baru tau bahwa saat mereka menertawaiku waktu itu ada benarnya. Menjadi presiden itu sangat tidak gampang. Menjawab soal ujian saja sudah memberatkan otak, apalagi memimpin negara. Mimpinya anak kecil kadang-kadang kelewatan.
Waktu aku SMP aku sudah tidak ingin lagi menjadi presiden. Aku beralih ingin jadi perawat, sedangkan bapak ingin aku menjadi apoteker. Setelah menimbang-nimbang kami memutuskan agar aku memilih untuk menjadi perawat saja. Aku mulai giat belajar dan bapak semakin giat bekerja. Sampai bapak pergi ke Kalimantan Barat, membuka ladang karet kecil-kecilan sambil masih tetap mengambil kerja borongan membangun perumahan dinas. Aku juga tak kalah semangat, sampai akhirnya aku masuk program IPA. Harusnya aku menyampaikan kabar itu ke bapak, tapi semua sudah berbeda, dengan kemapanan bapak, beliau menjadi lupa denganku dan ibu. Bapak sudah memiliki keluarga baru. Jadi hasil kerja bapak dibagi-bagi. Dan sedikit untukku. Aku jadi tidak bisa melanjutkan seperti rencana kami sebelumnya. Huuuuuffhhh... mungkin ini sudah jalannya, aku harus ikhlas.
Dan sekarang, saat aku 21 tahun, aku juga bermimpi. Mengalihkan mimpiku yang ingin jadi perawat tadi. Mungkin mimpi itu kadang harus berevolusi, menyesuaikan diri. Sekarang mimpiku hanyalah, aku ingin menjadi wanita yang bahagia. Aku ingin menikah dengan seseorang yang tepat. Aku akan berhenti bekerja dan membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Agar aku bisa melayani suamiku dengan baik. Agar aku bisa menyiapkan sarapan dan membuatkan kopi saat suamiku pulang bekerja. Karena aku sadar, aku adalah orang yang tidak bisa bekerja dengan cepat, aku tidak bisa mengerjakan banyak hal dalam sekali waktu. Aku juga tidak ingin membebani ibuku, ibuku sudah waktunya minum teh dan melihat berita artis di TV. Sekarang giliran aku yang berlelah-lelah. Aku juga hanya ingin menyaksikan anak-anakku tumbuh dewasa. Aku ingin selalu ada ketika mereka pulang sekolah dan ingin bercerita tentang kejadian hari-ini-nya. Merawat mereka dengan penuh rasa sayang. Menjadikan mereka anak yang soleh dan soleha. Itu lah mimpiku sekarang. Kata orang bahagia itu sederhana. Semoga.
Tapi itu pun masih mimpi, aku juga masih terus berjalan. Aku masih memilih rumah mana yang akan aku singgahi. Semoga mimpiku yang ini tidak akan berevolusi lagi. Semoga terwujud seperti ini atau yang lebih baik lagi dari pada ini.
Dan beberapa waktu lalu aku mendengar sebuah mimpi sederhana keluar dari bibir mungil sepupuku yang berusia 5 tahun, namanya Indah.

"Nanti kalau aku sudah besar, aku ingin bekerja dan punya uang. Kalau aku sudah punya uang, aku akan beli ikan lele 1/2 kilo terus aku masak buat makan malam bersama bapak dan ibu"

Itu impian paling sederhana yang pernah aku dengar. Itu impian paling rasional yang keluar dari mulut anak kecil yang pernah disampaikan kepadaku. Itu impian tulus yang keluar dari hati anak kecil yang menyayangi orang tuanya. Dan sekarang, aku tidak bisa berkata apa-apa........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar