Kamis, 05 Maret 2015

Dari Leoni untuk Michael

Sudah beberapa minggu ini aku bernaung di tempat kerja yang baru. Diwarnai dengan segala bentuk ekspresi. Dan ada drama yang harus kusaksikan setiap saat. Cinta, ternyata telah tercipta dengan sendirinya. Dari anak kelas 1 SD yang membeli dua buah permen rasa stroberi untuk diberikan kepada teman sebangkunya, tapi disimpan di tasnya sampai lumer karena takut memberikannya, hingga sepasang anak SMP yang sedang melakukan pendekatan. Mereka seperti menarikku untuk kembali pada masa disaat aku pertama kalinya ingin duduk di samping seseorang. Leoni, sebelum masuk les dia selalu menanyakan apakah hari itu Michael juga datang, jika jawabannya tidak, Leoni juga tidak akan datang, kecuali jika terdesak dan tak ingin mendengar omelan mamanya. Sering raut kecewa memenuhi wajah Leoni ketika beberapa kali les tanpa kehadiran Michael, jadwal les mereka memang tidak sama. Betapa Leoni sangat menunggu moment mereka bisa melaksanakan bimbingan belajar bersama. Suatu ketika saat mereka les bersama, Michael menuliskan sesuatu di kertas buramnya. Di antara rumus-rumus matematika yang tersusun tanpa runtun, ada kata "love you". Kemudian buram itu diletakkannya tepat di hadapan Leoni. Leoni hanya menerimanya dengan senyum. Ini jaman yang sudah sedemikian modern, tapi jalan cinta mereka lebih membuatku tertarik. Mereka memadu cinta dengan surat menyurat, itu indah.
Keesokan harinya Leoni memberikan surat kepada Michael sebagai jawaban atas kata "love you" di kertas buram yang ia terima. Namun, setelah memberikan surat tersebut, ada kesedihan mendalam pada Leoni. Dia menyayangi Michael, tapi dia harus menolaknya. Lagi-lagi aku terbawa pada saat seseorang menanyaiku apakah aku bersedia berada di sisinya. Dan jawabanku "tidak", aku berusaha mengkhianati hatiku yang memberontak menjawab "iya". Saat itu aku begitu takut, aku masih terlalu kecil. Aku takut salah arah. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan jika aku ada di sisinya. Aku menyayanginya, tapi didera rasa takut ketahuan orang tua dan takut karena belum siap merasakan kecewa. Karena sadar, aku masih terlalu muda.

Leoni yang menolak Michael, tapi Leoni yang menangis dan merasa patah hati. Dia telah kecewa oleh perbuatannya sendiri. Dan Michael, dia tak pernah berhenti. Meski telah menerima surat penolakan, tapi dia tetap memperlihatkan hati yang tegar, mungkin dia ingin menenangkan Leoni. Rupanya, Michael telah memahami perasaan Leoni. Dia tetap mengajak tertawa, berbincang seperti biasa, bertingkah konyol dan menghiburnya. Dan dia selalu berpesan pada Leoni, "aku harap besok kamu akan datang."
Permintaan itulah yang membuat Leoni berusaha keras merubah jadwal lesnya meski penolakan yang ia terima. Akhirnya Leoni dengan wajah gelisahnya, dia menitipkan surat untuk Michael padaku. Entah apa isinya. Tapi mungkin dia ingin segera bertemu dan membuat kesepakatan baru. Mungkin Leoni sedang berunding dengan hatinya dan memberanikan diri untuk menerima cinta Michael dan tak lagi menyia-nyiakannya. Sepucuk surat itu yang sedang kusimpan sekarang, menunggu hari esok dan menyampaikannya pada Michael. Semoga aku melihat senyum di wajah Michael besok. Dan senyum di wajah Leoni besok lusa. Melihat mereka berdua sama-sama tersenyum untuk alasan yang sama.
Aku harap mereka tak pernah menggenggam penyesalan berkepanjangan karena melewatkan cinta seseorang.

Dulu, aku membiarkannya pergi. Tapi kini, dia adalah orang yang selalu kurindui. Seperti Leoni dan Michael yang berusaha menyamakan jadwal lesnya, aku pun pernah berusaha memasuki ekskul yang sama. Bahkan untuk ekskul yang tak kusuka. Dia membawaku pergi ke tempat biasa yang menjadi terlalu indah. Dia mengajakku berlari tanpa rasa lelah. Dia memberiku senyum yang membuatku bahagia lebih dari hal lain apapun. Aku, telah sekian lama menjadi bayang-bayangnya, menguntit kemanapun dia pergi.  Sekarang aku sudah bukan apa-apa lagi. Aku hanya menunggunya tanpa tau kapan dia akan pulang. Datang dan menawariku kembali, "maukah kamu berada di sisiku?" Dan aku akan menjawab tanpa ragu "aku bersedia." Aku tak akan lagi membuat hatiku kecewa dengan keputusanku sendiri. Aku akan menerimanya, segenggam cinta yang dengan tulus dia tawarkan padaku. Aku akan menerimanya, hingga aku tak kan pernah lagi mengenal apa itu penyesalan.
Aku menyayanginya, dan itu yang akan kusampaikan jika aku diberikan peluang kedua.
Tapi sayangnya waktu tak akan sedia menunggu. Dan kesempatan tak akan bisa diputar ulang.
Surat ini, dari Leoni untuk Michael telah membawaku pada banyak momen yang ingin kuputar kembali dan kuperbaiki. Dan sayangnya, kesempatan hanya datang sekali. Seharusnya aku memanfaatkan kesempatan itu selagi ia nampak di hadapanku. Tetapi,,, apa fungsi dari penyesalanku jika semua sudah terlanjur berlalu ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar