Rabu, 27 Agustus 2014

Pita Kupu-Kupu

"Dasar anak SD..."
Jika orang lain yang mengatakan, mungkin aku tidak akan peduli. Tapi setiap kata yang kamu ucapkan selalu menjadi penting untuk ku tanggapi.
Kamu bilang tidak ada anak SMP yang memakai pita kupu-kupu sepertiku. Kamu bilang, pelajaran matematika saja bisa semakin keren, kenapa aku tidak.
"Aku fikir saat kamu bilang aku seperti anak SD itu karena wajahku masih imut."
Iya, itu juga pemikiran anak SD. Selalu mengambil kesimpulan yang menyenangkan. Jika ada yang mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisiku, seharusnya aku bisa menimbang-nimbang apa alasannya. Tidak menyimpulkan begitu saja.
Semenjak itu, aku melepasnya. Rambutku, ku urai dengan biasa. Tanpa asesoris apapun. Dengan begitu aku akan berada pada kondisi yang netral. Tidak disebut seperti anak kecil. Tidak dipandang terlalu dewasa.
Pagi itu, tanpa kusangka-sangka, kamu memberikan kotak kecil untukku. Dan aku membukannya. Pita kupu-kupu...
"Kenapa?"
"Aku ingin kamu tetap memakainya."
"Setauku kamu bukan orang yang bisa merubah keputusan dengan mudah."
"Memang. Tapi saat kamu berhenti memakainya, aku merasa lebih berbeda. Ternyata..."
"Ternyata apa?"
"Pita kupu-kupu itu yang membuatku rindu."
Haaahhh????? Waktu itu aku pikir, telingaku sedang dibisingkan oleh angin ribut. Atau bunga flamboyan sedang gugur dan tidak sengaja masuk ke telingaku sehingga suaramu tidak jelas kudengar.
Saat guruku menyebut namaku dengan keras karena aku menjadi bintang kelas, aku sangat bahagia. Tapi kata-katamu waktu itu. Lebih membuatku bahagia.
"Tapi aku tidak akan memakainya sesering yang dulu."
"Kenapa? Kamu takut kalau aku bilang seperti anak SD lagi?"
"Sebenarnya, apapun sebutan untukku, jika sebutan itu darimu, aku tidak akan peduli."
"Terus kenapa?"
"Jika dengan melepas pita kupu-kupu ini bisa membuatmu merindukanku, lalu untuk apa aku memakainya?"
Kamu tersenyum tipis. Senyuman yang tidak kamu buat-buat. Senyuman yang tidak kamu lebih-lebihkan agar aku senang. Senyummu sederhana, membuatku bahagia. Dan kali ini kamu yang tersipu. Seakan kamu malu untuk mengakui bahwa kamu sudah masuk dalam perangkap yang telah kamu buat sendiri. Lalu kita beranjak dari tempat duduk kita. Aku menyimpan pitanya ke dalam saku. Aku pergi ke kelasku.
Dan, membiarkanmu tetap merindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar