Minggu, 01 Maret 2015

Dusun Celeng, apa kau rindu padaku?

Wajah pagimu, siangmu, sore dan malammu
Padi-padi yang mulai menyembul, membebaskan diri dari jeratan tanah hingga setiap helainya yang hijau pupus menyapa dengan riang gembira
Pohon-pohon gagah yang bergoyang ke kiri dan ke kanan menebarkan angin, membelai setiap lelah petani, mengantarkannya tenggelam dalam melepas penat
Tumbuh-tumbuhan yang melimpahkan embunnya, menggugah kaki dengan dinginnya untuk berlari kencang - segera, sebelum beras-beras di sepanjang jalan didahului oleh ayam-ayam
Gunung Kawi dan Kelud yang menampakkan pesonanya secara jelas pagi hari dan pucuknya yang disembunyikan awan pada saat siang menjelang sore
Suara jangkrik dan kadal yang riuh bersahutan saat malam seperti lagu wajib penghantar tidur
Burung sriti yang melayang-layang di atas genteng kemudian bertengger sejenak di kabel besar yang berpusat pada tiang listrik atau sesekali menggoyang-goyangkan dahan pohon rambutan depan rumah dan pada saat tertentu membuat sarang menyembunyikan telur-telur kecil bening di salah satu rumpun daunnya

Oh Dusun Celeng,
Bukanlah kau yang merinduku
Tapi aku, yang selalu merindumu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar