Sabtu, 08 November 2014

Penghuni Hutan Gundul

Malam ini terpaksa kuluangkan waktu untuk menulis tentang  mantan tukang pijitku yang naluri eksisnya sudah akut : Nur Miftakhul Jannah. Tolong jangan salah paham, dia tidak se-wow namanya.... hahahaha

Jadi, beberapa waktu yang lalu, Si Mifta ini minta aku nulis tentang dia. Sebenarnya males banget sih. Tapi yaahh itung-itung menyenangkan hati orang dan lumayan buat olahraga jari, jadi ya gini aku nulis juga deh. Untuk Mifta, jangan ge-er ya... :D

Mifta ini teman SMA-ku, aku mengenalnya saat kelas X. Kita beda kelas, tapi aku lupa dengan cara apa kami bertemu dan akhirnya bersahabat (dia pengen banget disebut sahabat soalnya). Entah kenapa juga Tuhan menyatukan kami dalam sebuah kamar kos. Ditambah lagi kelas XI & XII kami sekelas di program IPA. Mifta itu pinttttteeeeeeerrrrrrr sekali, dia selalu juara umum. Dia juga baik. Kenapa aku menyebutnya baik? Itu karena dia rajin membawakan cemilan kulit melinjo kesukaanku. Ya, neneknya seorang pedagang snack di kantin sekolah dasar di desanya yang tertinggal. Desanya amat terpencil, bahkan jin saja malas tinggal disana. Kalau misal aku datang ke rumahnya hari ini, saat aku pulang ke rumah mungkin desaku sudah jadi provinsi statusnya. Iya gitu. Kalian percaya saja, aku jujur kok orangnya.
Mifta itu sebenarnya ga rajin-rajin amat, dia belajar sewajarnya, tapi ga tau kenapa dia bisa pinter banget kaya gitu. Dia juga punya semangat yang luar biasa besar. Dia ingin memperbaiki hidupnya dan membuat keluarganya sejahtera. Karena dia anak tertua dan ayahnya sudah meninggal sejak dia masih kecil. Dia punya adik laki-laki dan yang paling boncel perempuan. Ibunya bekerja di Malang, dan ibunya keren. Aku sempat berburuk sangka, jangan-jangan Mifta itu tertukar sama anak jin. Tapi setelah aku pikir-pikir, jin kan ga ada yang mau tinggal didesanya Mifta. Oke, mungkin tertukar dengan anak kadal. Iya itu baru mungkin.
Tapi bagaimanapun bentuknya, Mifta adalah salah satu sahabat yang kusayang-sayang. Dia sering aku ajak menginap dirumahku. Karena dirumahku banyak orang yang selera humornya tinggi, jadi aku harap dia bisa tertawa. Dia itu suka sekali sama bakso. Pada suatu hari aku pernah menyisihkan uangku untuk mengajaknya makan bakso bersama di kedai bakso solo di jalan kecil arah ke kanan dari terminal Kesamben (aku harap dia terharu). Dan dia makan dengan lahapnya, entah kenapa hal kecil itu membuatku bahagia.
Tapi aku juga sering sebal sama dia, soalnya dia itu susah banget dimintai contekan. Mungkin dia ingin mengajari aku dan teman-teman untuk berusaha dan tidak mengambil jalan pintas. Tapi kami semua salah paham. Dan sering sebal sama dia. Iya sekali-kali dia memang harus disebelin satu kelas, biar greget. Anggap saja cobaan hidup ya Mif... hehehe
Aku juga sempat kecewa sama Mifta, kalau ga salah waktu itu kelas XII. Semakin hari nilainya merosot. Ternyata dia sudah berani pacaran. Entah sejak kapan dia berkenalan dengan namanya cinta. Aku cuma pengen ketemu pacarnya buat bilang supaya dia jadi pacar yang membawa hal positif. "Hal Positif" ya bukan "Positif" aja (catet)... eh jadi nglantur. Terus setelah itu mungkin dia sadar nilainya turun akhirnya dia bangkit kembali. 100 buat Mifta.
Setelah lulus aku jarang komunikasi dengannya. Dia sombong sekali, bisa-bisanya mengacuhkan anak orang nomer satu di negeri ini. Nomernya juga sering ganti, difikirnya dia artis yang dikejar-kejar banyak fans apa..... idihhh males banget.
Dan setelah beberapa abad mengadu nasib di kota besar, Malang, Surabaya dan sekitarnya, Mifta akhirnya memutuskan untuk menyerahkan jiwanya kepada seorang laki-laki pilihan hatinya. Dan bulan September kemaren lahirlah malaikat mungil dari rahimnya, Jessica siapa gitu, Mifta kasih namanya susah sih. Tapi, Mifta pasti sangat bahagia. Sekarang dia hidup dengan keluarga kecilnya, dia usaha kue dirumah. Dia tetap memperjuangkan hidupnya. Dia tidak pernah berhenti berusaha. Dia adalah orang yang kuat. Orang yang selalu membuatku ingat bahwa hidup ini bukan hanya untuk tidur nyenyak dan makan enak. Tapi untuk mendapat itu semua perlu perjuangan keras. Tidak bisa ongkang-ongkang kaki dan menunggu uang milyaran jatuh dari langit.
Masih banyak hal tentang Mifta, tapi kalau aku ceritakan semua mungkin bisa lebih panjang dari sejarah penjajahan Belanda. Ini bukan tulisan inspirasi, cerita bagus atau apalah. Aku menulis ini agar yang membaca tau, aku punya sahabat sehebat Mifta. Seorang anak sok imut dari daerah tertinggal yang punya semangat belajar tinggi. Berjuang sekeras mungkin untuk mengenyam pendidikan. Dan disinilah akhirnya, dia bahagia bersama keluarga kecilnya. Selamanya (harapan kami semua)
Oiyaaaa, lupa menjelaskan tentang judulnya. Saat Mifta memintaku untuk menulis tentangnya aku menyanggupi dan aku bilang aku akan menulis dengan judul "Penghuni Hutan Gundul". Dan dia sebal. Karena membuatnya sebal adalah caraku bergembira jadi aku teruskan saja. Hey Mifta, semoga kamu sebal membaca isi postingan ini. Semakin kamu sebal, semakin aku bahagiaaaaaa..... ahahahahahahaha

:) Persahabatan itu indah. Jika tidak ada pertimbangan untung rugi didalamnya. Cintailah sahabatmu, dia adalah orang yang tak memiliki hubungan darah denganmu, namun bisa menyayangimu lebih dari keluarga. Jangan lupa tersenyum yaaaa :)

4 komentar:

  1. Mifta, ku kenal sebagai anak jenius di SMA. Sempat aku merasa kecewa, anak sepintar Mifta hanya mehentikan langkahnya di SMA. Tapi setelah aku membaca postingan ini,aku sadar bahwa semangat yang dibawa oleh seorang Mifta sangat luar biasa. Aku bangga pernah mengenal seorang Mifta, walaupun tak terlalu dekat meski dulu kami sama-sama pengurus OSIS, sebel sih sama dia. Siswa kesayangan guru dan juara umum di sekolah, membuat iri hati. Mifta, selamat ya atas kelahiran anaknya. Semoga kelak anakmu juga akan sehebat dirimu!

    BalasHapus
  2. Mifta orang yang sangat q kagumi.. iyaa kagum sama pinternya sih sebenarnya.. salut sama segala perjuangan dy, kita belum tentu mampu saat it di posisinya.. bener bgt sebel bgt kalau kita pada kesusahan ngerjain soal atau tugas dan dia bisa susah banget di contekin baru sadar udah tua ini ternyata percuma juga kita nyontek tapi kita g paham.. semoga allah selalu bersama keluarga kecilmu..

    BalasHapus