Sabtu, 02 Agustus 2014

Diam Diam Rindu

Kemarin kita bertemu. Dengan percakapan yang biasa kita lakukan sebelumnya. Dengan ekspresi wajahmu yang sengaja kamu buat agar terlihat seperti biasa. Tapi, kamu tidak pandai berakting. Kamu sering menunduk setiap aku menginginkan kita bertatap. Aku sudah berusaha bersikap biasa seperti yang kamu minta sebelum pada akhirnya kita memutuskan untuk berteman saja. Dan kali ini, kamu menjadi pengingkar. Matamu mencoba menjelaskan padaku bahwa kamu masih seperti waktu itu. Dan aku rindu. Kita tidak banyak cerita. Kamu jarang bertanya padaku. Kita sama sama diam mendengarkan teman teman lain yang berbagi pengalamannya. Dan kita hanya menyerap sebagian dari kisah kisah itu. Karena perhatianku dan perhatianmu sedikit terbagi untuk mengenang kisah lalu kita. Aku tau itu, dari matamu. Aku ingin duduk disampingmu seperti dulu. Mendengarkanmu mengajariku semua hal yang terbaik. Kamu adalah guru untukku. Aku ingin mengajakmu berbicara panjang lebar tentang apa yang sudah kulalui dengan membawa nasehat nasehatmu. Aku ingin berpura pura resah dan takut agar kamu menggenggam lagi tanganku. Kamu, obat penenang yang tidak kutemukan di apotek atau lembaga medis manapun. Aku selalu tenang hanya dengan perlakuan kecilmu itu. Aku rindu senyummu. Aku ingin kamu menatapku dengan mata yang seolah olah berbicara bahwa kamu sangat menyayangiku. Tapi sayangnya, waktu itu aku harus merelakanmu pergi untuk kebaikanmu. Kamu memiliki mimpi yang harus kamu wujudkan. Dan peranku hanyalah untuk mendukungmu dan mendoakan. sekarang kamu sudah mencapai sebagian dari mimpimu itu. Dan disela selanya, aku ingin sekali menitipkan rindu ini untuk kamu bawa. Aku yakin tidak akan membebanimu. Anggap saja ini hiburan diwaktu kosongmu. Aku rindu... Aku merasakan rindu padamu. Ini bukan dosa kan? Ini bukan suatu kesalahan kan? Anggap saja ini makanan ringan untuk memberi jeda dalam kesibukan. Semoga aku masih boleh merindukanmu. Tanpa harus bersama lagi denganmu. Ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar