Senin, 03 November 2014

Akhirnya Saya Tahu

Ada pejalan kaki yang sedang singgah dibawah pohon rambutan samping rumah. Dengan kaos, celana pendek dan topi lusuhnya. Dialah yang biasa membantu mengatur lalu lintas di pertigaan depan, bukan polisi hanya sukarelawan. Di seberang tempatnya berteduh, seorang lelaki lain  dengan pakaian rapi dan segar sedang bersandar di mobilnya. Sembari bercakap-cakap dengan entah siapa. Membicarakan bisnis jual beli motor lawas. Dengan tawa yang sesekali lepas. Di jalan yang sama-sama ada di depan mereka, berjalanlah seorang perempuan yang hilang akalnya. Yang berjalan menunduk terseok tanpa perhatian terhadap sekelilingnya. Kemudian dia pingsan. Saya ada dilantai dua, tak bisa segera turun. Saya tetap melihat dari atas, karena saya berfikir meskipun siang itu sepi, tapi ada dua orang lelaki yang ada di dekat perempuan setengah baya itu. Dan ada hal yang membuat saya terkejut....

Lelaki pebisnis tadi langsung menghentikan teleponnya, dengan tergesa-gesa dia mendekati perempuan yang telah pingsan dihadapannya, langsung dia bopong ke bawah pohon rambutan tempat singgah lelaki pengatur jalan tersebut, karena hanya disitulah tempat berteduh. Setelah mengambil minuman di dalam mobil dan sebotol kecil berwarna hijau (mungkin minyak kayu putih), lelaki itu duduk kembali di bawah pohon rambutan dan memberikan pertolongan pertama. Menunggu perempuan itu sadar, mereka saling berbicara. Samar-samar saya mendengarkan perbincangan mereka.
Pengatur jalan : Mas, sampean ga risih bantu orang gila ini? Baju dan badannya kotor sekali. Terus kalau sudah sadar, nanti dia mengamuk.
Pebisnis : Saya tidak bisa membiarkan orang lain kesusahan. Entah dia normal atau tidak, selagi saya bisa bantu akan saya bantu. Kalau tadi saya tidak ada disini, cuma mas misalnya, apa mas ga tolongin?
Pengatur jalan : Ya mungkin tidak mas. Saya tinggal pergi saja. Saya takut mas, dia kan gila. Orang gila kan ga bisa mikir.
Pebisnis : Sampean ga kasihan?
Pengatur jalan : Kasihan sih kasihan, tapi kalau menyusahkan diri sendiri ya ga mau. Saya ini sudah susah mas, masa mau nambah lagi susahnya.
Pebisnis : Saya yakin perempuan ini juga tidak mau jadi gila. Mungkin dia sangat tertekan dengan keadaan. atau entah karena apa. Tapi dia juga berhak ditolong. Bagaiman kalau seandainya sampean atau kerabat sampean yang gila? Jika diperlakukan seperti itu bagaimana?
Pengatur jalan : Yaaa, untungnya keluarga dan kerabat saya ga ada yang gila mas.

Pebisnis itu diam dan terus mengoleskan minyak kayu putih ke perempuan tadi. Mungkin pebisnis itu heran dengan cara berfikir pengatur jalan itu. Dan saya lebih heran lagi. Saya berfikir, orang bawah tau bagaimana rasanya susah, maka dia akan saling bantu terhadap orang lain. Dan orang atas, saya memandang mereka kebanyakan adalah pribadi yang angkuh. Dan benar apa kata orang bijak "don't judge a book by its cover".... Memang demikian, kita tidak bisa membuat kesimpulan sebelum kita selesai membaca bukunya. Saya perlu meminta maaf kepada pebisnis tersebut karena sebelumnya saya menyangka bahwa yang akan menolong perempuan itu adalah si pengatur jalan. Dan saya salah.

Baik atau buruknya seseorang bukan karena kedudukannya. Siapapun dia, jika dia memang baik, kaya atau miskin dia akan berlaku baik. Dan sebaliknya. Memang tidak ada yang sempurna. Ada yang baik buruk seimbang. Ada yang dominan baik. Ada yang dominan buruk. Dan jadilah orang yang dominan baik, kamu akan bahagia.

Akhirnya saya tahu ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar