Kamis, 26 Maret 2015

Bingkai Tua

Di sebelahku, bingkai persegi panjang dari kayu dengan cat warna coklat tua, setua kenangan yang datar menempel di dalamnya. Menjelang tidur kupandangi. Bangun tidur kulihat yang pertama kali. Sengaja ku letakkan di samping kanan tempat tidurku. Karena aku hampir selalu tidur menghadap ke kanan. Jika sewaktu-waktu aku terbangun tengah malam, entah karena mimpi buruk atau karena hal lain, aku bisa langsung memandang sosok yang tersenyum dalam bingkai itu, kemudian aku akan tenang.
Foto, potret diri tanpa nyawa, tak bisa bergerak namun bisa membuatku menangis sesenggukan. Atau kadang tersenyum-senyum sendiri seperti orang yang kehilangan akal. Aku pernah curiga, mungkin di dalam foto itu ada makhluk halus jenis apa yang bisa memutar-mutar pikiranku seenaknya. Atau telah tersemat sihir di dalamnya sehingga aku selalu ingin melihatnya lama-lama. Gambar diri itu tak pernah lolos dari mataku. Kadang-kadang sampai kuciumi berkali-kali, atau kudekap dalam tidurku saat aku merasa sangat sedih, aku yakin aku tidak sedang kesurupan. Semua kulakukan supaya aku tenang.
Bapak, Ibu, aku beruntung sekali dilahirkan pada jaman ini. Saat semua hal menjadi mudah. Mempermudah untukku mengelabuhi rasa rinduku. Kalian tak hanya dekat di hati, kalian dekat di mata. Kalian ada dalam sebuah bingkai persegi panjang dari kayu dengan warna coklat tua. Setua kenangan yang selalu ingin kuulang. Saat kalian masih bersama, seperti dua buah foto berbeda latar yang ku gunting dan sengaja ku sandingkan. Seandainya kenyataan semudah itu, saat ini kalian pasti sedang tersenyum menemaniku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar