Rabu, 12 November 2014

_ _ _ _ _ _

Kenyataannya, hingga detik ini aku masih tak berani dekat denganmu, Mas.
Mas sendiri yang menggariskan jarak batas untuk kita. Mas tidak ingin kita berada pada jalan yang menyesatkan, bukan?
Aku juga tak berani menatapmu lama-lama. Aku belajar darimu Mas. Bahwa bertatapan lama-lama bisa memperdaya kesadaran diri kita. Mas selalu menyembunyikan penglihatan. Menjaga mata Mas dari hal-hal yang diharamkan untuk dilihat.
Aku tetap memandangimu dari tempat dudukku, melalui celah jendela. Aku tau Mas sadar akan keberadaanku. Mas tetap membersihkan halaman dengan seolah-olah tak peduli. Agar aku tidak berharap dapat bermanja dengan Mas sebelum waktunya.
Bada Maghrib aku selalu mengulur waktu berdoaku sedikit lebih lama. Berharap, saat jamaah selesai beribadah dan pulang ke rumah, Mas akan menghampiriku. Sekedar berucap 'Assalamualaikum' atau apa begitu. Tapi selalu, Mas malah sibuk mempersiapkan tempat dan materi untuk anak-anak yang mengaji.
Hufffhhhh...... mencintai dengan cara yang benar itu memang susah ya Mas. Aku tidak boleh memandangmu lama meski senyummu itu bisa menenangkan setiap gelisahku. Kita tidak boleh bertemu tanpa adanya mahram yang mendampingi, sedangkan orang yang jatuh cinta inginnya hanya berdua saja.
Aku merenungkan ini dengan senyum-senyum sendiri Mas. Aku selalu membayangkan jika kisah cinta kita seperti yang ada di FTV. Tapi tentu saja itu salah. Dan aku paham benar Mas, Bahwa Mas ingin menjagaku, diri dan kesucianku. Mas telah mencintaiku secara benar. Mas ingin aku menjadi pendamping yang setia sampai di kehidupan kedua. Oleh karena itu, aku akan patuh dengan cara mencintai seperti ini, aku akan tetap menunggu di tempatku yang suci.

ttd

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar